webnovel

Misi Bersama

Dua Kalueng kini terbang di atas hutan, mereka menuju sebuah pemukiman warga desa. Ada seorang warga yang tengah mambajak lahan dengan traktornya untuk merapikan tanah kerena akan ditanami gandum. Namun, dia melihat dua Kalueng yang terbang kearahnya. Dia bingung hendak keluar dari traktor, namun belum sempat keluar salah satu Kalueng mengibaskan sayapnya dengan kuat kearah traktor, traktor pun miring dan jatuh ke kanan. Warga itu pun ikut jatuh di bawah.

Salah satu Kalueng memaksa membuka pintu traktor dan BRAKKK! Pintu kecil dengan kaca menutup separuh itu lepas.

Saat Kalueng itu mencapai baju warga penduduk itu, tiba-tiba serangan panah energi mengenai dada sebelah kirinya. Kalueng itu terpental mundur. Beberapa orang dengan cepat dan kemampuan tinggi melesat, ada seseorang yang terbang diatas dan menghantam Kalueng yang masih terbang rendah dengan sayapnya. Kalueng satunya itu pun jatuh ke tanah.

Kedua Kalueng itu hendak berdiri lagi, seolah lukanya tidak terlalu kuat. Bersiap bertarung dan menyerang beberapa orang yang sudah berdiri disana. Kalueng maju dan dengan mudah serangan itu dipatahkan oleh seorang lelaki besar, serangan itu tak membuatnya bergeming. Tangan lelaki besar itu mundur sedikit dan menghantam kuat dengan energi ledakan di kepala Kalueng. Wusssshh!

Ledakan energi besar, Kalueng itu terhempas jauh. Salah satu Kalueng yang lain hendak menyerang lagi, namun seorang wanita merapal kekuatannya dan dari atas ada Wind Spear, atau tombak yang tipis terlihat. Tombak besar dari angin itu menghantam salah satu Kalueng yang belum sempat bergerak.

Dua Kalueng tumbang, anehnya luka memang ada, namun keduanya masih berupaya bangun. Beberapa orang yang menyelamatkan petani itu adalah anggota Aflif. Banyak anggota Aflif yang menerima misi sama di semua Benua Samosir untuk menaklukkan makhluk bersayap seperti manusia yang mengincar manusia dan binatang.

"Gila! Terbuat dari apa mereka, bahkan serangan seperti itu masih tidak bisa menghancurkan mereka?" Sanu terheran melihat hal itu, belum pernah melihat makluk aneh seperti itu, dan katanya Kalueng baru muncul akhir-akhir ini. Artinya, musuh baru sudah muncul di dunia persilatan.

Masih tertatih berdiri, dua Kalueng itu sudah terluka berat, namun mereka masih bergerak dan ingin menyerang meskipun gerakan mereka sangat lambat. Mereka terkesan seperti makhluk mati yang tak punya rasa sakit dan hanya menyerang.

Seorang tua dari kelompok itu pun maju ke depan, tongkat kecilnya yang di ujungnya ada seperti batu berlian diarahkan ke depan.

"Kobaran Magma!"

Tiba-tiba, api dari mulai kecil berputar di sekeliling tongkat kecilnya, bergerak kedepan, terus dan berputar semakin besar. Gulungan api semakin besar dan berputar menggulung dua Kalueng itu, Kalueng tak bisa mengehindari dan terbakar api gulungan, erangan mereka pun seolah hanya desahan menakutkan.

Api membesar dan berhenti, Lelaki itu itu menghentikan serangannya. Kedua Kalueng itu sempurna roboh ke tanah, gosong dan sayap-sayapnya masih menyisakan percikan api yang membakar.

"Makhluk apa itu Kakek Kamir?" Tanya Sinta yang merupakan orang pertama yang menyerang Kalueng dengan panahnya.

Lelaki tua yang baru saja melakukan serangan api itu menatap Sinta, "Mereka seperti makhluk yang dikendalikan dengan kekuatan dari jarak jauh."

Kamir dan rekan setimnya juga mendapatkan misi untuk membersihkan Kalueng. Aflif Lentera yang diketuai oleh Sanu ini memang memilih misi untuk menolong orang lain, mereka selalu menerima misi penyelamatan terhadap masalah atau ketidakadilan.

Kamir bergumam pada yang lain karena dirinya merupakan penasehat di Aflif itu meskipun usianya sudah tua, "Misi kita kali ini sepertinya terlalu berbahaya, orang dibalik ini semua merupakan orang dengan kemampuan tinggi."

Anggota yang lain, Bara dan Regas bahkan tak pernah mengira kalau orang yang mereka hormati yaitu Kamir bisa mengatakan hal demikian. Artinya, tantangan mereka kali ini besar.

Dari seberang sana, sebuah mobil dengan cepat meraung cepat dan berhenti di dekat mereka. Mereka adalah Aflif Rendana, mereka juga memiliki misi yang sama.

Roki turun duluan dan segera menyapa Kakek Kamir.

