webnovel

Bimbang

"Kalau begitu lupakan dia! Jangan ingat-ingat lagi dan buka hatimu lagi untuk orang lain!" Kata Rasty dengan tegas.

"Tapi aku tidak mau menjadi pengkhianat, aku sudah minta kejelasan tapi dia tetap diam, aku juga bilang padanya kalau dia ingin putus dia harus ngomong, tapi dia tetap diam, ini membuatku bingung dalam mengambil sikap!" Kata Tiara lirih.

"Diam itu artinya Iya ... " Kata Rasty.

Di tengah obrolan Rasty dan Tiara, tiba-tiba ponsel Tiara berdering dan itu dari Amelia yang merupakan salah satu sahabat baiknya yang selalu mendengar keluh kesahnya walaupun mereka tinggal di tempat yang cukup jauh. Kebetulan Amelia juga mengenal Angga karena mereka pernah bekerja di kantor yang sama dulu sehingga mereka memiliki kontak masing-masing.

Karena Angga tau Amelia dekat dengan Tiara, ia pun sering curhat ke Amelia tentang Tiara. Dan Tiara juga tau itu sehingga ia meminta bantuan Amelia untuk bertanya ke Angga.

"Halo Mbak!" Sapa Tiara setelah menggeser ikon berwarna hijau di ponselnya.

"Lagi apa Tiara?"

"Baru selesai ngajar, oh ya apa Mbak sudah bicara sama Kak Angga?"

"Pesan Kakak sih sebaiknya kamu lupakan saja dia!"

Tiara terkejut mendengar perkataan Amelia yang biasanya mendukungnya tapi sekarang malah menganjurkannya sebaliknya.

"Memang kenapa Mbak?"

"Kemarin aku datang ke rumah sakit jengukin ibunya yang sakit, tapi di sana aku melihat seorang perempuan yang masih satu kantor tapi tugas di tempat berbeda, nampaknya hubungan mereka tidak biasa!" Jelas Amelia.

Mendengar penjelasan Amelia, Tiara gemetar karena dia tidak menduga kalau Angga akan lebih buruk dari Ferdinan, karena Ferdinan masih mau jujur tapi dia malah menggantungnya.

"Apa mbak ada bukti?"

"Oh.. ada, sekarang buka WhatsApp-mu, aku kirim foto!"

Setelah itu Tiara menutup telepon dan langsung membuka WhatsApp-nya. Seketika itu ia terkejut saat melihat Angga berfoto mesra dengan seorang gadis, dan itu dijadikan foto profilnya di salah satu akun media sosialnya yang di mana Tiara tidak menggunakannya.

Ekspresi Tiara menjadi gelap, dia berusaha menekan emosinya. Ia tidak hanya merasa dibodohi tapi tidak dihargai.

Beberapa hari berlalu, Tiara mencoba mengubur tentang Angga dalam ingatannya dan kembali mengajar seperti biasa.

"Aduhhh ... Sakit ... " Ringis salah seorang siswi Tiara yang membuyarkan lamunan Tiara.

Tiara pun langsung bangun dari duduknya dan segera menghampiri siswinya itu.

"Ya Allah Nadya kamu kenapa sayang?"

Nadya melirik Ibu Gurunya dengan wajah yang pucat." Perut Nadya sakit Buk Guru"

Tiara panik mendengar penjelasan Nadya, si kecil yang masih duduk di bangku kelas 3 SD itu nampak begitu kesakitan dan pucat.

Segera Tiara ke ruang TU dan meminta buku catatan Puskesmas.

Beberapa saat kemudian Tiara dan Nadya sampai di Puskesmas yang lumayan dekat dari sekolah tempatnya mengajar itu.

Tepat saat akan memasuki ruang Dokter, Tiara kaget kalau ternyata yang bertugas bukan Dokter yang biasa.

"Dokter Arya?" Kata Tiara spontan.

Dokter Arya menengok ke arah pintu masuk di mana di situ sudah berdiri dua orang gadis, yang satu kecil dan yang satunya besar.

"Siapa yang sakit?" Tanya Dokter Arya dengan ekspresi yang dingin.

Tiara tersadar dari keterkejutannya, dia langsung membimbing Nadya duduk di depan Dokter Arya. "Katanya dia sakit perut Dokter"

Dokter Arya langsung bangun dari duduknya, dan mendekat ke arah tempat duduk pasien.

"Apanya yang sakit?" Tanya Dokter Arya dengan suara yang lembut.

Tiara heran dengan ekspresi gadis kecil itu, dia tersenyum malu-malu, padahal tadi dia meringis kesakitan.

"Dokter ganteng sekali ... " Kata gadis kecil itu sambil tersenyum malu.

Baik Tiara maupun Arya mengerutkan kening mereka mendegar perkataan gadis kecil itu.

"Terima kasih Tuan Putri yang cantik, oh ya sekarang beri tau Dokter di mana yang sakit?"

"Perut ..." Jawab gadis kecil itu.

Dokter Arya langsung melakukan pemeriksaan.

Setelah selesai, Tiara dan Nadya duduk bersebelahan menghadap Dokter Arya.

"Anda ibunya?" Tanya Dokter Arya.

Tiara tersenyum pahit.

'Apakah wajahku terlihat tua dan cocok memiliki anak? Menyebalkan' Batin Tiara.

"Saya gurunya"

"Ohh baiklah, katakan pada orang tuanya agar lebih memperhatikan pola makannya karena dia menderita maag tapi tidak serius, cukup minum obat saja, insyaAllah dia akan segera sehat!" Jelas Dokter Arya.

Tiara mengangguk. "Iya"

Setelah itu Tiara bangun dan membawa Nadya keluar. Namun, Tiara tiba-tiba berhenti setelah beberapa langkah lalu berbalik ke arah Dokter Arya.

"Maaf, saya mau tanya, Dokter yang kemarin tugas kemana ya?"

Dokter Arya menatap ke arah Tiara. Tatapannya yang teduh, bola mata yang jernih seperti kristal dan aura dingin yang dipancarkannya, sukses membuat Tiara membeku.

"Sudah pindah" Jawab Dokter Arya dengan singkat setelah itu dia kembali fokus sama laporannya tanpa memperdulikan Tiara lagi.

Tiara merasa sedikit kesal dan baru kali ini dia bertemu Dokter anak yang hanya ramah sama anak-anak saja. Karena kesal, Tiara pun segera meninggalkan Puskesmas.

Chapitre suivant