webnovel

Masa Lalu Yang Kelam

"Ibuuu!" teriak Asmodeus dan Lucifer bebarengan. "Ibu ... bangun bu, jangan tinggalin Asmodeus sendirian bu!" teriak lirih Asmodeus waktu itu. Memanggil dan membangunkan ibunya.

"Ayah, kenapa dengan ibu? Kenapa ibu menjadi seperti ini ayah?" tanya Lucifer berdiri, mendongak melihat ayahnya yang menatap senang atas Kematian Ratu Veela. "Jawab ayah, kenapa ibu mulutnya berbusa?" Lucifer menarik-narik jubah kekuasaannya.

Raja Mammon melihat putranya. "Dengar Ayah baik-baik, dia sudah bukan ibumu. Dia hanya wanita bodoh yang selingkuh dan punya anak haram seperti dia. Jadi, jangan pernah kamu menangisi atau memanggil dia ibu."

"Ma-maksud ayah?" Lucifer tak mengerti kemana maksud kata-kata ayahnya barusan. "Dan kenap aku tidak boleh menangisi ibu? Bukankah dia juga melahirkan aku, ayah?"

"Itu dulu Lucifer," sahut ayahnya. "Sekarang, sudah tidak ada urusan lagi kamu dengannya! Ayo pergi dari sini!"

Asmodeus melihat apa yang di lakukan Raja Mammon. Ia sangat geram, kemudian ia bangun dengan tatapan mata yang tajam, juga penuh kebencian. Ia pun berlari, menarik baju Lucifer hingga terjatuh. "Paman jahat ... pasti ini perbuatan paman kan? Pasti paman yang membunuh ibuku dengan racun!" Asmodeus terus menerus memukul Raja Mammon. Air matanya terus berjatuhan, ia sangat sedih kehilangan ibunya itu.

"Asmodeus?" pekik Raja Mammon. "Apa-apaan kau ini, bocah sialan!" Ia menahan tangan Asmodeus dan mendorongnya hingga terjatuh di dekat jenazah ibunya.

"Asmodeus!" pekik Lucifer menghampiri Asmodeus yang terjatuh. "Kau tidak apa-apa, Asmodeus?" tanya Lucifer, ia sangat kuatir dengan keadaan adik tirinya. Asmodeus tidak menjawab, ia hanya bisa menangis dengan suara isak yang sangat lirih. Lucifer bangun dan menghampiri Raja Mammon.

"Ayah! Kenapa ayah kasar sama Asmodeus! Bukankah dia juga anak ayah walaupun dia bukan dari darah daging ayah sendiri!" pungkas Lucifer sangat marah.

"Kenapa kau membela anak haram itu, huh? Ibunya pantas mati, dan dia ..." tunjuk Raja Mammon ke arah Asmodeus. "Dia tidak pantas kau kasihani," kata Raja Mammon tetap keras kepala. "Sudah, ayah tidak mau lagi berdebat dengamu. Lebih baik kita tinggalkan tempat ini!" Raja Mammon menarik tangan Lucifer dengan paksa. Namun, pangeran Iblis itu menampik tangan ayahnya dengan kasar.

"Aku tidak mau," pekik Lucifer sedikit meninggi. "Aku tidak mau kembali ke istana sebelum dia ..." kali ini, Lucifer menunjuk kearah bocah malang itu. "Asmodeus, tidak ikut bersamaku dan menjadi adikku!" imbuhnya keras kepala.

Asmodeus mendongakkan kepala, ia cukup terkejut mendengar ucapan Lucifer. Begitu juga dengan Raja Mammon, ia sama kagetnya ketika mendengar ucapan anak yang sangat ia sayangi itu. "Apa kamu bilang?" tanya Raja Mammon, masih tidak percaya akan permintaan Lucifer. "Jangan konyol, Lucifer, Ayah tidak menuruti permintaan konyolmu itu!" lanjut Raja Mammon berang. Ia sangat kesal Lucifer mulai terpengaruh oleh Asmodeus.

Raja Mammon melihat Asmodeus yang terduduk menangis di lantai, menatap sinis. "Jadi, kamu mau pulang sama ayah atau mau tetap di sini?" tanya Raja Mammon, tetap melihat ke arah Asmodeus. Kali ini, tatapannya sangat mengerikan. Melotot dengan mata berwarna merah seperti darah. Asmodeus menunduk takut.

Lucifer tak menjawab, ia lebih memilih bungkam dari pada harus meninggalkan adik tirinya yang kini sebatang kara.

"Kalau itu mau kamu, tinggal saja di sini dan membusuk bersama anak haram itu. Ayah tidak perlu anak pembangkang sepertimu!" Raja Mammon berbalik badan dan mulai meninggalkan Lucifer dan Asmodeus.

