webnovel

32. Hadiah Untuk Pendekar Sutra Ungu Bagian IV

Pendekar Sutra ungu semakin bertanya-tanya. Apa maksud dari semua ini. Pada akhirnya mereka tiba di singgasana istana. Prabu Kamandanu duduk di kursi rajanya. Sementara Pangeran Arya dan Putri Sekarwati berdiri di samping sepasang kursi yang berwarna ungu, sambil membawa mahkota yang bernuansa serba ungu. Di atas kursi ungu terdapat baju mewah berwarna ungu yang di lipat dengan rapi. Baju itu adalah pesanan Prabu Kamandanu yang selesai di pesan kemarin. Baju itu tak lain adalah baju kerajaan yang di pesan untuk Pendekar sutra ungu. Sepasang kursi ungu itu di letakkan di samping kursi Raja dan Ratu.  Sementara mbok Sumi berada si samping Putri Sekarwati sambil membawa wadah dari tanah liat yang berisi bunga-bunga.

"Selamat datang Nyai Wungu dan Kiai Wungu," kata Prabu Kamandanu sambil tersenyum.

"Prabu? Apa maksud dari semua ini," kata Kiai Wungu.

"Iya Prabu? Kami tidak mengerti," kata Nyai Wungu.

"Ini adalah acara penerimaan hadiah untuk kalian. Sekaligus penobatan kalian menjadi Panglima di kerajaan kami. Kami akan memberikan gaji tinggi untuk kalian. Dan jadilah keluarga bagian dari kami," kata Prabu Kamandanu.

"Iya Romo, sekarang kalian harus memakai baju kerajaan dan mahkota ini. Baju istana dan mahkota ini kami persembahkan khusus untuk kalian," kata Putri Sekarwati.

"Iya ganti bajulah kalian sekarang. Ini serba ungu kan? Sudah sesuai dengan karakter kalian?" kata Pangeran Arya.

"Astaga Prabu! Hadiah ini terlalu mewah untuk kami," kata Nyai Wungu sambil kaget.

"Iya Prabu. Kami hanya dari kasta rendah kami tak pantas bersanding dan menerima jabatan panglima ini," kata Kiai Wungu.

"Kami hanya orang miskin yang ingin menegakkan keadilan setelah hak kami di rampas. Kami sebetulnya juga tidak sengaja membantu pangeran Arya dalam masalah ini," sanggah Nyai Wungu.

"Ini terlalu berlebihan untuk kami Prabu. Apalagi taburan kristal dan berlian itu sangat mahal," kata Kiai Wungu.

"Saya tidak masalah mengeluarkan materi ini untuk kalian. Dibandingkan dengan jerih payah kalian hadiah ini tidak ada apa-apanya. Pengorbanan kalian kepada keluarga kami sangat berarti. Apa jadinya nasib Pangeran Arya di hutan ilusi jika tidak ada kalian. Nyawa Pangeran sudah melayang di tangan siluman itu," kata Prabu Kamandanu.

"Kasih sayang sebagai orang tua dan pengorbanan yang kalian berikan kepada kami sangat berarti. Karena kasih sayang itu tulus untukku," Kata Pangeran Arya.

"Mengenal kalian, bertemu kalian dan kasih sayang kalian ibarat kami menemukan sebuah permata. Kuharap Romo Wungu dan Bunda Wungu bersedia menjadi bagian dari kami dan menerima hadiah dari kami," kata Putri Sekarwati.

"Hmm..! Bagaimana ya. Kami masih sungkan. Hu...hu...hu," kata Nyai Wungu sambil meneteskan air mata.

"Iya Raden, mengingat kami ini hanya orang biasa. Dari kecil kami tak pernah melihat kemewahan seperti ini," kata Kiai Wungu.

"Kalian adalah emas. Emas jika di taruh dalam kotoran sapi dia tidak akan berkarat. Besi jika di taruh di kotoran sapi pasti akan berkarat. Artinya kasta rendah yang kalian miliki tak menghalangi nilai emas yang kalian miliki. Bagi kami kalian tetap berharga," jawab Prabu Kamandanu.

"Cinta, kekuatan, dan ketulusan yang kalian berikan kepada kami adalah nilai emas bagi kami," kata Pangeran Arya.

"Eeeeeh....bagaimana ya," kata Nyai Wungu dan Kiai Wungu sambil sungkan.

"Ayolah Romo Wungu...Ayolah Bunda Wungu, terima saja jabatan dan hadiah dari kami," kata Putri Sekarwati.

