webnovel

Serangan II

"Seratus orang, katamu?" tanya Zhang Yixing untuk memastikan.

"Benar, seratus orang,"

Dia berharap bahwa ucapan orang itu hanya candaan belaka. Namun setelah melihat ekspresi wajah dan mendengar suaranya, Pendekar Pedang Tanpa Tanding itu menjadi semakin yakin bahwa apa yang dia katakan memang yang sebenarnya.

"Kau jangan membual," ujarnya tersenyum dingin.

"Aku tidak membual,"

"Kalau memang ada seratus orang, di mana mereka sekarang?"

"Ada diluar. Mereka sedang menghadapi semua murid Partai Pedang Kebenaran …"

Ucapannya diutarakan dengan perlahan. Setiap patah kata yang dia ucapkan penuh penekanan. Seolah-olah dia sengaja melakukannya agar Zhang Yixing dapat mendengarnya dengan jelas.

Sedangkan di pihaknya sendiri, orang tua itu langsung merasakan bahwa seluruh tubuhnya lemas tak berdaya. Wajahnya segera berubah hebat.

Antara terkejut, marah dan tidak percaya.

Untuk sekian lamanya, Zhang Yixing hanya berdiri tanpa bicara. Lebih tepatnya lagi, dia bingung ingin mengatakan apa.

Sementara itu, melihat air muka dirinya yang berubah, dua orang yang ada di hadapannya tersebut segera memberikan senyuman sinis. Mereka seperti merasa sangat puas.

"Bohong, apa yang kau ucapkan pasti omong kosong," bentak Zhang Yixing setelah sekian lamanya membungkam mulut.

"Bohong? Kau bilang aku bohong? Hahaha …" orang itu kemudian tertawa sangat lantang.

Suara tawanya terdengar begitu menyeramkan. Seluruh ruangan tersebut mendadak diliputi oleh hawa kengerian tersendiri.

"Coba kau dengarkan baik-baik suara apakah yang terdengar diluar sana?" lanjut orang tersebut lalu segera menghentikan suara tawanya.

Zhang Yixing kembali diam. Tokoh dunia persilatan itu segera mempertajam indera pendengarannya.

Setelah beberapa saat mendengarkan, air mukanya mendadak berubah hebat kembali. Wajah Pendekar Pedang Tanpa Tanding semakin pucat. Wajahnya juga tiba-tiba tampak tua beberapa tahun lamanya.

Suara yang dia dengar memang berasal dari luar. Suara itu milik murid-muridnya. Bukan suara kebahagiaan, melainkan suara jerit ngeri menjelang kematian.

Suara tersebut juga terdengar saling sahut dan sambung menyambung. Semakin lama didengar, semakin sakit pula hatinya.

Seumur hidupnya, belum pernah Zhang Yixing merasakan apa yang dirasakan olehnya saat ini.

"Keparat jahanam!" bentak orang tua itu.

Bersamaan dengan bentakan tersebut, Pendekar Pedang Tanpa Tanding langsung menjejakkan kakinya ke lantai. Sesaat kemudian tubuhnya telah meluncur deras ke depan sana.

Pedang pusaka di tangannya segera memberikan tebasan sebanyak lima kali secara beruntun kepada dua orang yang berjuluk Tombak Kembar Dari Utara itu.

Dua orang asing yang ada di hadapannya saat itu tidak terkejut. Mereka berdua telah menduga bahwa hal seperti ini bakal terjadi.

Oleh sebab itulah, sambil tersenyum dingin, si Tombak Kembar Dari Utara segera melayang mundur ke belakang.

Namun nyatanya Zhang Yixing tidak mau membebaskan mereka begitu saja. Begitu melihat dua musuhnya mundur, Pendekar Pedang Tanpa Tanding kembali merangsek ke depan sana.

Pedangnya berkelebat. Cahaya keperakan langsung menyelimuti seluruh ruangan. Tubuh dua orang tersebut segera dicecar oleh kelebatan sinar pedang pusaka itu.

Memang tidak malu dia mendapat gelar tanpa tanding. Sebab setiap serangan pedangnya teramat cepat dan berbahaya. Jika lawannya pendekar kelas bawah, rasanya sudah sejak tadi mereka harus mampus hanya dalam waktu singkat.

Tapi sayang sekali, kedua orang asing itu sepertinya mempunyai kemampuan yang dapat diandalkan. Sehingga meskipun Zhang Yixing sudah menyerang dari segala arah, keduanya masih tetap mampu menghindari serangannya dengan mudah.

Bahkan beberapa saat kemudian, mereka kembali menggerakkan tombaknya masing-masing.

