webnovel

Karma Jadinya

Bab 27 Karma Jadinya

Merasa segala sesuatu yang ada perlu sebuah usaha bagaimana saja hasilnya tetap Eleora lakukan.

"Astaga, gara-gara serangan panik lidah terasa pahit malah ngomong separoh-separoh. Ya kali kalau begini malah disalahkan arti bagaimana?"

Dengan melanjutkan chat bersama sahabat karibnya akhirnya dimengerti oleh Grace.

Namun semua yang ada telah dibagikan tidak seutuhnya, Eleora yang hanya menjelaskan jika dia habis selesai minum obat cara jitu unttuk mengalihkan dan langsung dipercaya.

"Syukur deh jika dia percaya gitu saja sama alasan aku, sumpah aku sama sekali tidak ingin siapapun mengetaui akan sakit ini."

Waktu sudah begitu cepat beranjak dengan menunjukkan pukul delapan lewat tiga puluh dua menit.

Dengan merasa kantuk yang cukup tinggi dan tidak enak badan telah dipilihkan tidur.

"Sebelum aku tidur lebih baik aku bilang sama bibi agar tidak lupa menutup pintu maupun jendela rumah."

Baru juga melangkah dari kamarnya telah bertemu dengan pembantu rumah tangga.

Segalanya telah dikatakan dan bahkan juga diantaranya juga pun ia menyegerakan diri untuk berbaring.

Matanya cukup sayu dan pandangan sudah begitu memburam. Eleora yang rebahan di ranjang itu pun seketika terlelap.

Tidur lebih awal dan bangun tidak kalah awal membuat Eleora jauh lebih nyaman kali ini.

"Hoam, jam berapa ini? Oh sudah jam empat pagi, ada baiknya aku buat jus dulu deh baru nanti melanjutkan belajar."

Merasa semua harus disembunyikan dia pun tiba saja teringat bahwa hari ini adalah pembahasan mengenai hasil laboratorium.

Dia begitu tidak ingin jika orang tuanya maupun orang terdekat sedih akan apa yang Eleora rasakan dan bahkan juga terpikir jika mengenai kebahagiaan mama Merry enggan dihancurkan karena hal dirasanya cukup sepele.

"Lebih baik aku sekarang buat hasil laboratorium itu, ya aku tahu ini salah tetapi yang jelas aku tidak mau merusak segalanya karena masalah penyakitku yang sepele."

Kembali menuju ke kamar dan melakukan apa yang harus dikerjakannya semua tak perlu banyak waktu.

Eleora yang begitu cekatan telah berhasil dia lakukan, tetapi sekarang adanya tidak ingin diketahui pembantunya telah mengganti dengan cukup rapi.

"Jadi juga, ya lebih baik ini aku taruh di tas kecilku, ya biar bibi percaya jika aku sama sekali tidak melakukan hal lain."

Tugas inti sudah cukup selesai dan ia pun melanjutkan beberapa kegiatan yang lain.

Adanya setelah mengerjakan tanpa dirasa sudah begitu pagi.

'Tok, tok, tok.'

"Non, non Eleora sudah bangun belum sudah pukul enam?"

"Sudah, bi. Bentar aku mau mandi terus ke bawah entar."

"Baik, non."

Menuju ke bawah tentunya telah mengantarkan dia segera sarapan sebelum sahabat karib datang.

"Pokoknya aku sama sekali tidak mau jika mengenai ini diketahui banyak orang, emm anggap jika semuanya ini tidak terjadi apa-apa."

Bersama dengan hal ini telah menjadikan Eleora bersikap biasa saja dan bahkan juga diantaranya dia turun malah bersandiwara.

Dengan pura-pura mempertanyakan surat hasil laboratorium yang aslinya telah disimpan dia pun meminta bi Atun mencari di kamar.

"Oh iya, bi. Aku lupa kalau hari ini nanti ngecek akan hasil lab aku kan? Tapi, aku lupa aku taruh mana. Tolong bantu carikan ya? Nanti bibi kasih tahu hasilnya gimana sama aku."

"Iya, non. Ini non mau sekolah? Udah sehat benar, nanti kalau dicari sama tuan Argadana gimana?"

