webnovel

Jovan dan Riana

Riana meneguk ludahnya kasar. Air matanya sudah menggantung di pelupuk mata, siap mengalir kapanpun Riana lengah.

"Maaf, Nona. Tapi ada apa? Apakah Nona butuh sesuat-"

"Tidak, pergilah." Jovan memotong ucapan salah satu pelayan Riana yang menghampiri mereka.

Mau tak mau, pelayan itu kembali ke tempatnya, di barisan para pelayan yang menunggui sang Nona dan tunangannya.

"Duduk, jangan bertingkah seperti orang yang tidak belajar sopan santun," perintah Jovan dengan nada dingin.

Dengan gerakan pelan, Riana kembali duduk. Ia hampir tidak berani mengedip karena takut air matanya akan menetes. Riana itu orang yang gengsi, ia tidak akan menampakkan air matanya di depan orang lain. Singkatnya, Riana itu gengsian dan menjaga harga dirinya yang setinggi langit.

"Hah... Astaga," Jovan membuang nafas dengan suara keras secara sengaja.

"Apakah rasanya semuak itu bersamaku, Jovan?" tanya Riana. Suaranya bergetar karena menahan tangis.

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com

Chapitre suivant