webnovel

Tujuh Belas

3 bulan berlalu.

Julyan sudah sangat membaik, bahkan ia sudah bisa kembali berjalan. Sementara Marisa perutnya kian membuncit, dan sudah terlihat 4 bulan jalan.

Pukul 00.00

Julyan masih bergelut dengan berkas berkasnya diruang kerja dekat kamarnya, Bryan sudah tidak lagi menggantikan posisi Julyan, pun juga ia sedang mempersiapkan sidang skripsi yang akan hadapi, setelah itu ia akan wisuda, dan langsung mengambil alih posisinya.

Bryan akan menjadi Direktur, dan Julyan akan menjadi CEO utama di perusahaan ayah nya sementara Tyo masih bekerja hanya saja ia mengurus beberapa pengajuan, dan tanda tangan penting, Tyan? Hyung tertuanya itu akan menikah tahun depan, dan bahkan sudah melamar kekasihnya, tapi bukan berarti Tyan melepas sepenuhnya pada Tyo ia akan ikut andil dalam perusahaan.

Julyan bersyukur, akhirnya hyung tertuanya akan menikah juga, Julyan senang karna mungkin ia akan bisa pindah kerumahnya dan tinggal bersama istrinya berdua.

Pria itu mengusak kasar surainya, pekerjaannya benar benar menumpuk hingga ia harus begadang sampai larut, bahkan sudah jam 12 malam setengah pekerjaan baru selesai, belum lagi pagi nanti ia harus rapat dan mengurus beberapa proyek baru.

Julyan berjalan keluar kamarnya untuk membuat kopi hangat, suasana semakin larut semakin tambah dingin, lagipula Julyan sudah mulai mengantuk.

Beberapa menit ia kembali ke kamarnya, membawa secangkir kopi sembari berjalan ke ruang kerjanya. Julyan terkejut setelah melihat Marisa duduk diruang kerjanya sembari menatap komputer dan mengotak atik beberapa berkasnya.

"Kenapa bangun?" tanyanya, sembari menarik kursi lalu duduk.

"Aku tidak bisa tidur.." keluh Marisa menyender pada kursi kerja Julyan.

"Ini sudah malam, ayo tidur.."

"Tidak mau.."

"Risa-"

"Kamu juga harus tidur.. Kerjaan kan bisa nanti.. Kenapa harus begadang? Besok pagi kamu pergi pulang kerumah kamu kerja lagi sampai larut! Tidur kamu berkurang... Kamu akan sakit Mas.." oceh Marisa.

Julyan tersenyum mendengar ocehan istrinya, "Aku akan tidur setelah kerjaan selesai... Aku perlu menyelesaikan untuk proyek baru.." jelas Julyan.

"Andai aku bisa bantu.." ujarnya lagi.

"Bisa kok.."

"Bagaimana?"

"Disini saja... Temani aku.." pinta Julyan, Marisa mengangguk lalu menyender pada bahu Julyan.

Sementara Julyan mulai kembali fokus pada pekerjaannya.

"Kamu buat kopi sendiri?" tanya Julyan, lalu hanya dibalas anggukan oleh Julyan.

Menit demi menit berlalu, tanpa sadar Marisa tertidur pulas, Julyan menatap sang istri lalu membopongnya untuk tidur di kasur.

Setelah selesai, Julyan menarik selimut dan mengecup sekali kening sang istri lalu mengelus baby kecilnya yang masih 3 bulan itu.

"Bahkan kamu gak bisa temani aku sampai pagi.." bisiknya pelan lalu terkekeh.

Julyan kembali berjalan keruang kerja nya, sedikit lagi kerjaannya akan selesai, setelah itu Julyan akan kembali tidur.

.

Pagi pukul 06.30

Marisa sudah bergelut di dapur bersama Tyo untuk menyiapkan sarapan, seperti biasa dan rutin ia lakukan setiap pagi bersama Tyo.

Julyan terbangun, berjalan kebdapur dengan rambut acak acakan, mendekati istrinya sembari memeluknya dari belakang.

"Selamat pagi sayang!" bisiknya pelan, Marisa menepisnya sembari menatap kesal, bukan karna marah tapi ingat ada Tyo di dapur juga.

"Aish... Masih terlalu pagi bahkan aku sudah melihat adegan romantis," kekeh Tyo yang menyaksikan itu.

Julyan terkekeh pelan, lalu ia ikut membantu, bukan di dapur tapi mengambil segelas air, maksudnya membantu do'a, setelahnya ia duduk dimeja makan.

"Panggil yang lain.." titah Tyo.

"Mereka akan bangun sendiri kak," balas Julyan sudah terlanjur duduk jadi ia malas untuk menaiki tangga.

"Pagi Semuaaaa!!" seru Haechan sembari berlari kecil ke meja makan, ia terlihat sudah mengenakan seragam sekolah.

"Peningkatan!" kekeh Julyan.

"Kak Risa! Aku akan ke toko bersama Putri hari ini.." ujar Hendra sembari kursi lalu duduk.

"Pantas saja!" celetuk Julyan.

"Tidak ke sekolah?" tanya Marisa sembari menaruh beberapa makanan untuk sarapan.

"Maksudku pagi ini setelah sarapan, lalu ke sekolah setelah itu kembali ke toko.." jelas Hendra.

"Kenapa tidak ijin pada Kak Tyan?" tanyanya lagi.

"Kak Tyo juga dengarkan?" - Hendra.

"Memangnya kau bilang apa?" sahut Tyo.

"Aishh.." kesal Hendra.

"Hendra!! Kenapa tidak membangunkan ku!!" teriak Mahen berlari ke meja makan.

"Kau bisa bangun sendiri kan?" tukas Hendra.

"Sialan! Aku ada kelas pagi hari ini!" sarkas Mahen.

"Kalau begitu pasang alarm!"

"Tidak bisa akur sehari saja?" sela Tyan sudah bangun sembari berjalan bersama Johnny, Donny, Yuta dan Bryan.

"Tidak bisa!" sahut Hendra.

Marisa tertawa kecil melihat cek cok rutin setiap pagi yang dilakukan kedua adik bungsu Tyan itu.

"Kak.. Aku pergi dulu!" ucap Donny tiba tiba.

"Kenapa? Mau apa memangnya?" tanya Tyan.

"Aku harus melakukan operasi pasien jam 8 nanti.." jelasnya.

"Kenapa buru buru? Tidak ada dokter lain memangnya?" kali ini Johnny.

"Tidak ada! Aku ingin memberitahu semalam tapi kalian sudah pada tidur.." jelas lagi.

"Tyo siapkan bekal untuk Donny.." titah Tyan.

"Aiish.. Kenapa tidak siapkan sendiri saja!" sinis Tyo menatap Donny.

"Lagi pula ini baru jam 7 hyung!" imbuh Bryan.

"Aku harus memeriksa nya dulu, kau pikir langsung operasi!" tukas Donny.

"Ini! Pergi sana!" usir Tyo sembari menyerahkan kotak makan.

"Awas kau!"

"Kak aku pergi dulu!" pamitnya lalu berjalan keluar rumah.

Penciptaan itu sulit, dukung aku ~ Voting untuk aku!

Rika_Rokiahcreators' thoughts