webnovel

Yang Di Rindukan

(Clarissa Lim)

Aku tidak mau mengangkatnya. Untuk apa aku harus berurusan dengan orang yang bukan ibu kandungku, hanya seorang ibu sambung yang mencoba mengambil hatiku sebagai anak tirinya. Sebaiknya wanita itu memperhatikan saja putri kandungnya yang terbaring lemah di rumah sakit, tidak perlu repot-repot mengurus anak tiri yang perilaku buruk seperti aku.

Kembali merebahkan diri di kasur sambil membaca buku novel. Tapi suara itu membuatku semakin terganggu. Aku menyambar handphone yang di letakkan sembarangan di meja, dan mengangkat telpon dari wanita yang paling aku benci.

"Ada apa?" tanyaku ketus.

'Mama hanya ingin tahu keadaan kamu saja sayang, apa salah?'

"Salah! Apa yang Mama bicarakan dengan aku, semuanya salah dan jangan berlaga perhatian denganku."

'Mama lelah bertengkar denganmu, Cla. Mama sayang sekali denganmu, bahkan mama mengkhawatirkan kamu di sana baik-baik saja apa tidak.'

Sudut bibirku terangkat ke atas. Tapi, tatapan mataku penuh kekosongan. Kata-kata wanita itu membuatku semakin bingung. Antara benci dan sayang yang saling beradu di dalam hatiku.

"Aku muak omong kosong Mama. Sebaiknya Mama perhatikan saja putri kandung Mama itu. Tidak perlu repot memperhatikan aku."

'Clarissa. Mama mohon sama kamu, kali ini saja. Biarkan Mama selayaknya seorang ibu pada umumnya, memperhatikan putri sendiri.'

Ada apa ini? Aku seperti mendengarkan suara-suara aneh di kepalaku. Melihat kembali bayangan wajah Bunda Dayana di kepalaku, wajah Bunda yang pucat sekali, matanya yang terbuka dan kematian yang tidak wajar. Aku yang saat itu masih berusia lima tahun, melihat dengan jelas wajah Bunda yang sudah pucat dan tidak bernyawa. Trauma itu membekas di benakku dan tidak akan pernah bisa hilang.

Dan sekarang, wanita ini mencoba menggantikan posisi Bunda di hatiku. Wanita itu sudah berhasil menggantikan Bunda di rumah, tetapi wanita itu tidak akan pernah bisa menggantikan posisi Bunda Dayana di hatiku. Tidak akan pernah bisa.

"MAMA TIDAK PERLU PERHATIAN SAMA AKU. AKU BAIK-BAIK SAJA DI SINI, URUS SAJA PUTRI MAMA YANG SAKIT ITU!"

Aku mematikan sepihak panggilan. Rasa benciku makin bertambah terhadap wanita yang saat ini adalah ibu sambung ku. Sakit di hati yang tidak akan pernah bisa hilang. Hari ini hari yang sial untukku. Lebih baik aku keluar dari rumah, menenangkan diri. Keluar dari kamar, aku dan Noah tidak sengaja saling melempar pandangan. Si bodoh itu juga sepertinya mendengarkan aku yang berteriak keras di kamar.

Masa bodoh. Mau Noah tahu apa tidak. Aku keluar dari rumah, menikmati udara pedesaan di tengah malam yang begitu menyejukkan dan kesunyian yang menentramkan hati. Ternyata tinggal di pedesaan tidak buruk juga. Hatiku yang terbakar oleh kemarahan, seakan ada angin sejuk yang telah memadamkan kemarahan ku.

Aku berjalan sembarangan arah, entah ingin kemana, yang terpenting aku bisa menenangkan diri untuk sementara waktu. Dari pada di rumah, harus melihat wajah bodoh Noah, bertengkar dengan Sarah dan melihat kepolosan Eriska yang terlalu baik padaku.

