webnovel

Dijadikan Kambing Hitam II

"Hemm, sudah jelas rekan-rekanmu yang mengatakan bahwa kau lah pemilik peta harta karun itu. Dan sekarang, kau masih mencoba membantahnya? Bukankah ini konyol?"

Tiga anggota Organisasi Naga Terbang itu kemudian tertawa terbahak-bahak. Mereka mentertawakan tingkah laku Li Yong yang mirip seperti orang bodoh.

Sedangkan Li Yong sendiri, dia masih tetap berusaha untuk tenang. Pemuda itu tidak mau bersikap gegabah. Walaupun dia tahu bahwa dirinya sanggup mengalahkan tiga orang tersebut, namun bagaimanapun juga, mereka adalah anggota dari Organisasi Naga Terbang.

Sedangkan terkait organisasi itu, Li Yong tidak mengetahui informasinya sama sekali.

"Jadi, kalian menganggap bahwa mereka adalah rekanku?" tanya Li Yong setelah diam beberapa saat.

"Apakah ucapanku kurang jelas?"

"Hemm, baik. Menurut kalian, apakah ada seorang rekan yang rela meninggalkan rekannya masing-masing?" tanya Li Yong kemudian.

"Tentu saja tidak ada. Kalau pun ada, maka rekan itu wajib untuk dibunuh," tegas anggota itu.

"Baiklah. Kalau begitu, maka Lima Harimau Dari Selatan pun wajib untuk dibunuh,"

"Apa maksudmu?" tanya orang itu belum mengerti.

"Mereka wajib dibunuh. Karena telah meninggalkanku seorang diri di sini,"

Tiga anggota tersebut saling pandang. Mereka kemudian menoleh ke belakang. Betapa kagetnya orang-orang itu ketika mengetahui bahwa Lima Harimau Dari Selatan, ternyata benar-benar sudah pergi dari sana.

Untuk sesaat, ketiga orang itu tidak tahu harus bersikap bagaimana. Mereka hanya berdiri mematung seperti orang bodoh.

"Keparat! Ke mana perginya mereka?" tanyanya sambil melotot ke arah Li Yong.

"Entahlah. Aku tidak tahu,"

"Sejak kapan mereka pergi?"

"Sejak tadi mereka sudah pergi,"

"Lalu, kenapa kau tidak memberitahu?"

"Bagaimana aku memberitahu? Sedangkan kalian sendiri tidak memberikan kesempatan bicara kepadaku,"

Tiga anggota itu merasa sangat marah karena mereka sudah dipermainkan. Saat ini, kemarahannya bahkan telah memuncak hingga ke ubun-ubun kepala.

"Ah, sudahlah. Sekarang aku tanya sekali lagi, apakah kau mau menyerahkan peta harta karun itu, atau tidak?" tanyanya sambil membentak.

"Tidak," jawab Li Yong dengan dingin.

"Baik. Kalau begitu, jangan pernah menyesal dengan keputusanmu ini,"

Sambil berkata demikian, orang itu sempat juga melirik kepada dua rekannya.

Tanpa aba-aba lebih lanjut lagi, dua orang rekannya segera melayangkan sebuah pukulan keras ke arah Li Yong. Pukulan itu sangat cepat dan mengandung tenaga luar yang tinggi. Sehingga hanya sesaat saja, serangan tersebut sudah hampir mengenai sasarannya.

Wutt!!! Wutt!!!

Angin pukulan terasa menderu dan membawa hawa panas. Padahal pukulan aslinya sendiri malah belum tiba.

Menyaksikan dua serangan yang datang secara serempak itu, Li Yong merasa bahwa dirinya sudah tidak bisa tinggal diam lagi.

Plakk!!! Plakk!!!

Dua pukulan yang dilayangkan oleh anggota Organisasi Naga Terbang itu tiba-tiba terhenti di tengah jalan. Kepalan tangan mereka ternyata telah tertahan oleh telapak tangan Li Yong.

Entah kapan pemuda itu melakukan tangkisan tersebut. Yang jelas, gerakannya pasti sangat cepat sekali. Sebab kalau tidak demikian, rasanya mustahil serangan mereka bisa dimentahkan dengan mudah.

Li Yong kemudian meremas kepalan tangan lawan. Suara remuknya tulang mulai terdengar. Dua anggota Organisasi Naga Terbang memelototkan matanya. Mereka semakin marah.

Tiba-tiba, keduanya langsung mengangkat kaki dan melancarkan tendangan ke arah wajah.