"Pangeran! Katakan kepada mereka seperti apa yang Romo ucapkan kemarin," kata Prabu Kamandanu.

"Iya Romo Kamandanu. Bunda Wungu dan Kyai Wungu. Kalian pernah mengucapkan kata-kata itu kepadaku. Katanya kalian ingin menjadi orang tua angkatku. Jika kalian tidak bisa menerima hadiah ini berarti kalian membuangku sebagai anak kalian ya?" kata Pangeran Arya.

"Iya bunda. Kalau kalian menganggap kami menjadi anak angkat. Kalian harus bersedia menjadi bagian dari keluarga kami," kata Putri Sekarwati.

Mendengar pernyataan dari Pangeran Arya dan Putri Sekarwati , Pendekar Sutra Ungu itu tidak bisa menolak hadiah dan jabatan yang di berikan Prabu Kamandanu.

"Baiklah Raden," kata Kiai wungu sambil sungkan.

"Kami ikut saja Raden. Akan kami terima hadiah dan jabatan itu," sanggah Nyai Wungu sambil sungkan dan malu.

"Oh terima kasih Romo Wungu dan Bunda Wungu, kalian adalah orang tuaku," kata Pangeran Arya.

"Silah kan kalian berganti baju ini. Kamar kalian berada di sana. Itu adalah kamar khusus untuk kalian," kata Putri Sekarwati.

"Paman! Antar Kiai Wungu dan Nyai Wungu menuju kamar barunya," kata Prabu Kamandanu.

"Baik Prabu," kata staf istana.

Staf istana mengantarkan Pendekar Sutra ungu sambil membawa pakaian istana yang di pesan Prabu Kamandanu kemarin.

"Mari! Saya antar kalian ke kamar kalian," kata staf istana sambil membawa baju istana milik Pendekar Sutra Ungu.

"Iya Paman," ucap Pendekar Sutra Ungu.

Mereka bertiga sampai di kamar yang di baut Prabu Kamandanu. Kamar yang di khusus kan untuk Pendekar Sutra Ungu.

"Nyai Wungu? Kiai Wungu? Ini adalah kamar yang di bangun Prabu Kamandanu untuk kalian. Sang Prabu sudah mendesain kamar ini sesuai kepribadian kalian. Silah kan kalian ganti baju dan secepatnya kembali ke singgasana istana," kata staf istana.

"Ya Tuhan! Benarkah ini kamar untuk kami? Ini mewah sekali," kata Nyai Wungu kaget memasuki kamarnya.

"Iya Nyai. Ini di lemari juga ada baju khusus perang untuk kalian. Di desain serba ungu sesuai kepribadian kalian," kata staf istana.

"Astaga! Mimpi apa kita semalam dinda," kata Kiai Wungu.

"Ya Tuhan. Kita mendapatkan hadiah semewah ini," kata Nyai Wungu.

"Kalau begitu saya pamit dulu. Secepatnya kalian harus kembali ya?" kata staf istana.

"Iya Paman. Terima kasih ya," ucap Nyai Wungu.

Lima menit berlalu. Pendekar Sutra Ungu selesai memakai pakaian istana pemberian Prabu Kamandanu.

"Wah! Pakaian ini indah kanda," kata Nyai Wungu.

"Iya dinda. Aku sangat menyukainya. Berlian dan kristalnya pasti mahal," kata Kiai Wungu.

"Pasti mahal Kanda. Tapi bagi Prabu Kamandanu uang ini kecil. Kerajaan Pringsewu kan kaya raya kanda," kata Nyai Wungu.

"Betul dinda. Ayo kita segera ke singgasana," kata Kiai Wungu.

"Ayo kanda," kata Nyai Wungu.

Pendekar Sutra ungu keluar dari kamar barunya. Lalu menuju ke singgasana istana untuk penobatan mereka.

"Kami sudah siap," ucap Kiai Wungu.

"Ayo Romo duduklah di sini," kata Pangeran Arya memanggil Kiai Wungu. Pangeran Arya berdiri dekat kursi ungu yang dipesan Prabu Kamandanu kemarin.

"Bunda Wungu duduk di sini ya," kata Putri Sekarwati memanggil Nyai Wungu. Pangeran Arya berdiri dekat kursi ungu yang dipesan Prabu Kamandanu kemarin.

"Teng! Teng! Teng! Penobatan Pendekar Sutra Ungu sebagai Panglima kerajaan akan segera si laksanakan!" kata Staf istana sambil membunyikan lonceng.

