webnovel

21. Memasuki Kawasan Istana Raja Buto Ijo Bagian IV

Hari sudah sore si Raja buto ijo belum menampakkan dirinya. Akhirnya mereka mendirikan tenda dan mencari makan dahulu. Pintu masuk istana juga sudah terkunci. Karena waktu sehari telah habis untuk melawan anak buah buah buto ijo itu.

"Sudah sore kita istirahat saja dulu. Raja buto itu juga belum menampakkan dirinya," kata Nyai Wungu.

"Iya betul, aku dirikan tenda ya bunda?" kata Pangeran Arya.

"Iya Raden, aku dan Romomu akan mencari makan dulu," kata Nyai Wungu.

Seperti biasa kegiatan waktu sore mereka yaitu mendirikan tenda, mandi dan mencari makan.

"Kita datang Redan? Ini hasil makanan yang kita bawa," kata Nyai Wungu.

"Wah banyak sekali bunda," kata Pangeran Arya.

"Iya Raden. Tidak ada lima menit mencari makanan di sini lihat saja keadaannya makmur dan subur," kata Nyai Wungu.

"Betul," kata Pangeran Arya.

"Ayo sekarang kita masak," kata Nyai Wungu.

"Iya bunda," kata Pangeran Arya.

Ketika makanan sudah siap mereka berunding untuk membangun strategi melawan Raja buto ijo.

"Makanan sudah siap! Ayo semua makan," kata Nyai Wungu.

"iya bunda," Pangeran Arya.

"Ngomong-ngomong kita percuma menunggu kehadiran buto ijo di sore bolong, tidak jelas keluarnya kapan," kata Pangeran Arya.

"Aku berharap yang keluar rajanya, eh ternyata dia juga punya prajurit," kata Nyai Wungu.

"Iya bunda," kata Pangeran Arya.

"Tapi walaupun mereka hanya prajurit. Kekuatan mereka juga kuat-kuat," kata Kiai Wungu.

"Betul kanda. Apalagi Rajanya yang keluar," kata Nyai Wungu.

"Maka dari itu kita tetap waspada," kata Kiai Wungu.

"Tapi yakinlah kekuatan Tuhan selalu ada mendampingi kita. Yang penting kita tetap di jalan yang benar. Yaitu menumpas kejahatan," kata Nyai Wungu.

"Iya dinda kamu benar," kata Kiai Wungu.

"Tapi besok bagaimana kalau Raja buto ijo belum keluar juga dari istananya," kata Pangeran Arya.

"Kita dobrak saja pintunya, setelah kita menyelesaikan makan pagi istirahat sejenak kita lakukan pendobrakan pintu," kata Kiai Wungu.

"Oh begitu," kata Pangeran Arya.

"Iya Raden. Makanya aku tadi menyisihkan makanan untuk pagi hari," kata Nyai Wungu.

"Iya bunda," kata Pangeran Arya.

"Selesai makan ayo kita tidur, karena besok kita melawan musuh yang sesungguhnya," kata Nyai Wungu.

"Iya Bunda," kata Pangeran Arya.

Setelah makan mereka bertiga tertidur pulas di dalam tenda. Mereka bertiga bangun pagi sarapan dan mandi. Lalu mereka siap-siap untuk penyerangan kepada Raja buto ijo itu.

"Kita sudah selesaikan kegiatan pagi hari ini dinda. Saatnya fokus ke tujuan utama yaitu menyerang Raja buto ijo ," kata Kiai Wungu.

"Betul. Kita dobrak saja ya," kata Nyai Wungu.

"Ayo," kata Kiai Wungu.

Ketika mereka mau melancarkan selendang sakti ke pintu untuk mendobrak, tiba-tiba pintu itu terbuka. Yang membuka pintu itu tak lain adalah Raja Buto ijo. Musuh yang sesungguhnya. Raja buto ijo itu memiliki badan yang besar, perut yang  buncit serta memiliki taring di mulutnya. Rambutnya gimbal, warna badannya hijau serta memiliki tinggi badan sekitar empat meter. Dikepalanya terdapat mahkota yang ada mestika berwarna merah. Di lehernya terdapat kalung yang ada liontin bulat dilingkari emas berbentuk ular, bandul liontin itu sebesar telur ayam dan berwarna hijau muda. Dipercaya kalung milik Raja buto ijo itu adalah pusaka yang harus di ambil tiga pendekar untuk menghilangkan kutukan ular yang ada pada putri Sekarwati serta melenyapkan ilmu hitam pada dukun gelap. Maka dari itu kalung itu adalah pusaka yang paling sakti untuk di ambil.

Cekrek!

Pintu istana terbuka dan Raja buto ijo keluar dari istana.

"Hah! Dia keluar Romo," kata Pangeran Arya.

"Wah besar sekali sepertinya sangat kuat. Kita harus berhati-hati," kata Kiai Wungu.

Raja buto ijo melihat keadaan istana yang tampak berantakan akibat peperangan. Dia terkejut sepuluh prajuritnya mati.