"Salam Kakek, Kami mendenger pertempuran dan langsung kemari," Roki yang merupakan ketua Aflif Rendana melihat sekeliling dan melihat dua makhluk gosong dan ada sayap-sayap yang patah serta masih memercikkan air.

"Apakah ini Kalueng yang selalu meresahkan masyarakat dan daerah di sekitar sini?" Tanya Jeni yang menyusul ketuanya turun dari mobil, yang lain Rinto, Samo dan Ega juga menyusul.

Sanu pun memberikan anggukan kepalanya dan menceritakan pertempuran mereka, bahkan dia menceritakan betapa makhluk yang disebut Kalueng itu juga merupakan makhluk yang dikendalikan dengan kekuatan sihir dari jarak jauh.

Misteri Kalueng pun menghinggapi kepala mereka masing-masing, makhluk ini merupakan makhluk aneh yang muncul entah darimana dan seolah makhluk baru yang benar-benar penuh misteri.

Mereka pun ingin mengungkap ada apa sebenarnya dengan Kalueng ini dan apa tujuan orang yang mengendalikannya.

Nyatanya tak hanya Aflif Lentera dan Rendana. Bahkan Puluhan Tim Aflif memang di kerahkan di wilayah itu untuk menyelesaikan kasus Kalueng itu. Misi ini bahkan masuk misi peringkat B atau bahkan A yang artinya memang memiliki masalah yang besar dan berbahaya.

Sanu melepaskan tanda ke udara, hal itu untuk mengumpulkan para Aflif yang ada di dekat mereka yang memang seluruhnya sedang mencari informasi dan atau tempat persembunyian Kalueng. Sanu ingin mengabarkan kejadian hari ini dan memberi saran agar berhati-hati ketika menemui Kalueng.

***

Penginapan dan Rumah Makan di pinggiran Kota sangat ramai. Kaja dan Bagas merasa harus makan terlebih dahulu dan memang Kaja juga sudah merasa lapar.

Di dalam rumah makan itu, banyak orang dengan armor dan senjata yang sudah mereka bawa. Kaja dan Bagas santai masuk kesana, sedangkan Bagas menaruh tongkatnya di punggungnya.

Mereka melihat tempat duduk penuh, masing-masing tempat duduk ditempati beberapa kelompok orang, mereka rata-rata anggota Aflif. Ya, Kaja baru tahu bahwa anggota aflif memiliki lambing burung garuda yang ditempelkan di dada mereka, hanya biasanya tanda itu dimiliki oleh satu orang saja dan itu biasanya ketua dari tim Aflif tersebut.

Satu tempat terlihat masih longgar, hanya seorang pemuda dengan balutan kain di kepalanya. Wajahnya sangat tampan dan dia hanya sendiri.

"Kita kesana saja," Kata Bagas kepada Kaja.

Kaja pun mendekati pemuda tampan tersebut, "Bolehkan kami duduk disini, kami mau makan juga. Semua tempat duduk penuh."

"Silakan," Jawab pemuda itu datar.

Bagas langsung duduk tanpa pengantar lagi. Mereka memesan makanan sederhana dan juga minuman air putih.

Pembicaran disana sangat ramai dan riuh sekali. Semuanya membicarakan soal Kalueng yang sudah didapatkan informasi dari Tim yang lain bahwa makhluk itu adalah makhluk yang tidak memiliki kesadaran dan hanya dikendalikan dari jauh.

Samar-samar pemuda tampan itu pun mendengar, namun dia tak menggubris dan tak ingin ikut berbincang.

"Makhluk tanpa kesadaran?" Bagas bergumam.

Kaja meminum minuman air putihnya, "Sepertinya banyak hal yang belum aku ketahui di dunia ini," Kaja juga ikut berkomentar pada Bagas. Tentu saja, Kaja selama hidupnya hanya hidup di sebuah tempat terpencil bersama kakeknya Noran. Dia tak mengerti banyak dunia luar kecuali soal Lord Master.

"Apakah kita akan bersenang-senang kali ini Kaja?" Bagas sumringah karena dia sangat senang ketika bertemu musuh baru dan hebat. Dia memang orang yang suka mengasah kemampuannya. Pemuda itu, Jiro, dia hanya mendengar kedua orang di dekatnya itu.

"Sebaiknya kalian tidak usah ikut campur dengan misi Aflif untuk menumpas Kalueng," Jiro makan pelan sambil berujar pada Kaja dan Bagas.

Bagas mendelikkan matanya sedikit, "Kenapa memangnya?"

Jiro meletakkan makanan yang hendak dimakannya ke piringnya, "Mereka sangar berbahaya, musuh sebenarnya bukan musuh sembarangan," mencoba memberi saran kedua orang itu.

Bagas dan Kaja pun terdiam sejenak. Kaja dapat mengerti, pemuda di sebelahnya itu adalah orang yang memiliki energi tipis yang dirasakannya, meskipun tipis, itu adalah energi yang bisa meledak dan sangat padat.

Chapitre suivant