webnovel

Penyihir ?

"Mari Nyonya." Alonso menahan pintu lift, mempersilahkan Crystal untuk keluar terlebih dahulu.

Crystal menelan ludah saat melihat megahnya pemandangan didepan matanya saat ini. "A-apakah ruangan Reagan ada dilantai ini?"

Alonso tersenyum. "Benar Nyonya, di lantai inilah ruangan Tuan muda berada."

"Hanya Reagan saja atau…

"Crystal!!"

Ariel yang baru saja kembali dari meeting memekik keras saat melihat keberadaan Crystal di kantor, dia nampak begitu kaget melihat Crystal berada ditempat yang tidak seharusnya. "Apa yang kau lakukan di tempat ini?"

Senyum Crystal merekah melihat siapa pemilik suara yang baru saja menyebut namanya, meskipun dirinya belum memiliki kesempatan untuk mengobrol dengan Ariel namun Crystal yakin jika adik sepupu Reagan itu orang baik.

"Kau bisa menjelaskan ini Alfonso?!" Ariel yang tidak sabar menunggu jawaban Crystal lantas mengalihkan sasaran pada Alfonso yang masih menahan pintu lift untuk Crystal yang masih mematung di dalam lift.

"Tuan besar yang meminta Nyonya Crystal datang."

"Kakekku?!" Ariel kembali memekik keras tidak percaya.

Alfonso mengangguk pelan. "Benar Nona."

"Memangnya apa yang ingin kakek lakukan dengan membawa Crystal datang ke kantor? Apakah kakek ingin membuat Crystal bekerja dikantor ini?"

"Maaf Nona, untuk hal itu saya kurang tahu," jawab Alfonso singkat, mengenal Ariel cukup lama membuat Alfonso harus hati-hati dalam berbicara. Ariel adalah gadis yang pintar dan Alfonso tidak mau jika dirinya terlibat masalah karena Ariel.

Ariel menaikkan satu alisnya, terlihat jelas jika dia tidak puas akan jawaban yang diberikan salah satu bawahan James yang setia itu. Karena tidak memiliki pilihan lain untuk menuntaskan rasa ingin tahunya yang begitu besar, Ariel berjalan ke arah lift dan langsung mendorong Alfonso kekiri sehingga lelaki itu melepaskan tangannya dari pintu lift.

"Nona…"

"Aku ingin bicara empat mata dengan Crystal di lantai sebelas, kau tidak usah ikut campur." Ariel bicara dengan ketus sebelum akhirnya menekan tombol 'close' pada lift.

Crystal yang kaget karena tidak menyangka Ariel akan melakukan hal itu memilih untuk tidak melakukan apa-apa, Crystal memilih untuk membiarkan Ariel melakukan apa yang dia inginkan. Crystal yakin Ariel tidak akan bersikap kasar padanya, setidaknya tidak jika sedang berada di kantor seperti saat ini.

Seperti yang dikatakan Ariel sebelumnya, lift berhenti di lantai sebelas. Lantai dimana kantin dan beberapa ruang bersantai berada.

"Keluar dan ikut aku," ucap Ariel dingin.

"Baik."

Ariel yang sudah tidak sabar itu lantas mempercepat langkahnya menuju tempat favoritnya ketika sedang melepas penat di kantor, bertahun-tahun menjadi model dan beralih profesi menjadi seorang pekerja kantoran bukanlah pekerjaan yang mudah. Karena itulah Ariel memiliki satu tempat favorit untuk mengembalikan moodnya sebelum kembali bekerja.

Ariel yang sudah sampai terlebih dahulu di tempat yang dituju menatap dingin pada Crystal yang sedang berjalan dengan tenang, Crystal tidak sadar jika saat ini Ariel menatapnya tanpa berkedip.

"Cantik dan manis."