Berjalan tidak tentu arah, sampai aku tersadar, aku masuk ke dalam hutan. Otak dan kakiku yang tidak sejalan, lebih tepatnya tidak sinkron. Seperti ada magnet kuat yang membuatku berjalan masuk ke dalam hutan. Desa Wayiangan ini, desa paling terpelosok, desa yang di huni campuran Spirit Magis dan Non Magis. Pemukiman penduduk hanya beberapa dan selebih adalah hutan lebat. Aku tersesat di dalam hutan, mencoba mencari jalan keluar. Semoga saja aku bisa menemukan rumah-rumah penduduk di sekitar sini. Aku menandai batang pohon dengan belati magis yang selalu aku bawa, menancapkan di batang pohon.

Benar-benar sial sekali aku, harus tersesat di dalam hutan seperti ini. Saat aku melewati dua pohon tinggi, aku menyadari sesuatu. Belati magis yang aku tancap ke batang pohon, aku melihatnya lagi. Ini tidak benar. Sudah hampir lima belas menit aku melewati hutan ini, nyatanya aku hanya berkeliling di tempat yang sama.

Ada apa ini sebenarnya? Aku menggeleng-gelengkan kepala, mengusir pikiran-pikiran aneh yang memenuhi kepalaku. Kembali melanjutkan perjalanan, semoga saja aku bisa keluar dari hutan aneh ini.

Satu jam berlalu. Aku hanya berputar-putar di tempat, kembali lagi ke titik awal.

Ini tidak benar. Aku tersesat di tengah hutan.

Pandanganku mengabur, kepalaku pusing sekali, hingga aku hampir roboh ke tanah jika aku tidak menyanggah tanganku ke batang pohon. Aku mengelap wajahku yang berkeringat.

Aneh saja. Hanya berjalan saja membuatku luar biasa lelah, seperti orang yang berlari maraton. Suara-suara aneh itu kembali mengusikku, seperti suara itu berada di dalam kepalaku. Aku menutup kedua telingaku rapat-rapat, memblokir suara-suara aneh, berjalan sembarang arah. Suara-suara itu semakin membuatku emosi.

"PERGI! PERGI DARI SINI SIALAN!"

Tanpa aku sadari, aku mengucapkan kata-kata kasar di tengah hutan yang gelap. Pantulan suara-suara itu seperti cemoohan dan tawa yang mengejekku. Benar-benar menyebalkan sekali. Berlari tak tentu arah. Suara-suara itu menghilang begitu saja dan saat itu lah, aku melihat sebuah gua yang berada di tengah hutan.

Penasaran. Tentu saja aku penasaran. Kenapa ada gua di tengah hutan, padahal hutan ini tidak ada perbukitan. Di balik lubang gua, melihat sosok wanita berpakaian putih berjalan masuk ke dalam gua. Aku mengikuti, berjalan masuk ke dalam gua. Rasa penasaran dan ada sesuatu yang membuatku tertarik dengan sosok wanita berpakaian putih itu.

Di dalam gua tidak begitu gelap, obor yang terpasang di setiap dinding-dinding gua dan obor itu tiba-tiba menyala sendiri saat aku masuk ke dalam gua. Gua ini tidak seperti gua biasanya yang alami karena terbentuk oleh alam, sepertinya gua ini di buat seseorang. Tapi siapa? Mana ada manusia yang bisa membuat gua dari bongkahan batu? Hanya seorang Spirit Magis tingkat tinggi atau Spirit Magis Kegelapan yang mampu membuat sesuatu yang diluar nalar.

Kakek Ricard, kakekku salah satunya seorang Spirit Magis Kegelapan. Jejak-jejak hitamnya yang terdahulu, penuh dengan kontroversi dan akhirnya mati mengenaskan. Meninggalkan noda hitam di Keluarga Bangsawan Lim, keluarga Spirit Magis paling tertua dan paling terkenal. Sejak Paman Tono yang mengambil alih, memimpin Keluarga Bangsawan Lim. Menghapus jejak-jejak buruk yang ditinggalkan Kakek Ricard. Aku tahu sejarah keluargaku sendiri.

