"Baiklah! Aku hanya akan membantumu lain kali kalau Kau memintanya," Kaja pasrah karena Bagas terus mendesaknya, Bagas merasa bisa menang jika sendirian.
Kini, Bagas merasa puas. Beberapa Aflif Hati Naga mulai pulih dan mendekati Bagas dan Kaja. Mereka membungkuk sedikit dan menaruh tangannya di depan perut mereka sebagai bentuk penghormatan dan rasa terimakasih. Danu mewakili semua timnya mengucapkan terimakasih, dan juga mereka merasa sangat senang bisa bertemu dua pemuda dengan kemampuan hebat namun belum pernah mendengar nama mereka sama sekali.
Mereka pun terlibat obrolan ringan, sedangkan Raga dan Andre sibuk mengumpulkan beberapa anggota perampok yang tersisa dan mengikat mereka. Mereka pun menghubungi orang-orang dan pengawal untuk menahan semua perampok dan dapat diadili dengan hukum yang berlaku. Ronga sang pemimpin perampok pun segera dilumpuhkan agar tak kabur saat ditangkap. Dia disegel kekuatannya dengan artefak seperti borgol yang sudah diisi dengan sihir agar dapat membekukan kemampuan manusia.
Bagas mendekati mereka yang tengah mengobrol.
"Saudara Kaja," Reza memberanikan diri bertanya pada sahabat barunya itu, "Bagaimana kamu bisa mengetahui kelemahan Ketua Perampok itu?"
Kaja awalnya hendak diam saja, namun karena ada yang tulus bertanya maka dia pun menjawabnya. Juga, beberapa orang di sana memang merasa ingin tahu namun tak berani bertanya.
Kaja pun menceritakan, bahwa sebelum dia mengerahkan kekuatan energi jeratan kayu itu. Ada bisikan yang dia dapatkan bahwa kelemahan Ronga adalah kecepatan sayapnya, itu adalah sumber booster tenaganya. Jika itu dihentikan maka energinya juga tidak akan menjadi berlipat ganda dan itu bisa membuatnya melemah. Saat itulah, Kaja langsung mengerahkan kekuatannya agar dapat menyegel sayap cahaya milik Ronga.
Dan, setelah Ronga dapat dikalahkan, seberkas cahaya masuk ke dalam diri Kaja, itu adalah energi Rakuta.
Entah kenapa, orang-orang di sekitar Kaja heran, apakah Kaja memang menarik Agro energi itu, dan menyimpan energi core Rakuta dari Ronga? Mereka semua masih penasaran, namun soal suara tersebut, ternyata tak ada yang mendengarnya kecuali hanya Kaja saja.
Reza pun tersenyum mendengarkan cerita Kaja, dia tahu bahwa Kaja tidak berbohong. Namun, dia sendiri belum bisa memahami kejadian seperti apa yang menimpa Kaja. Hanya saja, dia merasa yakin bahwa Kaja akan menjadi orang besar di masa depan nanti karena kemampuannya saja sudah setingkat itu, meskipun dia masih sangat muda seperti dirinya.
"Kakak!"
Reza memanggil Bagas. Bagas pun menatap Reza, Bagas masih terlibat perbincangan baru dengan para anggota Aflif dan Kaja saat itu.
"Pergilah berpetualang bersama Kaja. Sudah waktunya Kau menunjukkan kemampuanmu pada dunia."
Begitu tiba-tiba. Bagas pun kaget mendengar penuturan Reza adiknya itu. Memang, selama ini, dia yang mengasuh Reza dengan segenap kemampuannya, namun kini Reza telah dewasa dan bahkan mampu melindungi dirinya sendiri.
***
Bagas pun teringat pernah duduk bersama Reza selesai dia berlatih. Mereka memandang langit dan kemudian keduanya rebahan di rerumputan hijau.
"Suatu hari! Namaku akan tercatat dalam sejarah, bahwa aku Bagas akan menjadi orang besar dan akan dikenang sebagai orang yang menegakkan kebenaran dengan kekuatanku!"
"Kapan hal itu akan terjadi?" Reza yang masih kecil pun menatap kakaknya yang kekar dan selalu melindungi dan mengajarinya beladiri itu.
"Jika kau sudah dewasa. Jika kau sudah cukup bisa menjaga dirimu sendiri, maka Kakakmu ini akan berpetualang. Aku akan menjadi anggota Aflif yang terbaik yang pernah ada, dan akan menegakkan kebenaran."
Bagas tersenyum kepada adiknya itu.
