Awal yang tak terduga telah dirasakan oleh Eleora.
Eleora yang kali ini pasrah dan benar-benar bingung akan bagaimana lagi malah membuat dia tiba saja pingsan.
Laki-laki berada di belakangnya itu pun cukup sigap dan langsung menggendongnya jauh dari gudang.
Hingga tiba dimana mereka berdua di sebuah tempat yang cukup kumuh namun tetap dibuat bertahan.
Bau tak sedap yang cukup kuat telah membuat Eleora terbangun dari pingsan.
"Di mana aku?"
"Diam, jangan keras-keras."
"Siapa kamu?"
Tangan laki-laki itu seketika menutup mulut Eleora dengan cukup kuat.
"Diam, aku sama sekali tidak ingin kamu banyak bicara. Ngerti?"
Gadis polos itu pun hanya mengangguk dua kali dan selebihnya seketika duduk.
Terpaku tanpa melakukan apa-apa membuat Eleora malah meneteskan darah pada hidung.
"Kamu sakit? Astaga, ini sumpel pakai sapu tanganku."
"Udah enggak usah, sebenarnya kamu siapa sih?"
"Sudah, sekarang kita ke rumah sakit. Sebentar aku cek dulu."
Eleora telah bingung akan siapa orang bersamanya itu.
Laki-laki dengan jaket biru donker telah membantunya dan bahkan juga diantaranya cukup perhatian.
Kondisi telah aman dan bahkan juga dia dibantu dipapah hingga menuju ke sebuah taxi lagi.
Hendak ingin mengeluarkan perkataan tangan laki-laki yang membawanya kembali menutup mulutnya.
"Please, jangan banyak bicara. Sekarang kita ke rumah sakit untuk memastikan kondisi kamu."
Apa boleh buat telah membuat Eleora mengikuti saja dan bahkan juga dia kembali pingsan ketika sudah sampai di rumah sakit.
Laki-laki bersama dengannya itu telah bergegas meminta pertolongan dan dokter pun segera turun tangan.
Situasi itu benar-benar bersamaan dengan telepon kembali berdering.
Laki-laki yang bersama dengan Eleora enggan menanggapi dan malah yang ada mematikan.
"Keluarga pasien?"
"Gimana keadaanya dan apa harus dirawat?"
"Pasien saat ini sedang tidak baik-baik saja, ya memang harus dirawat karena kondisinya cukup serius."
"Baiklah, dok. Coba saya urus semuanya."
Eleora yang masih terbaring lemah itu pun belum juga sadar.
Hingga dimana laki-laki itu telah datang kembali masih belum juga siuman.
Menanti sekitar lima belas hingga dua puluh menit barulah gadis polos terbangun.
"Aku di mana?"
"Kamu lagi di rumah sakit, emmm aku harap kamu mau dirawat di rumah sakit."
"Tidak, saya harus pulang segera. Saya tidak mau berada di sini."
"Kenapa? Kamu itu sakit dan seharusnya dirawat."
"Sudah, sekarang kita harus segera pulang. Tapi, terima kasih kamu sudah membantu."
Gadis polos itu telah melepas jarum infus dan berusaha pergi dari rumah sakit.
Kepala yang cukup begitu berat membuat Eleora kembali jatuh pingsan.
"Suster, suster. Tolong!"
"Ada apa, mas?"
"Dia berusaha kabur dan tolong beri dia suntikkan ketenangan atau apalah, saya ingin dia istirahat dan tidak pergi-pergi."
"Iya, mas."
Dengan cukup terpaksa Eleora harus dirawat di rumah sakit.
Sementara laki-laki itu telah berusaha semaksimal mungkin untuk terus menemani.
Beberapa jam setelah menghadapi ini membuat ia pun siuman dan sekali melihat ada laki-laki berada di sampingnya dengan tidur pulas.
"Aku sama sekali tidak mengenal kamu, tapi terima kasih kamu sudah menolong aku."
'Uhuk, uhuk....'
Batuknya Eleora telah membuat laki-laki terbangun dan bahkan juga diantaranya membantu mengambilkan minum.
"Sudah, terima kasih."
"Ngomong-ngomong, masih pengen pulang? Kamu itu masih sakit, tolonglah aku emang gak mengenal kamu tapi ini demi kebaikanmu."
