webnovel

ANAK TERBUANG

Fahira membawa Kamania pulang bersamanya. Dokter sudah mengizinkan Kamania untuk pulang. Saat tiba di rumah kontrakannya, Fahira melihat beberapa tas dan dus . Ia tau bahwa itu pasti adalah barang- barang milik Kamania. Dalam hati Fahira menjerit. Sungguh tidak mempunyai perasaan mantan suami dan mantan ibu mertuanya itu. Tega- teganya membuang Kamania saat gadis kecil ini sedang membutuhkan kasih sayang dan perhatian. Apa karena Hesti akan segera melahirkan sehingga Kamania tidak ada gunanya lagi seperti barang bekas.

"Nia, kita sudah sampai. Sekarang Kamania tinggal sama Mama, ya. Rumah Mama memang tidak sebesar rumah eyangmu. Tapi, mama janji akan menjaga Kamania dengan baik," Kata Fahira. Ia berusaha keras menahan air matanya agar jangan jatuh. Ia tau, Kamania tidak bisa melihat air matanya, tapi dia bisa mendengar isaknya.

"Ma ... Papa, eyang uti dan bunda Hesti sudah membuang Kamania, ya? Apa karena Nia buta?"

Fahira tersentak mendengar pertanyaan Kamania. Ia langsung menghambur memeluk gadis kecil itu. Hatinya terasa perih dan hancur.

"Ya Allah ... tentu tidak. Mama yang meminta Kamania pada Papa , supaya Mama bisa menjaga Kamania dengan baik. Lagi pula, Mama kesepian di rumah ini," jawab Fahira dengan suara mantap. Meskipun ia sangat membenci mantan suaminya itu, Fahira tidak mau Kamania juga membenci Papa kandungnya.

'Jika ia harus membenci Papanya, biarlah ia membenci. Tapi bukan karena aku yang mengajarkan untuk membenci Papanya sendiri,' kata Fahira di dalam hati.

Semenjak perceraiannya, Fahira sudah memaafkan Gilang dan Hesti. Hanya saja, Fahira merasa kecewa karena perlakuan keluarga Gilang kepadanya. Kecuali Ammar tentunya. Mantan ayah mertuanya itu tidak pernah sekalipun berbuat jahat kepada Fahira.

"Nanti, Mama akan mencari Guru untuk membantu Kamania belajar membaca, ya."

"Kamania tidak bisa melihat, bagaimana bisa menulis atau membaca Ma?" tanya Kamania dengan suara lirih. Fahira menatap putrinya itu dengan sedih.

"Nanti, Kamania akan belajar huruf braille. Karena itu, Mama akan mencarikan Kamania guru ," jawab Fahira.

"Apa itu huruf braille Ma?"

"Huruf Braille adalah simbol yang melambangkan huruf, angka dan tanda baca yang tersusun atas titik-titik yang disusun sedemikian rupa sehingga keadaannya yang timbul keluar mampu diraba oleh ujung jari dan diartikan menjadi huruf yang mampu dibaca. Sementara Kamania tidak dapat menggunakan penglihatan Kamania, Kamania belajar huruf braille sampai nanti Kamania sehat kembali, " Fahira menjelaskan.

Fahira memang hanya mengenyam pendidikan sampai bangku SMA tetapi, Fahira adalah anak yang rajin. Ia rajin membaca. Ketika ia menikah dengan Gilang dulu, Fahira sering belajar dari buku- buku Gilang yang tersusun rapi di rak buku. Sehingga Fahira tidak sebodoh yang keluarga Gilang kira. Fahira, adalah seseorang yang memiliki wawasan luas dari buku-buku yang ia baca. Kemampuan bahasa Inggris Fahira pun baik. Fahira memanfaatkan kecanggihan teknologi jaman sekarang, di mana semua info bisa didapat dari Google dan menonton youtube.

"Kamania dengarkan mama baik- baik. Kamania harus tetap semangat dan belajar dengan baik. Mama mau, Kamania kelak menjadi orang yang sukses. Bisa membuat Mama bangga. Yakinlah, kalau sebentar lagi, Kamania bisa mendapatkan pendonor untuk mata Kamania bisa melihat kembali. Mama janji akan selalu berada dekat Kamania dan menjaga Kamania. Kamania juga janji sama Mama, kalau Kamania tidak akan pernah jauh dari Mama," ucap Fahira.

Kamania mengangguk. "Kamania janji, Ma. Kamania janji belajar yang rajin, Kamania janji ngga akan pernah buat Mama susah," ujar gadis kecil itu. Fahira memeluk erat bidadari kecilnya itu.

"Ya sudah, sekarang kita ke kamar. Kamania istirahat dulu, Mama mau membereskan rumah dan barang- barang Kamania. Setelah itu kita beli makanan."

"Kamania mau makan kupat tahu, Ma," pinta Kamania.

"Iya, nanti kita beli. Sekalian sama kue surabi, Kamania mau?"

"Iya Ma, Kamania mau!" seru gadis kecil itu gembira.

Kamania memang sangat menyukai kupat tahu dan kue surabi. Dan Fahira ingin membahagiakan Kamania meskipun hanya sekedar membelikan makanan kesukaannya saja. Fahira ingin memberikan kehangatan bagi Kamania.

Setelah membereskan rumah dan merapikan barang-barang milik Kamania. Fahira menepati janjinya dengan membawa Kamania membeli makanan kesukaannya. Setelah itu, Fahira mampir sebentar ke tempatnya bekerja untuk bertemu Inayah.

"Kamania sudah pulang?” sambut ceu Inayah. Sebelumnya, Fahira sudah memberitahu Inayah tentang kondisi Kamania melalui SMS. Sehingga Inayah tidak terlalu terkejut. Dan juga tidak membahasnya di depan Kamania.

"Kamania sudah makan?" tanya Inayah sambil menuntun Kamania untuk duduk di sofa.

"Sudah, Kamania sudah makan kupat tahu sama kue surabi tadi sama Mama," jawab Kamania.

"Betul sudah kenyang? Kalau mau makan, uwak ada pepes ikan mas sama lotek. Kamania mau makan lagi?"

Kamania menggeleng perlahan. “Makasih, Wak. Udah kenyang, kok.”

“Ya sudah, tapi nanti bawa makanan, ya,” kata Inayah, “Oya, Nia sekarang tinggal bersamamu, Fa?”

Fahira menganggukkan kepalanya, “Itu sebabnya saya ke sini, Ceu. Apa boleh jika saya bekerja sambil membawa Kamania?”

Chapitre suivant