webnovel

Off The Record: Ben's Untold Story

Politique et sciences sociales
Actuel · 45.7K Affichage
  • 23 Shc
    Contenu
  • audimat
  • NO.200+
    SOUTIEN
Synopsis

Ben baru berusia tujuh tahun ketika ia menyaksikan ibunya terbunuh di depan matanya sendiri. Peristiwa itu membuatnya terpaksa pergi dari tempat kelahirannya di Adelaide ke Bali, tempat keluarga ibunya berada. Kehidupan Ben di Bali berjalan dengan baik. Sampai sebuah peristiwa di penghujung masa SMA-nya membuatnya kembali terasing dan ia akhirnya pergi meningggalkan keluarganya. Ben bertahan hidup dengan mengandalkan kemampuan meretas yang ia miliki. Sambil bekerja di sebuah warung internet di Kota Jakarta, Ben melakukan peretasan demi mendapatkan uang tambahan. Bergabung bersama jaringan peretas bawah tanah, Ben melakukan peretasan ke sebuah lembaga keuangan. Namun aksinya tidak berjalan mulus dan membuat Ben tertangkap aparat kepolisian cyber. Namun, seorang anggota Intelijen datang menemui Ben sebelum ia dijebloskan ke penjara dan memberinya pilihan. Akankah Ben memilih untuk menghabiskan hidupnya di dalam penjara? Ataukah ia akan menerima tawaran yang diberikan oleh Intelijen tersebut? Temukan jawabannya hanya di Off The Record: Ben’s Untold Story ---- Hello, ini adalah original story untuk Ben. Salah satu karakter pendukung dalam karya author sebelumnya berjudul Bara. Karena beberapa pertimbangan akhirnya author memutuskan untuk membangun cerita sendiri untuk Ben. Untuk yang belum membaca novel Bara, jangan khawatir, karena kalian masih bisa menikmati cerita ini terlepas dari peran Ben di dalam novel Bara. Yang penasaran dengan sepak terjang Ben dalam novel Bara, ceritanya bisa dibaca di sini https://www.webnovel.com/book/bara_14129943905432205 Happy reading, everyone ^^ Cover source: Pinterest (If you know the artist, don't hesitate to get in touch with me on Instagram or Discord @pearl_amethys)

Chapter 1The Lost Child 1

Mata anak laki-laki itu membulat ketakutan ketika ia melihat tubuh ibunya tergeletak di lantai. Ia memeluk kedua kakinya di bawah meja tempatnya bersembunyi dan gemetar ketakutan.

Di usianya yang masih tujuh tahun ia harus menyaksikan ibunya dianiaya oleh ayahnya sendiri yang merupakan seorang tentara tidak aktif. Bertugas sebagai tentara perdamaian nyatanya membuat ayahnya mengalami banyak kejadian traumatis. Dan ketika pria itu akhirnya selesai bertugas dan kembali ke rumah mereka di Adelaide, ia mulai menunjukkan gejala sindrom stress pasca trauma.

"Don't touch Ben!" Suara lirih ibunya membuat Ben kecil tidak kuasa menahan tangisnya.

Bahkan ketika ia sudah tidak mampu bergerak di lantai, ia masih bisa menahan tangan suaminya agar tidak melukai anak mereka. Ben hanya bisa gemetar ketakutan sambil menatap ibunya.

"Mom—"

Ibunya menatap Ben. "Run, Ben! Call the police!"

"No one can't run from this house!" teriak Ayah Ben.

Ben masih di tempatnya. Gemetar ketakutan.

"Run!" teriak ibu Ben.

----

Ben terkesiap dan langsung bangkit di tempat duduknya. Ia kemudian mengerjap-ngerjapkan matanya sambil memperhatikan situasi warung internet tempatnya bekerja.

Tiba-tiba dari belakang ada yang memukul kepalanya. Ben lalu melirik kesal pada pria yang memukul kepalanya. "Apa sih, Bli?"

"Ngga sekolah kamu, Ben?" tanya pria yang memukul kepalanya sembari duduk di hadapannya.

Ben langsung menggelengkan kepalanya.

"Terus mau ngapain kamu kalo ngga sekolah?"