"Kau pasti bisa melakukannya Kak."
"Tentu saja."
Keduanya tersenyum sambil menatap langit yang menyisakan mendung tipis, matahari masih mentereng begitu tajam hingga menyilaukan mata.
"Jika Kakak sudah menjadi seorang bintang dalam dunia persilatan nanti, jangan lupa untuk kembali."
"Tentu saja! Kau kan keluargaku satu-satunya Reza."
"Baiklah, Aku akan mempersiapkan keberangkatanmu nanti Kak."
***
"Kenapa sekarang Reza?"
"Karena sekaranglah waktu yang tepat. Aku bukan anak-anak lagi. Pergilah berpetualang, Kakak akan menemukan jalan yang kakak inginkan."
Bagas masih menatap adiknya itu.
"Tapi…, Kenapa Kakak harus pergi dengan pemuda yang baru kita kenal ini?" Bagas menggaruk kepalanya yang tak gatal. Dia memang tak secerdas adiknya kalau diminta menganalisis sesuatu permasalahan.
"Meskipun kalian terlihat tak akur dan saling bersaing. Tapi aku menyadari satu hal."
Reza menatap Kaja yang juga mendengarkannya.
"Kalian punya tujuan yang sama. Kalian berada di garis yang sama. Menciptakan dunia yang aman untuk ditempati semua orang."
Reza menatap langit, "Keadilan! Keadilan harus ditegakkan!"
Benar. Itulah kata-kata yang sering dikatakan Bagas kepada Reza setiap saat. Itulah kata-kata yang ditinggalkan Ayah dan Ibu mereka. Orangtua yang berkorban hidup dan jiwa mereka untuk melawan Rakuta demi menyelamatkan manusia dari bahaya. Kata keadilan memang membekas dalam jiwa Bagas.
"Kalian akan membentuk Aflif dengan kekuatan kalian. Dan, kalian akan menegakkan keadilan," Reza semakin bersemangat.
Bagas pun mulai berpikir kembali, niatnya untuk berpetualang memang sudah waktunya. Dulu, itulah keinginan kuatnya. Namun, dia menyadari memiliki adik dan harus menjaganya sehingga mimpi itu terlupakan untuk waktu yang lama.
"Lalu…, Kau bagaimana Reza? Apakah Kau akan ikut bersamaku berpetualang?"
Reza tersenyum, "Tidak Kakak, Aku hanya ingin menunggumu pulang. Dan, Kakak akan menceritakan semua petualanga padaku. Aku juga akan terus berlatih disini dan aku menunggumu untuk beradu tanding lagi."
"Dasar Kau ini," Bagas mengangkat tangan kanannya dan mengusap rambut adiknya tersebut.
Kaja melihat hal itu, memang dia butuh tim untuk mendaftar Aflif. Dan, benar saja, Bagas adalah seorang yang berani dan tak kenal takut. Apalagi, tujuannya sama untuk menegakkan kebenaran dan keadilan.
"Jadi…" Kaja menghentikan gurauan Kakak dan Adik itu. Tangannya terhulur kepada Bagas, "Maukah Kamu menemaniku berpetualang?"
"Tapi…, Siapa ketuanya?" Bagas serius menatap Kaja.
Reza kembali menggelengkan kepalanya, "Kenapa mulai lagi? Jangan usil Kak!"
"Ha…ha…ha… Baiklah Baiklah! Tak peduli siapapun ketuanya, kita akan mengguncang dunia. Hahaha…."
Kaja tersenyum, mereka berjabat tangan dan saling tersenyum.
Kaja bahagia, "Mari berteman."
"Tentu saja!"
Aflif Hati Naga merasa bahagia melihat mereka menjadi akur dan juga mereka akan kedatangan tim hebat di Aflif yang akan membawa perubahan besar. Mereka yakin itu karena kemampuan mereka yang hebat dan juga mereka adalah orang yang baik.
Langit terlihat semakin cerah, matahari tepat di tengah kepala. Di bawah pepohonan, sinar matahari menyeruak diantara celah-celah pepohonan.
Kaja mampir sejenak di rumah kecil Bagas dan Reza. Mereka akan berangkat esok hari menuju ibukota pusat di Benua Samosir.
Petualangan baru menunggu mereka, dan mereka akan menghadapinya dengan penuh optimis. Mereka siap untuk menghadapi setiap hal di depan mereka.
Dan…, Kaja semakin dekat dengan misteri orangtuanya. Dia yakin, suatu hari setidaknya dia akan tahu, siapa orangtuanya?