webnovel

Pemakaman

Para pria berjas hitam berbaris rapi di belakang Tuan Drigory. Di sampingnya berdiri Jonathan Drigory putra keduanya. Dan seorang wanita dewasa berpakaian hitam yang membentuk lekuk tubuhnya yang seksi.

Mereka berdiri di depan sebuah makam bertuliskan Jimmy Drigory, putra pertama Tuan Drigory. Seorang pastor berdiri di seberang makam sedang memimpin doa.

Jenazah Jimmy Drigory ditemukan di depan halaman rumah Tuan Drigory dengan kondisi yang sangat mengenaskan. Pemakaman dilakukan hari itu juga pada malam hari untuk menghindari kehebohan.

Tuan Drigory adalah sosok yang sangat disegani di kota X. Semua orang tahu dan takut padanya. Tak ada yang berani berurusan dengannya dan company milik Drigory.

"Semoga Paulus Jimmy Drigory beristirahat dalam damai. Amiin," ucap pastor yang memimpin doa.

Para pelayat satu persatu meninggalkan makam itu. Tuan Drigory dan Nathan masih berdiri di depan makam. Wajah Nathan terlihat sayup. Terlihat kalau ia sangat sedih karena kehilangan kakaknya.

"Kita pergi," ucap Tuan Drigory seraya berlalu. Wanita yang ada di sampingnya juga mengikuti kepergiannya. Sementara Nathan, ia masih berdasarkan di dekat makam kakaknya yang masih basah itu.

"Nathan!" panggil Tuan Drigory.

Nathan membalikkan tubuhnya. Ia berjalan meninggalkan maka. sang kakak dengan perasaan berat.

"Aku akan membalas dendam untukmu, Kak," ucap Nathan dengan raut wajahnya yang begitu serius.

****

Tuan Drigory duduk di atas kursi kebanggaannya. Ia duduk diam ditemani wanita yang seksi yang menemaninya saat pemakaman Jimmy.

"Kenapa kau tak mengatakan apa-apa, Tuan Drigory?" ucap wanita itu. Dia adalah Lucy, sekretaris pribadi merangkap kekasih gelap Tuan Drigory.

Hubungan mereka tentu saja tidak mendapat persetujuan dari Nathan atau pun Jimmy. Namun, tak ada yang bisa melawan seorang Tuan Drigory. Pimpinan mafia paling ditakuti di negeri ini.

"Aku tak bisa asal tuduh begitu saja. Meskipun sudah jelas peluru itu milik keluarga Peterson," ucap Tuan Drigory sembari menenggak anggur yang ada di meja.

Lucy berdiri lalu mendekati Tuan Drigory. Ia lantas mengusap-usap lembut kepala Tuan Drigory. Belahan dadanya yang menyembul ke atas sengaja ia arahkan tepat di depan wajah Tuan Drigory hingga ia menghirup aroma tubuh wanita itu dan seketika hasratnya bergejolak.

Tuan Drigory meraih tubuh Lucy dan memindahkannya di atas pangkuannya. Tanpa banyak basa-basi ia merobek gaun mini yang dipakai oleh Lucy dan meremas bagian bawah tubuh Lucy.

"Kau tahu aku sedang bersedih, kan? Kenapa kau malah menggodaku?" ucap Tuan Drigory begitu dekat di wajah Lucy.

"Kau akan semakin tenang setelah menikmati tubuhku, Sayang," ucap Lucy.

Tuan Drigory merobek celana dalam tipis milik Lucy. Dan Lucy segera mengeluarkan senjata milik Tuan Drigory. Mereka melakukan penyatuan di atas kursi kebanggaan Tuan Drigory.

"Uuh, uhh .. Tuan ... Kau hebat. Kau selalu hebat," erang Lucy. Suara Lucy membuat Tuan Drigory semakin bersemangat hingga ia memukul-mukul tubuh Lucy dan wanita itu justru mengerang kenikmatan.

Suara Lucy terdengar sangat jelas dan nyata. Hingga tanpa mereka sadari kalau Nathan ternyata berdiri di depan pintu ruangan sang ayah. Ia ingin membicarakan tentang kematian sang ayah. Namun, ia justru mendapati sang ayah asyik bercinta dengan sekretarisnya.

"Tuan, aku, keluar, Tuan ... " erang Lucy.