Lucifer berlari, lalu bersimpuh sambil memegangi kaki Raja Mammon. "Ayah, aku mohon ayah. Biarkan dia hidup dengan layak di istana, aku pinta agar ayah memaafkan kesalahan Ibu dan jangan hukum Asmodeus, ia masih kecil dan tidak tau apa-apa!" oceh Lucifer menahan langkah kaki ayahnya, ia memeluk erat kaki Raja Mammon.

"Lepaskan kaki Ayah!" kata Raja Mammon sedikit berteriak. Asmodeus memandang kakak tirinya itu, antara senang dan sedih juga kesal. Ia menghargai usaha kakaknya itu.

"Gak, aku gak mau melepaskan sebelum Ayah menyetujui permintaanku!" ujarnya, sama-sama keras kepala. Raja Mammon terdiam, ia melihat sekali lagi bocah malang bertubuh dekil. Lalat-lalat mengerubungi Asmodeus yang bau dan sedikit busuk.

Raja yang terkenal kejam itu menghela napas dan lalu, "Baiklah ...." ucap Raja Mammon, dan itu sudah membuat Lucifer bahagia.

"Benar itu ayah?"

"Iya, tapi dengan satu syarat!" kata ayahnya, tetap saja ia masih keberatan mengikuti kemauan Lucifer untuk Asmodeus.

"Syarat? Apa itu Ayah?"

"Dia hanya sebagai babu kamu, tidak lebih. Dan ayah tidak akan pernah menganggap dia sebagai putra mahkota di kerajaan neraka ini!" ungkap Raja Mammon menampakan rasa bencinya dengan ekspresi di wajahnya itu. Asmodeua hanya terdiam ia belum tau apa yang dikatakan Raja Mammon tentang dirinya.

"T-tapi ayah ..."

"Kalau kau tidak setuju, aku tidak akan memaksanya, Lucifer!" Raja Mammon membalikan tubuhnya. Melangkah pelan.

"AKU SETUJU, AYAH!" teriak Lucifer menghentikan kaki Raja Mammon melangkah. Raja iblis itu tersenyum senang.

"Bagus, jadi aku akan membuat kau mengetahui siapa dirimu sebentar, anak haram!" Senyuman nyinyir pun terlihat jelas di wajahnya itu. Ia menoleh, "Ajak anak itu ke istana!"

Lucifer pun mengajak Asmodeus yang semula ragu-ragu dengan uluran tangan. Dan akhirnya ia mengikuti ajakan Lucifer, "Tenang saja, aku akan menjaga dan melindungi termaksud dari Ayah. Bila Ayah memukulmu, aku akan membelamu, Asmodeus." Ucapan Lucifer itulah yang membuat ia yakin untuk ikut bersama Lucifer.

Dan Asmodeus tidak akan melupakan kejadian itu. Apalagi setelah ia tau, bahwa ayah tirinya yang membunuh ibunya dengan racun mematikan di neraka. "Lihat saja Raja Mammon, aku akan membalas semua perbuatanmu itu. Aku akan membuat kamu mati sengsara setelah aku mendapatkan bola kristal kehidupan itu!" tekad Asmodeus berjanji pada dirinya sendiri. Mengepalkan tangan dan meninju ke tembok dengan sangat keras.

****

Lalu di rumah Alicia,

Gadis itu bebaring di tempat tidur, bibir itu tak henti-hentinya melengkung ke atas. Wajahnya tampak berseri, bahagia. Matanya tak henti-hentinya melihat sehelai bulu yang diberikan Riel padanya. Bulu itu masih terlihat bersinar walau sudah terlepas dari sayap Riel cukup lama. Harum bulu itu masih seberbak, tak hilang walau ia menyimpannya cukup lama di saku celana.

Entah kenapa, ia begitu senang memandangnya? Dan apa yang Alicia pikirkan saat ini? Alicia hanya tersenyum dengan wajah bersemu sangat merah. Kemudian ia menghela napas, sambil memeluk bulu dari sayap Riel. Dan lalu ia berbalik tubuh, memejamkan mata dengan senyuman yang terus merekah.

Begitu juga dengan Riel, ia tidur telentang dengan lengan sebagai bantalan kepalanya. Matanya memandang ke langit, seolah-olah ia sedang melihat Alicia yang sedang marah-marah padanya. Entahlah, padahal ia selalu dingin bila berhadapan dengan siapapun, tetapi dengan Alicia, walau sudah bersikap dingin sekalipun, namun ia selalu senang mendengar celotehan Alicia yang bawel dan cerewet itu. "Dasar cewek bodoh!" katanya di sela-sela hela napasnya.

Alicia dan Riel, senyumnya tak henti mengembang. Namun Asmodeus, ia kesal dengan ucapan ayah tirinya itu.

Tiga mahluk berbeda alam, ada apa dengan mereka bertiga? Bagaimana kehidupan ketiga mahluk berbeda alam itu selanjutnya?

****

Bersambung.

Chapitre suivant