"Hah! Prajuritku! Siapa yang telah berani membunuh prajuritku?," teriak Raja buto ijo.

"Ha...ha...ha...! Kami! Senang bertemu denganmu Raja buto ijo. Sebentar lagi engkau juga akan menyusul seperti mereka," kata Pangeran Arya.

"Hai! Kenapa kalian merusak istana kami," kata Raja buto ijo.

"Karena ilmu hitam bersumber darimu dan telah merusak kehidupan kami," kata Nyai Wungu.

"Ha...ha...ha! Itulah tujuan kami menjadi penguasa di muka bumi ini, sekarang kalian harus menerima serangan dariku," kata buto ijo.

Huuk!

Wush!

Dari tangannya dia mengeluarkan semburan api dan di arahkan ke tiga pendekar itu.

Hiyat!

Hiyat!

Hiyat!

Ke tiga pendekar itu menghindar sambil berbalik menyerang Raja buto ijo.

Hiyat!

Brught!

Kiai Wungu menyerang dari belakang dan gadanya mengenai punggung Raja buto.

"Ah!" erang buto ijo.

Hap!

Plak!

Brugh!

Tahu di serang dari belakang tangan buto ijo menampar badan Kiai Wungu di udara lalu terpental ketanah.

"Ah!" arang Kyai Wungu karena terpental ke tanah saat terbang.

Tiba-tiba selendang Nyai Wungu melesat menyerang Raja buto ijo.

Sreeet!

Brught!

Wush!

Brught!

Raja buto membalas dengan semburan angin. Lalu Mengenai Nyai Wungu dan terpental ke tanah.

"Ah!" erang Nyai Wungu kesakitan.

Sementara Pangeran Arya menyerang dengan pedangnya. Tetapi serangan pedang itu tidak mempan di tubuhnya.

Hiyat!

Sreet!

Brught!

Kapalan tangan dari Raja buto ijo mengenai badan Pangeran Arya dan terpental ke tanah.

"Ah," kata Pangeran Arya kesakitan saat menerima serangan buto ijo.

Tiga pendekar itu terpojok melawan Raja buto ijo. Mereka terpental semua. Karena musuh yang dia hadapi memiliki beberapa ilmu ajian. Ajian itu antara lain semburan api, semburan angin dan ilmu kebal rawa rontek.

"Ha...ha...ha...! Kalian boleh mengalahkan para silumanku dari hutan lapis satu sampai tujuh! Tapi tidak akan bisa mengalahkan Raja buto ijo," kata Raja Buto ijo.

Hiyat!

Hap!

Brugh!

Kiai Wungu maju lalu menyerang dengan gada. Tapi serangan gada itu di tangkap dengan tangan Raja Buto ijo. Kemudian melemparkan Kyai Wungu ke tanah.

"Ah" kata Kiai Wungu kesakitan.

"Ha...ha...ha...!" tawa Raja Buto ijo.

Kemudian Nyai Wungu melakukan serangan dengan menggunakan kipas saktinya.

Hiyat!

Wush!

Hiyat!

Wush!

Hiyat!

Wush!

Tiga kibasan kipas di arahkan ke Raja buto, sayangnya angin dari kipas nyai wungu dapat di tangkis dengan mulutnya yang juga mengeluarkan angin. Ketika Nyai Wungu lemah di menyemburkan angin dan Nyai Wungu terpental ke tembok istana.

Wush!

Brught!

"Arh!" erang Nyai Wungu kesakitan.

Tiba-tiba dari belakang Pangeran Arya membawa akar pohon dan membelit leher Raja buto itu. Kemudian menariknya jatuh ke tergeletak ke tanah. Kemudian memukul dadanya dengan gada.

Hiyat!

Blek!

Bught!

"Ah!" erang Raja Buto ijo karena di pukul gada.

"Ah, kurang ajar!"  kata Buto ijo.

Plak!

Bught!

Tamparan tangan buto ijo menampar badan Pangeran Arya. Tetapi Pangeran masih menghindar dari tanah. Tanpa basa basi pangeran meluncurkan senjata anak panah dan mengenai perut Raja buto ijo itu.

Hap!

Sreet!

Jlep!

"Ah!" erang Raja buto ijo terkena anak panah.

Kemudian pendekar sutra ungu terbang menghampiri anak angkatnya.

"Bagus Raden," kata Nyai Wungu.

"Iya bunda, tapi sepertinya dia belum mati," kata Pangeran Arya.

"Ini benar-benar musuh kita yang sesungguhnya," kata Nyai Wungu.

"Hah! Lihat! Setelah anak panah itu di cabut dari tubuhnya bisa pulih sendiri," kata Kiai Wungu.

"Wah benar Romo," kata Pangeran Arya.

"Sepertinya Raja itu mempunyai ilmu kebal, serta memiliki berbagai ajian," kata Nyai Wungu.

"Benar," kata Kiai Wungu.

Bersambung.

Chapitre suivant