webnovel

11. Pendekar Sutra Ungu Menjadi Orang Tua Angkat Pangeran Arya

Plok...plok....plok....!

Pangeran bertepuk tangan memuji dua Pendekar sutra ungu.

"hebat...hebat...saya kagum dengan kemampuan paman dan bibi, jurusnya romantis sekali, apa kalian suami istri?," kata pangeran Arya sambil bertepuk tangan.

"Raden bisa saja memuji kita, maaf sebelumnya raden ini siapa?," tanya pendekar wanita itu.

"Sebelumnya saya berterima kasih dulu kepada kalian, jika kalian tak datang tepat waktu, aku sudah mati di tangan serigala itu, perkenalkan nama aku Arya," kata Pangeran Arya.

"Oh iya sama-sama raden Arya, kami adalah pendekar sutra ungu, kami biasa di panggil Nyai Wungu dan Kiai Wungu, kami adalah suami istri, kami adalah murid Kyai Benggolo dari daerah Semeru, kami memang jarang di padepokan Kiai Benggolo, karena kami sering bersemadi di luar daerah Semeru, dan kami juga tidak tahu nama Raja dan Pangeran yang ada di Semeru itu siapa?," kata Nyai wungu.

Berarti mereka tidak mengenal Pangeran Arya, bahkan Pangeran berniat untuk merahasiakan jati dirinya agar dia tidak sungkan mengajari ilmunya kepada Pangeran.

"Oh, begitu saya hanya orang biasa Nyai, bukan seorang Pangeran, saya kesini untuk membunuh Raja buto ijo, agar tunangan saya terbebas dari kutukan," kata Pangeran Arya menutupi jati dirinya.

"Berarti kita satu tujuan raden, kami juga ingin membunuh Raja buto ijo itu, kami ingin membalas dendam kepada dukun pemuja buto ijo agar mati," kata Kiai Wungu.

"kalau boleh tahu kenapa engkau dendam pada dukun itu?," kata Pangeran Arya.

"Bayi kami dirampas ketika masih dalam kandungan, bayi kami di gunakan tumbal untuk ritual penambah ilmu hitam dari buto ijo," kata Kiai Wungu.

"Andaikan bayi itu masih hidup, kira-kira sebesar kamu raden," kata Nyai Wungu.

"Kejam sekali, mereka sudah merampas kebahagiaan kalian," kata Pangeran Arya.

"iya Raden, tapi ngomong-ngomong, tunanganmu itu mendapat kutukan apa? Aku yakin pelakunya pasti juga dukun gelap itu, dukun itu pasti ada yang menyuruhnya, karena dukun itu adalah perantara buto ijo untuk melakukan kejahatan," kata Nyai Wungu.

Dalam hati pangeran, apa pelakunya ibu tiri dan kakak tiri dari Putri Sekarwati, karena bisa jadi mereka menyimpan dendam kepada Putri Sekarwati, apakah mereka bersekongkol dengan dukun gelap itu? kecurigaan Pangeran Arya mulai timbul.

"Bisa jadi itu, makanya kita nanti sekalian juga melenyapkan dukun gelap itu dari muka bumi ini," kata Pangeran Arya.

"Iya raden, memang itulah dendam kami," kata Kiai wungu.

"Tapi saya pernah dengar dari tetangga, katanya Putri dari daerah Pringsewu mendapat kutukan ular, wujudnya berubah menjadi ular, dan katanya Pangeran yang mencintainya lagi kesini untuk membunuh buto ijo itu, kalau pangeran itu datang kita berjuang bersama, bisa ada empat orang," kata Nyai wungu.

"Wah saya tidak tahu itu pangeran yang mana, he...he...he...?" kata Pangeran Arya sambil menutupi jati dirinya.

"Iya, semoga Pangeran itu cepat kesini ya, membantu kita Raden," kata Kiai wungu.

"Iya," kata Pangeran Arya.

"Oh iya Raden, di punggungmu masih terluka, kita harus mengobatimu sekarang, kanda ambilkan obat luka di tas yang berada di kuda kita," kata Nyai Wungu.

