webnovel

Bencana yang kembali

Seusai mendengar bel, Ard dan Willy berjalan bersama ke ruang kelas. Kala itu, mereka kembali terkejut karena ruang kelas yang mereka tuju adalah serupa.

"Ah, sialan! Aku tak ingin mengakui ini karena terdengar menggelikan! Apakah ini takdir?!" tanya Ard sembari memajamkan kedua mata dan mengepal tangan kiri dengan kesal.

"Kawan. Kita akan menghabiskan banyak waktu dalam berbisnis. Senang berkenalan denganmu," balas Willy sembari tersenyum tipis dan menepuk bahu kanan Ard dengan tangan kiri.

Sembari menunggu guru datang, suasana kelas yang mereka dapati begitu berwarna. Ketika melihat sekeliling, Ard merasa begitu antusias untuk menggapainya satu per satu. Dimulai dari gadis yang aktif dalam menari dan menyanyi, serta pria yang tampak kasar, dingin dan ramah. Kemudian, Ard pun dikejutkan oleh sosok gadis berambut pirang dan lebat yang sedang fokus memainkan CyPhone.

"Hei. Kau lihat gadis yang duduk di pojok itu? Rambutnya pirang dan Style-nya begitu modis! Apakah dia model?!" tanya siswi berambut cokelat dengan kucir kuda.

"Heh?! Model?! Uhm, kurasa bukan. Aku tak pernah melihatnya di majalah maupun televisi. Wajahnya pun tampak asing. Kurasa dia orang luar," balas siswi berambut hitam pendek.

"Kusarankan pada kalian, untuk menjauhi gadis itu. Style yang seperti itu adalah anak-anak nakal yang suka membangkang," bisik siswi berambut hitam dengan kucir samping kanan.

"(Oi, oi, oi! Kalian serius?! Jangan menilai seseorang dari sampulnya terlebih ketika kalian belum mengenalnya sama sekali!)" ujar Ard dalam hati sembari kesal.

Seusai memperhatikan gadis pirang, pandangan Ard beralih pada siswa berkulit cokelat. Siswa tersebut membawa barbel, sembari ia mengayunkannya ke atas dan ke bawah. Lalu, pandangannya kembali beralih pada siswi-siswi yang berkerumun di suatu bangku. Sosok yang dikerumuni ialah siswa yang memiliki paras tampan, dengan nada bicara yang hangat.

Begitu pun dengan siswa berkacamata yang tampak cerdas, dengan kepribadian dingin. Meski cara bicaranya tampak acuh, siswi dan siswa di sekitarnya berusaha untuk mengakrabkan diri.

"Maaf. Tinggalkan aku sendiri. Aku sedang mengingat sesuatu di kepalaku," pinta siswa berkacamata dengan kedua tangan disilangkan di depan bibir, layaknya orang yang sedang serius.

"A-ah, begitu. Maaf. Kami tak akan mengganggu lagi, Hiruma. Permisi," balas siswa berambut hitam dengan poni pendek, sembari menjauh.

"Hiruma. Jika butuh sesuatu, jangan sungkan, ya?! Walau begini, aku handal, lho! Bye-bye!" ujar siswi berambut cokelat pendek.

Ketika Ard sedang melihat perilaku Hiruma, Willy menanyakan pendapat Ard perihal kelas tersebut. Sembari menyilangkan kedua lengan di depan dada dan tersenyum angkuh, Ard mengungkapkan kesannya yang puas dengan kelas tersebut. Ard pun mengungkapkan, bahwa di kelas itu terdapat banyak gadis sebaya yang begitu cantik, hingga membuatnya sulit untuk memilih.

"Sulit memilih, huh? Padahal yang berminat denganmu pun tak ada. Sadari tempatmu, belatung," tegur Willy sembari tersenyum sinis.

"Setidaknya biarkan aku berhalusinasi, kawan. Aku adalah seorang pria," sanggah Ard sembari menahan kesal karena kenyataan tersebut.

Kemudian, Willy menanyakan Ard, perihal banyaknya pengalaman menjalin hubungan dengan gadis. Ketika dipertanyakan, Ard mengangkat kedua tangan dan mencoba menghitung. Momennya ketika bersama Rita dan Dyenna, membuatnya dilema.

Hubungannya dengan Rita, Ard berniat menyembunyikannya dari publik. Terlebih, momennya bersama Rita lebih seperti saudara kandung. Sedangkan Dyenna yang merupakan teman masa kecil, tak bisa ia masukkan ke dalam hitungan. Dengan tatapan depresi, Ard mengungkapkan bahwa momen asmaranya ialah nol.

Seusai mendengarnya, Willy menghela nafas karena merasa kecewa dengan masa muda Ard. Willy pun menyilangkan kedua lengan di depan dada, sembari mengungkapkan bahwa ia pernah menjalani hubungan asmara dengan seorang gadis. Seketika, Ard terkejut dan merasa tak percaya dengan sosok bejat seperti Willy.