"Jaga warnet," jawab Ben sekenanya. Ia kemudian mencomot pisang goreng yang sedang dipegang oleh pria yang ada di hadapannya.

"Saya nggak bakal naikin gaji kamu kalau kamu bolos sekolah," sahut pria pemilik warnet.

"Yang penting saya bisa main. Lagian yang saya pelajari nggak diajarin di sekolah," sahut Ben.

"Emang kamu lagi belajar apa?"

"Ada, deh. Bli ngga bakal ngerti."

Pemilik warnet tempat Ben bekerja hanya bisa menghela napas panjang. "Ya sudah kalau kamu nggak mau sekolah. Saya nggak mau ikut campur kalau nanti Aji atau Embok kamu datang ke sini."

"Mbok nggak akan ke sini. Dia lagi nganter anak pertamanya ke Surabaya," sahut Ben.

"Ya sudah kalau begitu." Pria itu lalu pergi meninggalkan Ben di meja pengawas warnet.

Ben menghela napas panjang ketika pria itu kembali meninggalkannya. Matanya kemudian menatap layar monitor yang ada di hadapannya. Berita dari salah satu media di Australia yang memberitakan seorang tentara yang baru saja dibebaskan setelah dipenjara karena membunuh istrinya sendiri.

Ia menatap wajah pria yang ada di dalam berita tersebut. Meski ia membenci pria itu, namun Ben tidak bisa memungkiri jika darah pria itu mengalir di tubuhnya. Membuatnya sedikit berbeda dengan orang-orang di sekitarnya. Bahkan Ben mewarisi warna mata kehijauan milik pria itu. Tidak ada yang menyadari kalau selama ini ia menggunakan lensa kontak untuk menyembunyikan warna asli matanya.

----

"Run, Ben. Please," lirih ibunya terus meminta Ben untuk keluar dari persembunyiannya dan berlari keluar meninggalkan rumah mereka.

Ben masih bergeming di tempatnya. Gemetar ketakutan.

"Hei, look at me," ujar ibunya.

Ben perlahan menoleh pada ibunya yang sudah hampir tidak berdaya. Ia menatap ke dalam mata ibunya.

"I need you to go," ucap ibunya.

"I said no one can't go!" teriak Ayah Ben. Pria itu tiba-tiba saja menancapkan pisau dapur yang ia pegang ke tubuh istrinya.

Saat itu juga, Ben merasa seluruh waktunya terhenti. Ibunya masih sempat memanggil namanya sebelum akhirnya ia diam terpaku dengan mata yang menatap ke arah Ben. Belum sempat Ben menyadari apa yang baru saja terjadi, tiba-tiba sebuah tangan besar menariknya dari bawah meja dapur.

"Let me go!" teriak Ben sambil berusaha melepaskan dirinya dari tangan ayahnya yang menarik kerah pakaiannya. Tangannya yang besar membuatnya dengan mudah mengangkat tubuh Ben yang masih berusia tujuh tahun.

Pria itu lalu melepaskan tubuh Ben sambil melemparnya ke tembok. Setelah itu ia berjalan menghampiri Ben yang mengaduh kesakitan dan mencekiknya. "Nor you or your mother can go from this house."

"Hmff." Tangan kecil Ben memukul-mukul tangan ayahnya yang mencekiknya.

"No one can't help you. Just like other can't help me," ucap Ayah Ben sambil menatap Ben dengan tatapan penuh amarah.

Ben menatap nanar ayahnya. "Ddd—"

"Freeze!Put your hands on the ground." teriak seorang Polisi yang baru saja masuk ke dalam rumah.

Ben sudah hampir kehilangan kesadarannya ketika ia melihat dua Polisi menarik paksa tubuh ayahnya agar melepaskan cekikannya. Ketika akhirnya ia terbebas dari cekikan tersebut, Ben terkulai di lantai.

Ia menatap ayahnya yang ditarik menjauh darinya. "Dad—"

Selanjutnya, ia tidak tahu lagi apa yang terjadi. Karena begitu ia terbangun, ia sudah berada di rumah sakit dengan ditemani oleh seorang wanita dari dinas sosial.

"What happen?" tanya Ben pada Petugas dinas sosial yang menemaninya.