Nathan mengepalkan tangannya. Ia marah karena ayahnya masih bisa bercinta setelah putranya dibunuh dengan begitu kejam. Sementara Nathan, ia dibakar amarah yang sangat besar karena kematian kakaknya.

***

Kimberly tiduran di kamarnya. Ia masih menatap ke langit-langit. Masih teringat jelas saat ia dan gerombolannya membawa Kimberly pergi begitu saja. Dan tak ada yang menolongnya sama sekali. Orang-orang yang lewat di sekitar kampus hanya membiarkannya begitu saja. Seperti bukan sesuatu hal yang penting saja. Padahal jelas-jelas itu adalah penculikan. Walaupun akhirnya dia dilepaskan.

Kimberly menjadi penasaran. Siapa sebenarnya Nathan? Apa dia orang super kaya? Jika memang dia seorang konglomerat. Lantas mengapa Kelakuannya lebih mirip gangster dibandingkan seorang tuan muda.

"Siapa dia?" gumam Kimberly.

Angin berembus cukup kencang hingga membuat lonceng di jendela kamarnya terdengar nyaring. Malam kedua di kota ini. Kimberly merasa begitu lelah. Ia kemudian berdiri untuk menutup pintu jendela kamarnya.

Saat Kimberly menggapai daun pintu untuk ditutup. Ia melihat cahaya dari arah kebun apel.

"Apa itu?" gumamnya penasaran. Tapi rasa penasaran itu tak membuat Kimberly untuk usil datang ke sana. Ia tak mau lagi punya urusan seperti yang sudah-sudah.

Kimberly menutup pintu jendela tanpa mempedulikan ada apa di kebun apel itu. Ia memilih untuk tidur. Hari ini dia sangat lelah. Dia tidak ingin terlalu banyak berpikir lagi.

Satu jam berlalu. Hidung Kimberly mencium bau seperti aroma terbakar. Ia yang sudah hampir terlelap tidur pun segera bangun.

"Astaga!"

Kimberly membuka jendela dan melihat ke arah kebun apel. Di sana terlihat api berkobar cukup besar.

Kimberly segera turun keluar dari kamar dan turun ke bawah. Kimberly tak melihat ibunya keluar dari kamar. Itu berarti ibunya tak tahu tentang api yang ada di kebun apel.

Kimberly segera keluar dari rumah. Dan berlari menuju ke kebun apel itu. Di sana ia melihat api sudah berkobar ke mana-mana.

"Apa-apan ini?" pekik Kimberly.

Kimberly tampak panik. Jika dibiarkan rumahnya dan beberapa rumah warga yang lain pasti akan terbakar. Kimberly bingung harus bagaimana.

Di dekat kobaran api itu. Terlihat sosok pria berdiri sambil menatap kosong ke arah api itu. Di sebelahnya terlihat sebuah jirigen. Sepertinya dia adalah pelakunya.

Kimberly segera berlari mendekati orang itu. Ia kepanasan karena api yang sangat besar. Tapi dia harus tahu siapa orang itu. Dan ... oh, tidak. Orang itu bisa terbakar di dalam api itu jika tak segera pergi. Kimberly tak akan membiarkan hal itu terjadi.

Gadis itu segera berlari lalu menarik pria itu pergi aagr menjauh dari api.

"Apa kak sudah gila!" amuk Kimberly. "Api itu akan membakar rumah warga di desa ini!"

Tapi betapa terkejutnya Kimberly saat mengetahui bahwa pria yang membakar Kebun anggur itu adalah Nathan. Pria yang tadi siang menculiknya.

"Kau?"pekik Kimberly tak habi pikir. "Kupikir kau hanya seorang anak nakal. Tapi ternyata kau seorang kriminal! Aku akan melaporkanmu ke polisi!"

"Laporkan saja," jawab Nathan dengan tatapan kosong.

Kimberly semakin panik karena api itu mulai mendekati perkampungan. Ia menatap Nathan yang pandangannya tampak kosong. Tak mau menunggu lama. Kimberly segera kembali ke rumah untuk membangunkan ibunya.

"Ibu! Ibu!" pekik Kimberly sembari menggedor pintu kamar ibunya.

Tak ada jawaban dari sang ibu. Kimberly semakin panik tak karuan. "Ibu! Ibu!" panggil Kimberly lagi. Kali ini dia bahkan menendang pintu kamar karena semakin panik.

Bersambung ....

Chapitre suivant