"Aku udah baikkan, enggak aku enggak mungkin dicari. Ya bilang saja kalau aku sekolah."

Sarapan dengan makanan yang sederhana dan bergegas menuju ke depan rumah ia pun menunggu Grace.

Baru juga sejenak duduk sahabatnya pun datang dan mereka pun berangkat.

"Eleora, kamu keburu-buru enggak ini?"

"Enggak dong, lagian sekolah kita kan sama. Emang mau ke mana?"

"Kita ke perpustakaan dulu ya? Aku mau cari buku, emang kamu enggak mau cari bahan begitu?"

"(Apa aku cari buku bahan mengenai sakit itu ya?)"

"Nahkan kamu malah bengong, aku enggak suka deh kamu bengong gitu. Emang mikirin apa sih?"

"Bukan apa, iya kita cari bahan dulu ada yang harus aku cari."

"Okay, let's go!"

Mereka yang menyempatkan diri terlebih dahulu menuju ke perpustakaan.

Tiba di sana siapa sangka jika Eleora telah berpas-pasan dengan laki-laki yang sempat menolong dan membawanya ke rumah sakit.

Jantung berdegup kencang, mata merasa tersipu malu dan bahkan ketika hendak turun dari motor Grace membuat Eleora salah tingkah.

"Kamu kenapa sih, Eleora?"

"Sebentar diam dulu."

"Ada apa?"

"Pandanganku buram, sebentar."

Sejenak kebohongan yang telah digunakan pura-pura agar tidak terlihat oleh laki-laki itu menjadikan berhasil.

Eleora yang langsung berdiri tegak itu telah meminta tolong kepada Grace untuk membantunya menuntun hingga ke dalam.

"Sebenarnya kamu ini masih belum sehat deh Eleora, wajah kamu cukup pucat loh. Apalagi ya, pandangan mata kamu buram begitu."

"Iya sedikit, tetapi kamu enggak usah khawatir. Aku sudah baik-baik saja, ya udah cari buku sekarang takutnya nanti kita terlambat ke sekolah."

"Iya."

Mereka pun telah berpencar mencari buku yang diinginkan, sejenak Eleora mampir dibuku herbal.

Berkaitan akan apa yang ada saat ini telah membuat Eleora mendapat buku dua sekaligus dan dengan segera antre untuk didata.

"Aduh mana antre banget lagi, gimana kalau Grace tahu dan nanya-nanya nanti?"

Rasa cemas yang berlebihan telah membuat Eleora justru tidak begitu pusing dan bahkan menjadikan dia hampir kepergok.

"Kamu kok cepat?"

"Lah malah bagus dong cepat dapat terus kita bisa segera sekolah. Emang kamu pinjam buku apa?"

Disaat itulah Eleora kebingungan akan apa yang harus dia jawab, tetapi sekarang keberuntungan berpihak kepadanya.

Grace mendapatkan peringatan beserta dengan Eleora agar tidak berisik.

Keluar dari perpustakaan siapa sangka jika laki-laki itu telah datang lagi dan bahkan juga diantaranya Eleora bingung mencari alasan apa lagi.

"Grace sebentar ya aku kebelet ini."

"Ya sudah sana, jangan lama-lama ya?"

"Okay."

Eleora yang tersipu malu pun malah menjadikan terburu-buru menuju ke toilet.

Keduanya sama-sama menuju ke tempat toilet dan ketika keluar malah menjadikan ketemu.

"Eh kamu?"

"(Astaga, kok malah ketemu sih? Aku enggak ada niat mau ketemu.)"

"Lah ini malah bengong ini, kamu enggak suka ya ketemu aku? Ya sudah aku pergi saja."

"Bukan, bukan begitu. Maaf tapi aku harus segera sekolah permisi."

Terburu-buru untuk segera pergi malah yang menjadikan Eleora buram kali ini.

Tidak menyangka bahwa mengenai ini malah terjadi membuat Eleora merasa menyesal jika dia mengatakan kebohongan bersama Grace.

"(Astaga gara-gara kebohongan kali ini malah karma telah jadi, maafkan aku Tuhan malah begini jadinya.)"

"Kamu kenapa?"

"Enggak papa, sudah aku mau pergi dulu. Permisi."

Chapitre suivant