Plok! Plok! Plok!

Suara tepuk tangan dari penduduk istana Pringsewu memeriahkan acara penobatan ini. Sementara Pangeran Arya memasangkan mahkota ke kepala Kiiai Wungu. Dan Putri Sekarwati memasangkan mahkota itu di kepala Nyai Wungu. Sementara Mbok Sumi menaburkan bunga-bunga kepada Pendekar Sutra ungu.

"Selamat Nyai Wungu, selamat Kiai Wungu," kata Mbok Sumi sambil menabur bunga di kepala Pendekar Sutra Ungu itu.

"Iya simbok Sumi," jawab Pendekar Sutra Ungu.

"Selamat Nyai Wungu, selamat Kiai Wungu," kata Prabu Kamandanu.

"Iya Prabu. Terima kasih atas hadiah yang mewah ini Prabu," kata Nyai Wungu.

"Iya Nyai semoga engkau menyukai hadiah ini dan bersedia tinggal di istana kami," kata Prabu Kamandanu.

"Iya Prabu. Kami sangat menyukainya. Hadiah ini sesuai dengan karakter ungu kami," kata Kiai Wungu.

"Informasi ini aku dapatkan dari Pangeran Arya. Kalian sangat menyukai warna ungu," kata Prabu Kamandanu.

"Ha...ha...ha...! Iya Raden Arya memang sudah mengetahui warna kesukaan kami di hutan ilusi," ucap Kiai Wungu sambil tertawa.

"Ha...ha....ha..! Iya Aku juga pernah mencuci baju kalian. Semuanya serba ungu. Tapi pokoknya selamat buat Romo Wungu dan Bunda Wungu," jawab Pangeran Arya.

"Iya Raden. Ha...ha...ha...!," Kata Kiai Wungu sambil tertawa mengenang masa lucu di hutan ilusi.

"Teng! Teng! Teng! Sekali lagi beri tepuk tangan atas penobatan Panglima ini" kata Staf istana sambil membunyikan lonceng.

Plok! Plok! Plok!

Suara tepuk tangan dari penghuni istana bergemuruh.

"Prabu, setengah baju kami akan saya pindahkan ke kamar baru kami. Setengahnya di padepokan Kyai Benggolo," kata Kiai Wungu.

"Kenapa harus setengah Kiai Wungu?" tanya Prabu Kamandanu.

"Kami juga ada mandat dari guru kami. Kami harus melatih ilmu kesaktian kepada murid-murid Kiai Benggolo," kata Kiai Wungu.

"Oh ya sudah. Atur saja waktunya ya," kata Prabu Kamandanu.

"Iya Prabu," kata Kiai Wungu.

Acara penobatan panglima telah selesai. Acara itu sangat meriah. Sementara dengan kudanya Pendekar Sutra Ungu membawa setengah baju mereka ke kamar barunya di istana Pringsewu. Dan setengah bajunya di Padepokan Kiai Benggolo. Mereka sadar, bahwa mereka juga  harus melatih murid-murid Kiai Benggolo.

Pendekar Sutra Ungu yang telah resmi menjadi panglima kerajaan membuat mereka di segani dan di hormati oleh penduduk Pringsewu. Mereka terkenal akan kekuatannya. Tapi hal itu tidak membuatnya menjadi sombong. Mereka tetap rendah hati. Walau kekuatan mereka bisa mengalahkan Pangeran Arya dan Prabu Kamandanu, mereka juga tahu diri, kasta mereka di bawah mereka. Prabu Kamandanu adalah Raja. Dan Pangeran Arya adalah Pangeran di kerajaan itu. Pendekar Sutra ungu menyadari, mereka hanya sebatas Panglima kerajaan, dan tidak ada niat untuk merebut takhta Raja Kamandanu dan Pangeran Arya.

Ternyata perkiraan Prabu Kamandanu benar. Setelah beberapa waktu Pendekar Sutra Ungu menduduki takhta menjadi panglima istana, prajurit istana mengalami perkembangan ilmu kesaktian yang cukup pesat. Hal itu tak lepas dari didikan Pendekar Sutra Ungu. Prabu Kamandanu, Pangeran Arya dan Putri Sekarwati merasa bahagia, kehadiran Pendekar Sutra Ungu membawa perkembangan yang cukup pesat untuk kerajaan Pringsewu.

Bersambung.

Chapitre suivant