Petugas dinas sosial itu menoleh dan tersenyum pada Ben yang baru saja terbangun. "How do you feel? Are you hurt?"

Ben terdiam sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi. "Mom?"

"I'm sorry for you. We can't help your mom," jawab Petugas Dinas Sosial tersebut.

"Dad?"

"After all that happened, his guardianship over you was removed. Now, we are trying to contact your mother's family in Indonesia," terang Petugas dinas sosial itu pada Ben.

Pada saat itu, Ben kecil tidak tahu reaksi apa yang harus ia berikan. Ia tidak menangis atau marah. Dia hanya diam dan menatap Petugas dinas sosial yang menemaninya dan menawarinya sebatang coklat.

Ben menerima coklat itu dan langsung memakannya. Apa yang terjadi masih diluar nalarnya sebagai anak kecil. Keluarganya yang semula baik-baik saja, mendadak berubah ketika Sang Ayah mulai bersikap aneh.

Ia harus mendengar pertengkaran demi pertengkaran yang terjadi di antara Ibu dan ayahnya. Awalnya ibunya mencoba untuk bersabar. Namun, lama kelamaan kesabaran itu habis dan mereka bertengkar hebat.

Pada saat itu, ayahnya yang sudah gelap mata, menganiaya ibunya setelah ia mengancam akan pergi meninggalkan rumah bersama Ben. Kini, ibunya benar-benar pergi. Bukan hanya meninggalkan ayahnya, tapi juga meninggalkan Ben.

Sehari setelah sadar, Ben akhirnya dibawa ke rumah penitipan sebelum ada keluarga yang menjemputnya. Pihak dinas sosial masih berusaha untuk menghubungi keluarga ibunya karena tidak ada seorang pun yang bisa dihubungi dari keluarga ayahnya.

Sampai suatu hari, wanita dari dinas sosial datang menemui Ben dan mengatakan mereka berhasil berkomunikasi dengan pihak keluarga ibunya yang berada di Indonesia melalui kedutaan besar. Sekali lagi Ben tidak bisa mengetahui apakah ia harus senang atau sedih dengan kabar tersebut.

Tidak lama setelah pihak dinas sosial menghubungi keluarga ibunya, dengan ditemani oleh wanita dari dinas sosial yang menanganinya, Ben terbang ke Indonesia. Mereka membawa dirinya ke pulau yang keindahannya sudah terdengar ke seluruh dunia. Setelah perjalanan udara selama beberapa jam, Ben akhirnya menginjakkan kakinya di tanah kelahiran ibunya, Bali.

****

Thank you for reading my work. I hope you guys enjoy it. You could share your thought in the comment section, and don't forget to give your support through votes and reviews. Thank you ^^

Original stories are only available at Webnovel.

