webnovel

8. Ketulusan Hati Pengeran Arya yang Sulit di Goda Wanita Lain.

Sementara melihat kesempatan ini, Putri Galuh berniat mencuri hati Pangeran Arya, tetapi berkat ketulusan Pangeran ,Putri Galuh selalu gagal merayu Pangeran Arya.

"Wah, sekarang Putri Sekarwati sudah keluar dari istana. Saatnya aku menggoda Pangeran Arya," Gumamnya Putri Galuh dalam hatinya.

Ketika Pangeran terduduk di bangku taman istana, Pangeran di taman untuk menenangkan pikirannya sedang kacau, Putri Galuh mendekatinya dengan dandanan yang sangat menggoda.

"Pangeran?," kata Putri Galuh.

"Iya Yunda?," jawab Pangeran Arya.

"Jangan memanggilku yunda pangeran, panggil saja aku dinda," kata Putri Galuh.

"Apa maksudmu? bukankah engkau kakak dari tunanganku, engkau juga lebih tua dariku, aku menghormatimu sebagai kakak," kata Pangeran Arya.

"Pangeran, tatap mataku, letakkan tanganmu di dadaku, apa kau merasakan cintaku ini," kata Putri Galuh.

"Maaf yunda, jangan seperti itu, sudah kukatakan aku menganggapmu sebagai saudara tuaku, usia kita terpaut jauh yunda, maaf yunda, sekali lagi maaf aku tak bisa menerima cintamu!," kata Pangeran Arya sambil melepaskan tangannya yang di pegang Putri Galuh.

"Kau tega Pangeran!,Aku sudah lama mencintaimu, tetapi engkau lebih memilih Putri Sekarwati, hu...hu...hu...!," kata Putri Galuh.

"Maaf yunda, tapi itulah kenyataannya, aku memang mencintai Dinda Sekarwati, kami sudah berjanji sehidup semati, apa pun keadaannya," kata Pangeran Arya.

"Hu...hu...hu...!Cintaku bertepuk sebelah tangan, Tapi apakah Pangeran berpikir mau menikahi ular seperti Putri Sekarwati, dan dia sudah pergi Pangeran, sebaiknya engkau bersamaku," kata Putri Galuh.

"Tidak Yunda, maafkan aku yang tak bisa membalas cintamu, sebaiknya engkau mencari pangeran lain selain aku, masih banyak di luaran sana Pangeran yang ingin menikah, demi Dinda Sekarwati akan aku bebaskan dari kutukan ular itu, bagaimanapun caranya," kata Pangeran Arya.

"Tapi aku memilihmu Pangeran, engkau tak bisa menghargai perasaanku!" kata Putri Galuh.

"Tidak Yunda, Cinta itu tidak bisa di paksa, aku sudah berjanji sehidup semati bersama Dinda Sekarwati," kata Pangeran Arya.

"Kau tega Pangeran, tega!" kata Putri Galuh sambil berlari meninggalkan Pangeran Arya.

Hati Putri Galuh hancur berkeping-keping, karena cintanya di tolak mentah-mentah olah Pangeran Arya, Dia menangis di kamarnya.

"Ada apa Nduk?," kata Dewi Ambiwati.

"Pangeran Arya menolak cintaku ibu, Hu...hu...hu...! walaupun Dinda Sekarwati kita singkirkan tapi cinta mereka kuat sekali," kata Putri Galuh.

"Sabar Nduk, mungkin dia bukan jodohmu, tetapi jika kau gagal mendapatkan pangeran Arya, mahkota Putri Raja tetap jatuh kepadamu," kata Dewi Ambiwati.

"Iya ibu, aku sudah melepaskan Pangeran Arya, aku sekarang harus fokus kepada mahkota putri kerajaan," kata Putri Galuh.

"Iya Nduk, restuku bersamamu," kata Dewi Ambiwati.

"Iya ibu," kata Putri Galuh.

Melihat keadaan yang semakin pelik, tanpa pikir panjang Pangeran Arya bersiap-siap menuju Hutan ilusi itu, padahal Prabu Kamandanu ingin membawakan pengawal untuk Pangeran Arya, pengawal itu dari murid Kyai Benggolo yang satu tujuan untuk membunuh Buto ijo , akhirnya Pangeran Arya berangkat sendiri tanpa di temani siapa pun. Prabu Kamandanu menyusul ke kerajaan Semeru, tetapi Pangeran Arya sudah berangkat ke hutan ilusi sendirian. Pangeran Arya memang di kenal sebagai kesatria yang pemberani.

"Teng...teng...teng...Prabu Kamandanu dari kerajaan Pringsewu datang," kata Staf istana kerajaan Semeru.

"Maaf, saya mau bertemu dengan calon menantuku, Pangeran Arya, di mana dia sekarang," kata Prabu Kamandanu.