"(Benar juga apa yang dikatakan olehnya, tetapi bagaimana dengan mama ataupun papa?)"
"Boleh aku minta tolong?"
"Boleh, apa? Jika aku bisa bakalan aku kabulkan segera."
Eleora pun memberitahu bahwa dia ingin laki-laki yang berada di sampingnya memberitahu orang rumah.
Berkenaan akan sakitnya yang kambuh dan dengan tidak bisa pulang sendirian telah membuat iba orang itu.
"Oke, jika kamu ingin aku memberitahu orang rumahmu akan aku lakukan. Tapi, dengan satu syarat?"
"Apa itu?"
"Kamu di sini akan baik-baik saja, satu lagi jika ada apa-apa beri kabar denganku."
"Iya."
Ditinggalkanlah Eleora di rumah sakit telah membuat ia berusaha mengaktifkan ponsel.
Sedikit teringat bahawa sore tadi seharusnya ia berada di Taman Flamingo.
Berniat bergegas untuk segera menghubungi Gerry malah yang ada dia pusing.
Mengurungkan niat untuk memegang ponsel telah dilakukan, tetapi di samping itu laki-laki telah datang lagi.
"Loh kok cepat banget?"
"Iya orang aku ngebut, tapi kamu tidak apa-apakan?"
"Aku tidak apa-apa, cuman aku tiba saja lapar."
"Oh lapar. Eh iya aku lupa bawa nasi padang, sebentar aku ambil dulu."
Segalanya diterima oleh Eleora namun yang ada kepikiran bagaimana jika orang tuanya mencari.
"Ini nasi padangnya, tapi kamu makan sendiri ya?"
"Emang mau ke mana?"
"Aku ada kerjaan, ya tadi aku sudah ketemu dengan ibumu kayaknya. Ya nanti dia akan ke sini menemanimu."
"Baiklah, terima kasih."
Tidak seberapa lama dengan laki-laki pergi malah bi Atun tiba.
"Astaga, non Eleora. Non kok bisa sampai di rumah sakit, pasti karena sakit itu ya?"
"Sudah aku tidak apa-apa kok, bi. Bi, papa sudah pulang?"
"Katanya sih mau menginap di mana ya lupa, oh iya tadi pacarnya non Eleora ya?"
"(Aku tidak tahu harus senang atau sedih, jujur aku kecewa dengan kalian berdua. Enggak papa, enggak mama sama aja.)"
"Non, kok malah melamun sih? Tadi beneran pacarnya kah?"
"Apaan sih bi Atun ini? Aku sama sekali belum punya pacar, ya tadi cuman teman saja."
"Namanya siapa emangnya, non? Teman apa teman?"
"Ah sudahlah, bi. Sekarang aku mau minum."
Eleora sama sekali tidak tahu nama laki-laki itu, tetapi dengan nasi padang yang diberi membuat ia sedikit tenang.
Rasa yang awalnya cukup begitu takut bisa berubah sangat cepat berganti serba salah.
Tak seberapa lama dengan melahap satu bungkus nasi padang malah membuat Eleora mau lagi.
"Bi, bibi bisa enggak buatkan aku nasi padang? Jujur ini makanan enak banget dan nampol bener."
"Cie, gara-gara laki tadi ya non? Cie, cie. Ya bisa sih non, tapi lebih enak itu dicarikan sama mas pacar."
"Bibi, hem ya ampun. Sudah ah aku mau tidur saja, aku capek dicandain melulu sama bibi."
"Awas loh, non. Ya awas aja awalnya sih suka sama nasi padangnya, tetapi lama-lama nanti suka sama orangnya. He he he."
Perkataan bi Atun telah membuat Eleora terdiam. Dia yang semakin serba salah malah menjadikan bingung sendiri.
Gerry yang telah menyatakan cinta terlebih dahulu telah membuat ia berpikir, sedangkan dengan datangnya laki-laki yang baru saja dikenal membuat ia terpanah.
"Kalau bibi boleh kasih saran ya non, lebih baik non selidiki dulu saja orangnya kayak gimana. Lagian sebagai perempuan itu harus pintar-pintar cari laki-laki, ya tidak semuanya itu baik. Tampangnya aja baik, tapi hati belum tentu."