"iya Dinda," kata Kiai Wungu.

"Terima kasih nyai dan Kiai membantuku, ini sudah sore saatnya kita beristirahat, aku membawa tenda untuk tidur bertiga nyai," kata Pangeran Arya.

"Kami juga membawa tenda ,mungkin kita gabungkan saja tenda kita agar semakin besar," kata Kiai wungu.

"Atur saja Paman, bagaimana enaknya...he...he...he....!" kata Pangeran Arya.

"Iya Raden, kamu istirahat saja dulu," kata Kiai wungu.

"Kanda kita cari ikan di sungai ya, untuk makan malam," kata Nyai Wungu.

"Iya dinda," kata Kiai Wungu.

"kami tinggal sebentar Raden, baik-baiklah kamu di sini," kata Nyai Wungu.

"iya," kata Pangeran Arya.

Sepasang pendekar sutra ungu itu pergi meninggalkan pangeran Arya di dalam tenda, mereka pergi untuk mencari makan di sekitar hutan lapis tiga.

"Raden, apa kau masih di tenda?," sapa Nyai Wungu.

"Masih bibi ,wow banyak sekali makanannya, ada sayur, ikan, buah, mantap pokoknya," kata Pangeran Arya.

"Syukurlah, kita kan lelah habis bertarung Raden, tenaga kita sudah terkuras habis, waktunya kita memulihkan tenaga dengan makan dan istirahat," kata Nyai Wungu.

"Iya Bibi," kata Pangeran Arya.

"Kanda buat perapian untuk membakar ikan ini," kata Nyai wungu.

"iya Dinda," kata Kiai Wungu.

Mereka memasak makanan untuk di jadikan makan malam, acara makan malam pun tiba, mereka makan bersama sambil bercanda gurau, Pangeran Arya merasakan kasih sayang dari ke dua pendekar itu, mereka sangat perhatian, bahkan Pangeran merasa rasa kasih sayangnya itu seperti orang tua kandungnya sendiri. Tak jauh berbeda dengan ke dua Pendekar sutra ungu itu, mereka malah senang dan tidak keberatan dengan kehadiran Pangeran, mereka menganggap Pangeran Arya seperti anak kandungnya sendiri.

"Oh iya Raden, kamu tengkurap dulu, biar kami obati lagi lukamu," kata Nyai Wungu.

"Iya Nyai, Kalian sudah membantuku, kalian sudah mengobatiku, kasih sayang kalian seperti orang tuaku sendiri," kata Pangeran Arya.

"Iya Raden, kita seharusnya tolong menolong karena mempunyai visi dan misi yang sama, bukan?" kata Kiai Wungu.

"Iya Kiai, dalam hati saya merasa nyaman dengan kalian, seperti sosok orang tua dalam hidupku," kata Pangeran Arya.

Mendengar ucapan dari Pangeran Arya, kedua pendekar itu terdiam sejenak, mereka seperti memikirkan sesuatu, tiba-tiba Nyai Wungu menangis, dan Kyai Wungu juga meneteskan air mata.

"Hu...hu...hu...!Raden...?," ucap Nyai Wungu sambil menangis.

"Oh...?maaf...!Apa ada kata-kataku yang menyinggung kalian?," kata Pangeran Arya.

"Tidak Raden," kata Kyai Wungu.

"Tapi kenapa kalian bersedih saat aku mengucapkan nyaman bersama kalian?," kata Pangeran Arya.

"Maaf Raden, kami hanya teringat anak kami, andai saja dia hidup usianya sebesar Raden, makanya kami juga nyaman memberikan kasih sayang kita kepada Raden, ketika anak kami hilang, kami tidak pernah lagi menyentuh anak, kami seperti di sibukkan dengan balas dendam," kata Nyai Wungu.

"Oh, jadi kalian teringat hal itu, kalau kalian tidak keberatan, anggaplah aku sebagai anak angkat kalian, aku rasa kita sama-sama cocok, jujur sejak kecil orang tuaku sudah tidak ada, aku hanya di besarkan seorang kakak laki-lakiku," kata Pangeran Arya.

