webnovel

Tiga

Riana Putri, adik dari Marisa, gadis yang masih berusia 18 Tahun.

Mungkin sembari kisah berjalan akan tau bagaimana sikapnya.

Putri gadis yang penurut, tak pernah membuat sang kakak terbebani, namun berbeda dari Marisa, Putri gadis dingin, tak selalu ceria namun ramah.

Pukul 22.30

Putri masih belum tidur, karna ia harus belajar untuk ujian besok, Marisa masih bergelut dimeja belajarnya, yang hanya diterangi lampu belajar.

Ponselnya berdering, Putri melihat layar 'K'Marisa'.

Marisa menelpon, malam malam seperti ini, ada apa? Mungkin begitu pikiran Putri saat ini. Pasalnya Marisa tidak pernah menelpon tengah malam kecuali ada hal penting atau kejadian yang membuatnya panik.

"Kak! Kenapa?"

"Put.. Hiks"

Putri terkejut setelah mendengar isakan dari sang kakak diseberang telepon, panik dan khawatir.

"Kenapa? Kakak dimana? Aku kesana sekarang!"

"Rumah Sakit Seoul 5.."

Setelahnya ia langsung bergegas pergi dengan pikiran tak karuan.

Rumah sakit? Sedang apa kakaknya disana? Dan kenapa menangis? Putri bahkan tidak bisa berfikir positif saat ini.

30 menit perjalanan.

Putri sampai dirumah sakit dan mencari sang kakak. Rumah sakit tampak sepi saat ini, karna tidak ada pasien keluar, tentu saja tengah malam begini siapa yang mau keluyuran.

Putri masih berlari menelusuri koridor yang tampak gelap, dan pikirannya tertuju pada IGD, dimana lagi?

"Kak!" panggil Putri setelah benar benar menemukan Marisa.

Putri menghampiri Kakaknya yang terduduk lemas didepan ruang IGD, matanya sembab, dan berantakan sekali penampilannya, hal itu membuat hatinya ikut hancur.

"Kenapa kak? Apa yang terjadi? Kenapa bisa disini?"

Marisa menatap sendu sang adik "Julyan..." ujarnya pelan.

"Kak Julyan kenapa kak?"

Marisa tak menjawab, ia malah semakin terisak di pelukan Putri dan benar benar tidak sanggup mengatakannya. Sementara Putri berusaha menenangkan sang kakak, dengan menepuk pundaknya pelan, membiarkan kakaknya menangis di pelukannya.

"Kak Julyan baik baik aja kak, kakak jangan khawatir.." ujar Putri menenangkan Kakaknya meskipun ia tak tau apa yang terjadi.

Setelah beberapa menit, beberapa langkah menghampiri keduanya dengan tergesa gesa. Putri menoleh, Tyo, Donny & Johnny yang datang, kakak Julyan.

"Marisa..." panggil Tyo pelan.

Marisa menoleh, "Dokter..." ujarnya terisak, "Belum keluar kak.." lanjutnya lagi lalu terisak keras.

Ketiga nya menghela nafas, merasa khawatir dengan keadaan Julyan yang saat ini berada didalam IGD.

"Julyan... Didalam kak..." ucap Marisa lagi.

"Sebenarnya apa yang terjadi kak?" tanya Putri yang tampak bingung.

"Julyan kecelakaan.." jawab Johnny, ia tau Marisa tak akan sanggup menjawab.

"Bagaimana kalau..." ujar Marisa.

"Julyan baik baik aja, jangan khawatir, dokter pasti keluar sebentar lagi..." sela Donny.

"Ini salah aku, ini semua salah aku... Mas... Maafin aku..." isakan Marisa semakin keras.

"Aku gak marah sama kamu... Aku gak mau cerai sama kamu jadi aku mohon... Kamu harus bertahan... Aku mohon... Kamu harus bertahan Mas..."

Putri sedikit menjauh dikala sang kakak memberontak sembari menangis keras.

Donny menghampiri Marisa memegang bahunya dan menatap adik iparnya.

"Marisa dengar aku!"

"Julyan pasti baik baik saja! Aku bisa pastiin... Jangan khawatir..."

Marisa menunduk, menyender pada bahu Donny dan menangis lagi, lagi. Sementara Donny membiarkan adik iparnya menangis, sembari menenangkannya.

4 jam berlalu.

Masih dalam keadaan yang sama, tak ada tanda tanda di ruangan IGD, dokter benar benar belum keluar.

Putri melihat Marisa menatap ruang IGD sembari meremas kuat bajunya, setelahnya ia menoleh kearah Tyo yang tampak tidak tenang, tangannya bergerak gerak tak karuan, sesekali menggenggam, lalu ia menoleh kearah Johnny yang tampak tenang sembari menunduk yang mungkin sedang berdoa, Donny.. Pria itu terlihat cemas, benar benar cemas sesekali bertanya kapan dokter keluar, kenapa belum keluar dan mendesah khawatir.

Putri benar benar melihat pertama kali kakaknya merasa hancur, pertama kali melihat kakaknya menangis sekeras itu.

Putri ingin membantu, tapi apa yang bisa ia lakukan? Selain berdoa agar suami sang kakak baik baik saja.

Chapitre suivant