Aku berjalan menyusuri lorong gua. Lorong gua ini lumayan panjang dan tidak tahu ujungnya ada dimana. Aku mengambil salah satu obor sebagai penerang. Di sepanjang lorong, aku melihat sebuah tulisan aksara. Aku bisa membaca tulisan-tulisan itu, hanya sebagian. Tertulis 'makhluk mitos', 'kegelapan', 'jatuhnya cahaya', seterusnya aku tidak bisa menerjemahkan. Terlalu rumit untuk aku terjemahkan. Berjalan semakin ke dalam dan berakhir di sebuah ruangan di dalam gua.

Di tengah gua ini cukup luas. Penerangan cahaya obor di sekeliling dinding, seakan sebuah sihir yang otomatis menyala sendiri. Di kanan-kiri ada lorong lagi, tetapi gelap sekali. Tidak ada cahaya. Tanpa aku sadari, aku mencium bau kemenyan dan wangi-wangian yang menyengat indera penciumanku. Bau itu membuatku mual, menutup mulut dan hidungku. Bau kemenyan dan wangi-wangian yang entah dari mana, membuatku pusing sekali.

Di ujung gua, melihat sebuah batu yang menyerupai altar persembahan. Aku berjalan mendekat, melihat-lihat dan ternyata altar ini memang terbuat dari batu. Di pinggiran altar batu, ada tulisan aksara yang terpahat di ujung batu altar. Aku tidak bisa membaca dan menerjemahkan isinya. Aneh sekali. Padahal aku pernah belajar bahasa Aksara, tetapi aku tidak bisa membaca tulisan yang terukir. Di altar, tetapi aku bisa membaca aksara yang berada di dinding. Aku melihat ada sesaji dan barang-barang ritual yang tidak aku mengerti. Mataku membulat lebar-lebar. Tanganku gemetar saat mengambil benda yang pernah aku lihat, benda yang hampir membuatku celaka. Boneka yang mirip sekali denganku. Boneka yang menjadi perantara tumbal balas dendam yang di tunjukkan padaku.

'Kamu di jadikan target tumbal balas dendam seseorang.'

Mengingat lagi kata-kata Noah. Yang benar saja. Siapa orang yang berani sekali ingin membunuhku? Aku benar-benar marah sekali dan aku tidak akan memaafkan orang yang ingin menjadikanku target balas dendam. Masa bodoh karena sifat, sikap dan perilaku aku yang buruk. Selalu menindas orang-orang yang lemah, mungkin saja mereka yang pernah aku tindas tidak tinggal diam dan ingin balas dendam padaku.

"KELUAR! AKU TIDAK TAKUT DENGAN KALIAN. SILAHKAN, SILAHKAN SAJA KALAU KALIAN MAU BALAS DENDAM DENGAN AKU. AKU TIDAK TAKUT!"

Aku berteriak keras sampai-sampai memperlihatkan urat di kepalaku yang keluar, luapan emosi yang tak terbendung. Tanganku terentang lebar-lebar, menantang seseorang yang sudah berani menantang ku. Aku tidak takut dengan kesalahanku dan aku tidak peduli.

Kabut entah datang dari mana, menyeruak mengelilingiku, menelanku ke dalam kabut pekat. Aku melihat sosok wanita berpakaian putih di dalam kabut. Mungkinkah orang itu yang ingin balas dendam padaku.

Senyumku tersungging dan tatapan mata bagaikan binatang buas, menatap sosok wanita itu yang membelakangi ku.

"Siapa kamu? Berani sekali kamu?"

Wanita itu berbalik, menampakan wajahnya di hadapanku. Aku dibuat terkejut dengan sosok wanita itu.

Chapitre suivant