"Oh tentu saja kami tidak keberatan Raden, kami sangat bahagia memiliki anak seperti Raden, kami akan mengajarkan ilmu kesaktian pada Raden, agar Raden bisa menjadi pendekar yang tangguh, lagi pula sejak kecil Raden sudah tidak ada lagi kasih sayang dari orang tua, maka dari itu anggaplah kami orang tua angkatmu juga Raden," kata Kiai Wungu.

"Terima kasih atas kasih sayang kalian," kata Pangeran Arya.

"Mulai sekarang panggil kami Romo Wungu dan Bunda Wungu," kata Nyai Wungu.

"Iya Romo Wungu, iya Bunda Wungu," kata Pangeran Arya.

Akhirnya Pangeran Arya di angkat menjadi anak angkat Pendekar sutra ungu, mereka selalu kompak dan akrab satu sama lain. Mereka juga merencanakan strategi perang untuk masuk ke hutan lapis berikutnya.

"Oh iya Raden, engkau sudah mengalahkan siluman di hutan lapis pertama dan hutan lapis ke dua,apa engkau mendapatkan mestika dari siluman yang kau kalahkan?," kata Nyai Wungu.

"Ada bunda, aku mendapatkan mestika dari Raja siluman kepiting, saya mendapatkannya di hutan lapis ke dua," kata Pangeran Arya.

"Bagus...Di hutan lapis ke tiga kita juga memiliki mestika dari siluman Serigala, kita gabungkan saja Raden," kata Nyai Wungu.

"Baiklah, biar bunda simpan saja ya? Ngomong-omong fungsi mestika itu buat apa Bunda," kata Pangeran Arya.

"Mustika itu di gunakan untuk melawan siluman di hutan lapis berikutnya, atau kumpulan dari mestika dari hutan lapis dua sampai ke tujuh bisa di gunakan untuk melawan Raja Buto ijo," kata Nyai Wungu.

"Oh begitu, lalu bagaimana caranya menggunakan mestika itu," kata Pangeran Arya.

"Caranya mestika itu di genggam sambil tarik nafas, maka tenaga dalam dan kekuatan seseorang akan bertambah, mestika itu juga bisa di keluarkan dari dalam tubuh," kata Nyai Wungu.

"Wah hebat juga ya," kata Pangeran Arya.

"Iya Raden, oh iya begini saja, lebih baik mestika itu di masukkan ke tubuh Raden, agar Raden lebih kuat menghadapi para siluman di Hutan lapis ke empat,nanti kita bisa gantikan ,nanti juga tak masukkan ke dalam tubuh Romo Wungu juga," kata Nyai Wungu.

"Iya Bunda, mana mestikanya, nanti akan kumasukkan ke dalam tubuhku," kata Pangeran Arya.

"ini Raden," kata Nyai Wungu.

Pangeran Arya menggenggam mestika sambil tarik nafas, ketika proses penyatuan, Pangeran merasakan getaran seperti di sengat listrik.

"Ah...! ini sudah menyatu kan?," kata Pangeran Arya.

"Iya Raden, semuanya mari kita tidur, besok pagi kita lanjutkan menuju hutan lapis ke empat"kata Nyai Wungu.

"Iya bunda," kata Pangeran Arya.

Tak tanggung-tanggung Pangeran tidur di tengah Kiai Wungu dan Nyai Wungu, Karena senangnya mendapatkan anak angkat seperti Pangeran Arya. Selendang ungu milik mereka di selimutkan padanya. Tidur di tengah Pendekar sutra ungu, Pangeran seperti di manja oleh orang tua angkatnya, karena terkadang kepalanya di elus-elus seperti menidurkan anak kecil. Benar-benar kasih sayang orang tua angkat yang tulus, bukan?. Karena maklum saja sejak menikah mereka tidak memiliki anak.

Bersambung.

Chapitre suivant