Li Yong tersenyum dingin. Sebelum dua tendangan itu mengenai wajahnya, pemuda itu telah melepaskan kembali kepalan tangan lawan.

Kejadian itu berlangsung sekejap mata. Orang biasa pasti tidak mungkin dapat menyaksikannya dengan jelas.

Sementara itu, setelah kepalan tangannya dilepaskan oleh lawan, mereka langsung menyalurkan hawa murni untuk menghilang rasa sakit. Satu detik kemudian, keduanya tahu-tahu sudah mencabut sebatang golok tajam lalu segera melayangkan sebuah bacokan.

Wutt!!! Wutt!!!

Sinar keperakan memenuhi angkasa. Hawa golok telah menyebar dan memberikan satu tekanan tersendiri.

Posisi Li Yong sangat diujung tanduk. Tinggal satu jengkal lagi, maka golok lawan pasti akan membelah kepalanya.

Namun pada saat seperti itu, tiba-tiba sesuatu diluar dugaan segera terjadi.

Gerakan golok dua lawannya tadi mendadak berhenti di tengah jalan. Tubuh mereka pun langsung diam seperti patung. Lewat sekejap kemudian, keduanya seketika terjungkal jatuh ke atas tanah. Matanya melotot tajam, seolah-olah mereka tidak percaya dengan apa yang telah menimpa dirinya.

Golok masih tergenggam erat di tangan. Tapi nyawa sudah lepas dari badan.

Kenapa mereka bisa mati? Apa yang menyebabkan kematiannya?

Pertanyaan semacam itu tiba-tiba muncul dalam benak anggota Organisasi Naga Terbang yang tersisa. Dia masih berdiri mematung sambil menatap tak percaya kepada dua orang rekannya tersebut.

Beberapa waktu lamanya, orang itu tidak mampu melakukan apa-apa. Dia hanya bisa memandang penuh selidik kepada jasad dua rekannya.

Setelah dilihat lebih teliti, dia segera menemukan adanya dua batang jarum hitam sepanjang satu jengkal yang telah menembus jantung keduanya.

"Pergilah. Kau belum pantas untuk mati di tanganku," ujar Li Yong dengan dingin.

Matanya yang kelabu menatap lawannya lekat-lekat. Orang yang ditatap itu seketika merasakan dirinya jatuh ke kurang tanpa dasar. Mata itu … mata itu seperti mengandung suatu daya kekuatan besar yang seolah-olah mampu membetot sukma manusia.

Tanpa banyak bicara lagi, dia langsung pergi dari sana sambil membawa mayat dua rekannya yang bernasib malang.

Suasana kembali dicekam oleh kesunyian. Keseraman di tempat itu semakin menjadi setelah terjadinya peristiwa barusan.

Li Yong mengangkat kepalanya, memandang rembulan dan langit yang kelam.

"Hahh …"

Tiba-tiba pemuda itu menghela nafas panjang. Helaan nafasnya terdengar berat. Seolah-olah dia sedang menanggung suatu penderitaan yang sangat besar.

Lewat sesaat kemudian, Li Yong mulai kembali melangkahkan kakinya. Dia ingin menuju ke dunia ramai dan mulai mencari informasi tentang Hartawan To. Terutama sekali terkait di mana tempat kediamannya.

Cara berjalannya sangat perlahan. Pemuda itu tidak terlihat terburu-buru.

Tapi anehnya, hanya sekejap mata saja, dia telah berada cukup jauh dari posisinya semula.

Li Yong tiba di dunia ramai setelah rembulan tepat berada di atas kepala. Dia terus berjalan sambil kadang-kadang mencari informasi yang menurutnya penting.

Semakin larut malam, ternyata keadaan di Kota Lu Ya malah semakin ramai. Tempat hiburan yang sepi dikala siang hari, ternyata malah sangat ramai ketika malam hari.

Li Yong terus memperhatikan keadaan di sana. Selain berharap bisa mendapatkan informasi penting, dirinya juga sedang mempelajari situasi di sekelilingnya.

Ini adalah kali pertamanya dia menginjak dunia ramai setelah sepuluh tahun tinggal menyepi dan hidup seorang diri. Jadi bagaimanapun juga, terkait dunia yang ramai seperti saat ini, bisa dikatakan Li Yong harus membiasakan dirinya lagi.

Langkah pemuda yang selalu kesepian itu tiba-tiba terhenti setelah dia melihat satu peristiwa yang terjadi di depan sana.

Dalam jarak sekitar lima tombak, persis di depan rumah bordil (tempat p*la*uran), telah terjadi suatu pertarungan yang cukup menegangkan.

Chapitre suivant