Vous aimerez aussi

SARI FADILLAH 2

Jika nanti aku belum bisa membahagiakan kamu yang pasti dalam pikiranku harus mengakhiri hubungan kita, walau sudah berjalan cukup lama menjalani suatu hubungan selama 3 tahun. Aku sudah berusaha mengikuti keinginanmu tapi kamu enggak bisa mengikuti keinginanku untuk akhiri hubungan cinta terlarang. Bukannya sudah janji akan selalu setia bersama dalam keadaan suka maupun duka, apapun yang kau alami sekarang belum tentu orang lain bisa menerima dengan lapang dada. Terkadang aku pernah merasakan hal yang dapat merugikan banyak orang, tapi berhubung aku memahami kondisinya langsung menyuruh untuk tidak melakukan yang tak senonoh. Padahal dalam hatiku bisa saja berselingkuh sama perempuan lain. Tapi aku enggak berani untuk menyakiti hatinya seorang perempuan yang kucintai sejak dari SMA sampai sekarang, malah ada niat untuk melamarmu pada saat kita sudah lulus Kuliah. Itu pun kalau kamu enggak selingkuh sama cowok lain. Kejadian tersebut merupakan paling menyebalkan menjalani hubungan pacaran selama 3 tahun, tanpa sadar kau telah menyakiti hatiku. Apa salahku selama menjalin hubungan? Apa kau enggak bisa menjamin bahwa aku tidak bisa setia? Pertanyaan ini masih tersimpan dalam benakku. Perjalanan telah kita lalui bersama sebelum aku pindah ke Bandung. Sempat mikir untuk putus karena kamu itu kurang percaya untuk menjalin hubungan jarak jauh, heh... ternyata dugaanku benar tanpa ada rekayasa yang di buat-buat. Pusing sekali memikirkan kamu di sini apakah baik-baik saja? Ada kejadian yang membuat aku menguras otak yaitu siapa sih sosok cowok selama berada di samping Sari? Penasaran juga setelah whatsapp sama Firdaus ternyata cowok selingkuh adik kelasnya. Hah... Sari suka sama adik kelasnya? Setahu aku kamu enggak mau menjalin hubungan adi kelas. Kenapa sekarang berubah pikiran? Hingga akhirnya aku tak peduli lagi sama Sari. Sudah aku putuskan akan menerima cinta dari perempuan lain, ingin tahu reaksinya seperti apa? Setelah mengetahui bahwa aku telah memiliki kekasih baru, pasti kamu akan cemburu. Namun, entah dari mana dapat informasinya. Apakah dari teman-temanku? Atau dari sahabatku Firdaus maupun Sidiq? Kita tunggu saja ke depannya seperti apa? Menurutku ide ini cukup menarik sih lagian Lusiana juga suka sama aku. Otomatis sudah waktunya merencanakan sesuatu yang lebih kreatif. Berhubung sekarang aku sedang berada di Jatinangor. Rasanya enggak tega juga menyakiti hati Lusiana setelah menerima cintanya, walaupun aku masih pacaran sama Sari. Untuk itu merahasiakan terlebih dahulu bahwa aku sama sekali belum punya pacar. Tapi aku juga harus memikirkan kembali mengenai kondisi kesehatan, kan semakin hari kondisi kesehatanku makin menurun. entah apa yang membuat penyakit dalam tubuhku enggak bisa di sembuhkan? Padahal sudah berusaha kesana kemari untuk menghilangkan penyakitku. Berharap sih Sari Fadillah masih seperti dulu menerima aku apa adanya.

MuhammadLutfiH · Politique et sciences sociales
Pas assez d’évaluations
390 Chs

Dzikir Cinta

"Neng, Aa boleh cium tangannya?" Asiyah mengangkat dagu perlahan, memindahkan pandangannya dari kancing baju dada suaminya menuju wajah sang suami. Pandangan mata mereka beradu, Asiyah tersipu, Salman tersenyum malu-malu. Perlahan tapi pasti Salman menggerakkan kedua tangannya yang gemetar, mengangkat lembut kedua tangan mungil istrinya yang terasa dingin. Salman mencium kedua tangan putih itu, mengecup dengan penuh cinta dan kasih, ia memindahkan kedua tangan Asiyah ke dadanya dengan masih mendekapnya dengan sebelah tangan saja. Tangan kanan Salman naik keatas ubun-ubun istrinya, Salman mulai berdoa dengan menengadahkan tangan kirinya yang masih menekan kedua tangan Asiyah didadanya. Salman berdoa khusyuk dan pelan, memohon keberkahan atas istri yang sudah Allah berikan kepadanya. "Hari ini, Aa sudah sah menjadi suami kamu, doain Aa semoga selalu bisa mendampingi kamu sampai akhirnya kita berjumpa di Jannah Allah nanti ya, kalaupun andai akhirnya maut yang memisahkan kita, Aa gak akan melarang kamu buat nikah lagi ya. Karena Aa sayang kamu karena Allah" Assalamu 'alaikum Jazakumullahu khoir untuk para pembaca Di next novel ini akan bercerita tentang pemeran utama Asiyah Abdullah yang terpaksa bercerai dengan suaminya yang soelh karena sesuatu. Akankah ia mendapatkan jodoh yang lebih baik dari Allah? Nantikan lanjutan kisahnya ya. Novelnya sudah selesai, akan di posting part demi part karena beberapa bagian masih proses revisi sedikit. Jazakumullahu khoiron 

RirinPutriAbdullah · Politique et sciences sociales
5.0
22 Chs