"Mustahil! Pengokang sepertimu tahu apa tentang asmara?! Yang bisa kubayangkan hanyalah foto yang kau punya tentangnya, kau buat untuk ritual," bantah Ard dengan kesal.

"Perhatikan lidahmu ketika berbicara, sialan! Walau aku seperi ini, kemampuanku dalam asmara itu di atas rata-rata!" lanjut Willy semakin kesal.

"Jangan banyak bicara! Buktikan di depanku, bakteri plankton!" pinta Ard dengan kesal.

Ketika mendapati tantangan dari Ard, Willy setuju dalam melakukannya tanpa pikir panjang. Kemudian, Willy menghampiri tiga gadis yang berkerumun di bangku paling depan dan mulai menggoda mereka satu per satu. Dengan perasaan canggung, gadis berambut hitam pendek menuturkan maaf, karena ia sudah bertunangan. Seketika, Willy hampir mendapati serangan jantung karena targetnya bertunangan di usia yang begitu muda.

Begitu pun dengan gadis berambut cokelat dengan kuncir kuda, yang mengungkapkan bahwa ia sudah memiliki kekasih. Sedangkan gadis berambut hitam dengan kuncir kanan, mempersilahkan Willy untuk menawarkan hubungan dengannya. Namun dengan seketika, Willy menuturkan maaf karena gadis tersebut bukan tipenya. Seusai mendengarnya, gadis tersebut menegur Willy dengan kesal, karena diduga pilih-pilih.

Sembari menatap sinis, gadis berambut hitam dan kuncir samping kanan tersebut mengungkapkan, bahwa ia akan menyumpahkan Willy agar sulit mendapatkan kekasih. Seketika, Willy kembali terkejut dan merasa terpukul dengan kalimat gadis tersebut. Sedangkan Ard yang mendengarnya, mengarahkan pandangan ke tembok sembari menahan tawa, dengan tangan kiri yang menutupi mulut.

Ketika momen tersebut masih berlangsung, sang guru datang dan memasuki kelas. Dengan segera, murid-murid yang berkeliaran dari bangku, kembali duduk ke tempat mereka masing-masing. Guru tersebut ialah wanita yang memiliki tinggi ideal, berambut cokelat dengan kuncir kuda dan mengenakan kacamata berwarna merah.

Ia memperkenalkan diri, dengan menyebut namanya sebagai Rixa. Guru Rixa, akan menjadi Wali Kelas mereka selama satu tahun ke depan. Guru Rixa memiliki kepribadian tegas dan berwibawa, hingga membuat seisi kelas merasa segan padanya. Sebelum memulai pelajaran, Guru Rixa meminta para murid untuk memperkenalkan diri dengan berdiri di depan kelas.

Seketika, beberapa murid yang tak terbiasa bersosialisasi, mendapati keringat dingin dan berusaha mempersiapkan topik perkenalan. Tanpa menunda lebih lama, Guru Rixa memeriksa absen dan menyebutkan nama dengan alfabet yang berurutan. Seusai perkenalan siswa yang bernama Alvora, Guru Rixa meminta Ard untuk memperkenalkan diri.

Dengan segera, Ard berdiri dan maju ke depan kelas. Dengan senyum lebar, Ard memperkenalkan diri pada murid lain. Seusai mendengar nama Ard, sebagian besar murid terkejut karena tersadar dengan sosok yang bernama Ard. Seketika pula, seisi kelas menjadi tegang hingga membuat Guru Rixa kebingungan dengan yang terjadi.

"Dia ... Si 'Eksistensi Gagal'? Bohong, kan?!" gumam siswa berambut Spiky dengan cemas.

"Kenapa, dia ada di sini?!" tanya siswi berambut cokelat panjang.

"Apa-apaan ini? Dia adalah 'orang itu'? Tapi kenapa tampilannya berbeda?! Apa yang dia rencanakan?!" tanya siswa berambut hitam dengan poni tipis.

Ketika mendapati ekspresi penolakan tersebut, Ard melihat satu hal yang begitu jelas.

[Pergi! Pergi! Pergi! Pergi! Pergi!]

"Ini buruk. Masa SMA yang terburuk. Apa yang sebenarnya dilakukan oleh anak bodoh ini? Mereka melihatnya seperti seekor belatung," tanya Guru Rixa dalam hati sembari menatap Ard yang kebingungan.

Dengan tanggap, Guru Rixa menepuk kedua tangan beberapa kali sembari meminta mereka untuk tenang. Dalam hatinya, Guru Rixa mencoba mengingat kembali perihal latar belakang Ard. Ketika teringat, Guru Rixa memastikan bahwa Ard adalah anak dari SMP Hylze yang terkenal bertemperamen rendah. Ketika terlibat masalah sepele, Ard tak segan-segan dalam melakukan perkelahian. Namun dalam kasus terhadap murid perempuan, Ard diduga tidak pernah melakukannya secara fatal.

Chapitre suivant