Dua kata itulah yang bisa Ariel deskripsikan untuk menilai seorang Crystal, gadis berambut hitam legam dengan mata berwarna serupa itu memiliki kecantikan khas. Kecantikan yang tidak dimiliki gadis Eropa yang rata-rata memiliki rambut blonde dan bermata biru seperti dirinya, kecantikan mainstream yang tentunya sudah banyak Reagan temui sebelumnya.

"Kenapa kau diminta datang ke kantor?" tanya Ariel langsung tanpa basa basi.

"Aku tidak tahu, Alfonso tidak mengatakan apa-apa padaku. Dia bahkan baru mengatakan kemana tujuan kami setelah ada dijalan," jawab Crystal jujur.

"Bohong!!" Ariel langsung menyanggah perkataan Crystal dengan keras. "Trik pasaran yang kau lakukan tidak mempan padaku."

"Aku sungguh tidak berbohong, jika kau tidak percaya silahkan bertanya langsung pada kakek karena jujur aku pun bingung kenapa aku diminta datang ke tempat ini."

Ariel mengepalkan kedua tangannya, ketenangan Crystal saat menjawab pertanyaannya begitu mengusiknya. Sebagai mantan model yang sudah memiliki banyak pengalaman di dunia showbiz yang keras Ariel tahu jika Crystal bicara jujur, dia sama sekali tidak melihat sedikitpun kebohongan pada gadis itu.

"Bagaimana kau bisa mengenal Reagan?"

"Eh?"

"Maksudku sudah berapa lama kalian mengenal sebelumnya hingga akhirnya Reagan menikahimu?" Ariel langsung meralat ucapannya dengan cepat, tersirat jelas kecemburuan yang begitu jelas pada suara Ariel saat ini. Meskipun Reagan adalah saudara sepupunya namun Ariel memiliki perasaan yang berbeda kepadanya. "Jangan katakan jika Reagan jatuh cinta padamu pada pandangan pertama karena aku tidak akan percaya, tidak ada hal semacam itu didunia ini."

"Kami hanya bertemu dalam hitungan jari sebelum Reagan mengajakku menikah, mungkin karena dia merasa kasihan padaku yang sebatang kara ini jadi…"

"Stop, kau kira aku anak kecil yang tidak tahu apa-apa? Kau kira aku akan percaya dengan alasan semacam itu?" Dada Ariel naik turun saat bicara, alasan yang diberikan Crystal terdengar sangat tidak masuk akal untuknya.

"Aku sangat mengenal Reagan dan aku tahu persis sifatnya seperti apa, Reagan memang baik tapi dia tidak akan sebodoh itu dengan langsung mengajak seorang gadis menikah hanya karena iba. Jika tidak karena tipu muslihat yang sudah kau lakukan tidak mungkin Reagan akan….tunggu!!!" Ariel menghentikan perkataannya dengan mata terbuka lebar, wajahnya terlihat begitu pucat. "Jangan katakan padaku jika saat ini kau sudah hamil…"

"Tidak, tentu saja tidak ada hal semacam itu." Crystal langsung memotong perkataan Ariel dengan panik.

Ariel menyipitkan matanya. "Jika kau tidak menjebak Reagan dengan kehamilan lantas apa yang membuat Reagan mau menikahimu? Kau sama sekali tidak masuk dalam kriteria gadis favorit Reagan yang biasanya, mantan kekasih Reagan juga berasal dari kelas atas tidak seperti dirimu yang begitu biasa. Jadi cepat katakan padaku sihir apa yang sudah kau berikan pada Reagan sehingga dia mau menikahimu?"

"S-sihir?"

"Ya sihir, Reagan pasti mau menikahimu karena sudah terkena sihirmu," ucap Ariel kembali seraya melipat kedua tangannya didada, kedua matanya menatap penuh tuduhan pada Crystal yang terlihat begitu kaget mendengar tuduhan yang ditujukan kepadanya itu.

Bersambung

Bersambung

Chapitre suivant