webnovel

Siapa Yang Tersakiti?

Sebenarnya, Ferdinan tidak pernah menyebutkan kata putus pada Tiara. Tapi sebaliknya, ia selalu memberikan harapan padanya. Sehingga terus memupuk cinta dan mempertahankan kesetiaannya kepada Ferdinan walau satu kabar pun tak pernah datang padanya selama satu bulan.

"Mbak Tiara, saya minta maaf! Tapi, tolong jangan sakiti hati aku lagi dengan perkataanmu itu! Aku bersedia mundur agar kalian bisa kembali bersama!" Suara gadis itu terdengar lemah dan terisak karena tangisnya setelah mengatakan hal yang juga menyakiti hatinya itu.

"Aku menyakiti hati kamu?"

Tiara tercengang dengan tuduhan Rina yang merasa telah menjadi korban. Siapa yang sebenarnya tersakiti di sini?

"Rina, kau gadis baik dan Ferdinan juga lelaki baik. Jadi, kalian cocok. Saranku cuma satu buat Ferdinan! Jaga baik-baik wanita ini! Cukup aku yang kamu perlakukan seperti ini. Dan untuk kamu wahai wanita, aku tidak akan menjelaskan seperti apa perasaanku padamu karena kamu akan mengerti, jika suatu saat nanti kau ada di posisiku. Semoga kalian bahagia! Selamat malam. Assalamu'alaikum" kata Tiara lagi setelah dengan penuh kebesaran hati.

Tiara mengakhiri kata-katanya tanpa mendengar jawaban dua orang di seberang telepon, karena dia sudah tidak bisa membendung sesak di dadanya.

Setelah berbicara dengan Ferdinan, pikiran Tiara mulai berkelana jauh, sambil meringkuk di atas tempat tidurnya. Bayangan indah masa lalu bersama Ferdinan datang dan menari-nari di benaknya.

Flash Back.

Pagi itu sangat cerah, bunga bermekaran dalam hati seorang perempuan yang baru saja menerima pesan singkat dari kekasih hatinya untuk mengajaknya bertemu di sebuah taman paling indah di Kota Mataram.

Taman Sangkareang.

Tidak lama setelah menerima pesan, Tiara pun bergegas mengendarai motor kesayangannya menuju taman bunga tersebut.

Saat sampai di Taman itu, Tiara dikejutkan oleh pemandangan Taman yang sudah dihiasi dengan sedemikian rupa.

"MasyaAllah, indah banget!" ucap Tiara dengan tatapan yang berbinar.

Di tempat tertentu, lelaki kesayangannya itu berdiri tegak sambil membawa setangkai bunga mawar indah di tangan kanannya dan kado kecil di tangan kirinya.

"Happy Anniversary, Mutiara Senja kesayanganku!" Ucap Ferdinan sambil menjulurkan bunga mawar merah dan kado kecil itu.

Ya Allah, aku deg-degan. Kenapa masih segerogi ini? Padahal sudah 3 tahun berlalu. Ya Allah, aku mencintainya dan aku ingin hidup seribu tahun lagi bersamanya! Gumam Tiara dengan tatapan yang berkaca-kaca seraya mengambil bunga dan kado kecil itu.

"Di Taman ini, tempat pertama kali Aku menyatakan cintaku tiga tahun yang lalu padamu. Aku berjanji akan selalu setia apapun yang terjadi dan aku akan selalu mencintaimu sayangku. Cincin ini sebagai pertanda keseriusanku padamu. Maukah kamu menikah denganku?" Kata Ferdinan sambil membungkuk menyodorkan cincin ke arah Tiara yang masih terdiam tak berkedip sedikit pun.

Tanpa pikir panjang, Tiara langsung mengangguk dan meminta Ferdinan menyelipkan cincin itu.

"Terima kasih! Karena kamu selalu ada buatku, mencintaiku dengan tulus, rela mengorbakan banyak hal untukku dan tak pernah menyakitiku, aku sayang banget sama kamu" ucap Tiara sambil meneteskan air mata haru setelah Ferdinan menyelipkan cincin ke jari manis Tiara.

"Kok nangis? Kenapa sayang?" Tanya Ferdinan dengan suara yang lembut sambil menyeka air mata di pipi Tiara.

"Aku terharu karena kamu melamar aku di tempat seindah ini. Apakah aku terlihat jelek ya, kalau sedang menangis?" Ucap Tiara dengan suara manjanya.

"Siapa bilang kalau kamu jelek? Katakan padaku! Agar aku bisa membuat perhitungan denganya karena sudah berani mengatakan calon istriku yang cantik dan ngegemesin ini, jelek" ucap Ferdinan sambil mencubit pipi Tiara.

"Sakit!" Tiara meringis sambil memegang pipinya yang sudah dicubit oleh Ferdinan. Ferdinan pun langsung tertawa kegirangan melihat ekspresi Tiara yang imut dan lucu menurutnya.

Ya Allah sekali lagi terima kasih! Karena engkau sudah menganugerahkan seorang lelaki seperti Ferdian dalam hidupku. Ucap Tiara dalam hatinya sambil menatap penuh cinta lelaki yang sedang tertawa di hadapanya itu.

Di sudut Taman yang indah itu, Tiara dan Ferdinan selalu menghabiskan waktu senggang bersama selama masa-masa berpacaran mereka.

Di hari yang istimewa ini, angin melambai lembut menyapu wajah dua insan yang sedang berbahagia itu. Suara merdu kicauan burung yang bertengger di pohon seolah ikut menyaksikan betapa bahagianya mereka yang sedang dimabuk cinta.

BACK. (Kembali)

Mengingat kejadian hari itu di Taman, membuat hati Tiara terasa tertusuk-tusuk bahkan hidup sudah tidak menarik lagi untuknya.

Baru sebulan yang lalu kamu berjanji dan melamarku. Tapi kenapa sekarang kau berubah begitu cepat? Apa salahku sehingga kamu tega melakukan ini padaku? Tidak cukupkah kesetiaan dan perhatianku selama ini membuatmu bertahan dan memilih aku? Ucap Tiara sambil sesegukan.

Malam yang seharusnya menjadi malam bahagia atas pernikahan kakaknya, berubah menjadi malam yang terasa sunyi dan mencekam, gemuruh di hatinya menghadirkan hujan lebat yang mengalir deras di pipi Tiara.

Chapitre suivant