Sebelum Pendekar Pedang Tanpa Tanding menyerang, keduanya malah sudah menerjang lebih dulu. Tusukan dan tebasan tombak datang dari sisi kanan dan kiri. Kedua serangan itu berbahaya. Sebab mereka mengincar titik penting yang ada di tubuhnya.

Zhanh Yixing kembali meraung keras. Dengan jurus Pedang Dewa Membelah Bumi, dia melayani semua serangan si Tombak Kembar Dari Utara.

Ketiga tokoh dunia persilatan itu segera terlibat dalam pertarungan sengit. Zhang Yixing berjuang sekuat tenaga. Dia tidak akan membiarkan kedua orang tersebut merenggut nyawanya.

Yang harusnya terjadi justru malah sebaliknya.

Bagaimanapun caranya, dia lah yang harus mencabut nyawa mereka.

Benturan nyaring mulai terdengar. Pendekar Pedang Tanpa Tanding menggeraka pedang pusaka miliknya dengan segenap kemampuan. Sinar keperakan datang menggulung tubuh dua lawannya.

Tombak Kembar Dari Utara berseru tertahan ketika menyaksikan jurus lawan yang begitu dahsyat. Mereka tidak menduga kalau orang tua itu ternyata masih mampu melawannya. Padahal mereka sendiri tahu bahwa Zhang Yixing sudah keracunan

Kejadian itu sungguh terhitung luar biasa. Sebab meskipun orang tua itu berhasil menawarkan racun yang dimasukkan ke dalam arak, hakikatnya hal tersebut cuma bersifat sementara saja.

Racun yang secara tidak langsung telah diminum olehnya merupakan racun ganas yang tidak berbau dan tidak berasa.

Sekuat apapun korbannya, dalam waktu singkat pada akhirnya dia bakal mampus juga.

Tapi kenapa Zhang Yixing tidak mampus juga? Apakah dia telah kebal terhadap racun?

Dua orang yang berjuluk si Tombak Kembar Dari Utara itu tidak percaya bahwa di dunia ini ada orang yang kebal racun. Mereka yakin, sehebat apapun manusianya, pada akhirnya dia akan tewas jika sudah mengkonsumsi racun tersebut.

Dalam pada itu, sekarang mereka sedang bertarung mati-matian. Jurus terlihai yang dimilikinya dikeluarkan hingga ke titik sempurna. Tombak di tangan mereka seakan berubah menjadi dua ekor ular yang sedang marah besar.

Tombak mereka datang menusuk. Kemudian menebas. Setiap serangannya mengandung perubahan yang sangat cepat.

Untungnya Pendekar Pedang Tanpa Tanding sudah mempunyai pengalaman bertarung yang tidak terhitung. Sehingga sehebat apapun dua orang itu berusaha membunuhnya, hakikatnya semua usaha mereka sia-sia semata.

Menjelang jurus ketiga puluh, tiba-tiba dirinya melakukan perubahan dalam menyerang. Pedang pusaka itu berputar-putar seperti kincir angin. Detik berikutnya berbah kembali menjadi tebasan dan tusukan.

Perubahan situasai yang tidak diduga ini menjadi beban tersendiri bagi Tombak Kembar Dari Utara. Dalam keadaan gusar, mendadak keduanya berlompat tinggi. Maksudnya ingin menyerang dari atas.

Namun siapa sangka, sebelum serangan mereka tiba, pedang di tangan Zhang Yixing malah sudah menyerang lebih dulu.

Crashh!!!

Darah segar menyembur ke segala sisi. Darah itu juga membasahi pakaian tokoh tua tersebut.

Setelah terdengar suara itu, mendadak dua pasang kaki jatuh ke bawah. Tombak Kembar Dari Utara menjerit tertahan. Wajah mereka langsung berubah drastis saat melihat kakinya kutung.

Bukk!!!

Tubuh keduanya jatuh ke lantai. Persis di depan Pendekar Pedang Tanpa Tanding.

"Kalian perlu ingat, untuk membunuh Zhang Yixing tidaklah semudah membalikkan telapak tangan." katanya dengan nada dingin.

Selesai berkata demikian, tiba-tiba dirinya menggerakkan pedangnya kembali. Dia melancarkan tebasan terakhir dalam kecepatan tinggi.

Crashh!!!

Dua kepala manusia segera terlempar. Si Tombak Kembar Dari Utara seketika tewas saat kepalanya terlempar cukup jauh. Darah menyembur kembali dari lehernya.

Darah itu merah dan bergolak. Seperti juga kemarahannya pada saat ini.

Chapitre suivant