"Bersihkan mayat si pria tua itu, aku tidak sudi untuk melihatnya lagi," sahut Steven setelah menyelesaikan aksinya. Ia memasukan pistol yang sudah lepas dua pelurunya ke dalam saku jas bagian dalamnya.
Ya, Steven sengaja memakai pakaian formal, alasannya biar tidak ada yang merasa curiga pada sisi buruk dirinya yang seperti ini. Bahkan Angel pun sama sekali tidak mengetahuinya. Hanya Xey, para pengawal dan musuh-musuhnya lah yang tahu.
"Siap, Tuan," balas Xey ikut menyahut. Ia melangkah pada raga tak bernyawa milik si pria tua bajingan.
Dapat terlihat banyaknya darah segar yang terus mengalir indah di bagian dada serta kepala pria tua tersebut.
Xey benar-benar sangat tahu alasan Steven menembak di dua area itu.
Yang pertama pada kepala, lebih tepatnya di bagian otak. Steven sangat membenci otak-otak para penghkhianat, seperti pria tua bajingan itu. Ibarat kata, dikasih jantung malah minta paru-paru.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com