"Nyuwun sewu Prabu, Pangeran Arya sudah berangkat ke hutan ilusi kemarin pagi, dia hanya membawa kuda dan senjata, serta membawa bekal makanan seadanya," kata staf istana.

"Waduh, berani sekali dia, padahal hutan ilusi sangat ganas, aku ingin sekali murid dari Kiai benggolo itu menemaninya," kata Prabu Kamandanu.

"Benar ndoro, kami juga sudah mendengar hutan ilusi memang berbahaya, orang yang masuk ke situ pasti tidak akan kembali, sekali masuk jalannya di sesatkan oleh makhluk gaib yang berada di hutan itu, sebelumnya kamu sudah menasihati Pangeran, tapi pangeran bersih kukuh untuk pergi ke hutan ilusi," kata staf istana.

"Itu yang aku takutkan, apa kau tahu rumah Kiai Benggolo? katanya di sekitar daerah Semeru?" kata Prabu Kamandanu.

"Tahu ndoro, dia juga mendirikan padepokan ilmu putih, murid jebolannya terkenal sakti-sakti ndoro, Rumahnya paling sepuluh menit dari sini, Prabu hanya lurus saja menuju ke selatan, nanti ada papan namanya yaitu padepokan Kyai Benggolo," kata Staf istana.

"Baiklah, saya berangkat sekarang, terima kasih atas informasinya," kata Prabu Kamandanu

Prabu kamandanu berangkat ke padepokan Kiai Benggolo, dia ingin Kiai segera mengirimkan muridnya untuk menemani Pangeran Arya, karena Pangeran Arya dalam bahaya, murid dari Kiai Benggolo tak lain adalah Sepasang Pendekar Sutera Ungu, yang mana pendekar itu mempunyai dendam dengan buto ijo dan dukun Gelap.

"Tong...tong...!Prabu Kamandanu dari kerajaan Pringsewu datang," kata staf padepokan sambil memukul lonceng.

"Sila kan masuk ndoro?," kata Staf padepokan.

"Iya, terimakasih,hamba mau bertemu dengan Kiai Benggolo,apa dia ada di rumah?"kata Prabu Kamandanu.

"Ada ndoro, beliau lagi makan siang," kata staf pedepokan.

"Baiklah, saya tidak mau mengganggunya, biarkan dulu dia selesai makan siangnya" kata Prabu Kamandanu.

Tiba-tiba Kyai benggolo keluar dari pintu dan melihat Prabu kamandanu dan menemuinya, karena melihat dari jendela.

"Prabu? Jauh-jauh engkau datang kesini, sepertinya ada hal penting yang mau engkau bicarakan kepadaku," tanya Kiai Benggolo.

"Benar Kiai, ini sangat penting, menyangkut nyawa calon menantuku dan putriku Sekarwati," kata Prabu Kamandanu.

"He...he...he...! sebaiknya sang Prabu makan siang dulu bersama kita, sepertinya Prabu ,melewatkan makan siang hari ini, ayo Prabu, tidak usah sungkan, anggap saja makan di rumah sendiri," kata Kyai Benggolo.

"Oh terima kasih Kiai, tapi nanti setelah ini kita rembukan ya? kata Prabu Kamandanu.

"Iya Prabu, ayo masuk ke dapur, kita makan sama-sama," kata kiai Benggolo.

"Iya Kyai ," kata Prabu Kamandanu.

"Maaf Prabu, ini masakan Padepokan, tidak selezat masakan istana, ini hanya masakan kampung, silahkan ndoro," kata Kyai Benggolo.

"Enak juga Kyai, malah saya merasakan selingan rasa yang berbeda khas perkampungan," kata Prabu Kamandanu.

"He...he...he...! ternyata Prabu menikmati masakan kami," kata kiai Benggolo.

"Iya Kyai, he...he...he....!"kata Prabu Kamandanu.

Makan siang pun selesai Kiai Benggolo mengajak Prabu Kamandanu menuju ruang tengah padepokan untuk berbicaraa 4 mata.

"Ada masalah apa Prabu kesini?," kata Kiai Benggolo.

"Ini mengenai Pangeran Arya, calon menantuku, dia gegabah berangkat sendirian ke hutan ilusi, padahal aku ingin muridmu mengawalnya, aku takut terjadi sesuatu yang tidak aku inginkan," kata Prabu Kamandanu.

"Tetapi kurang duapuluh hari Pendekar Sutera Ungu masih menyempurnakan ilmunya, ini tidak bisa mendadak Prabu, saya yakin untuk melawan buto ijo itu kekuatan muridku sudah mumpuni, tapi lebih baik Pangeran Arya dan Pendekar Sutera ungu saling bekerja sama," kata Kiai Benggolo.

"Saya juga berharap begitu, tetapi bagaimana kalau Pangeran Arya sudah terbunuh di hutan ilusi itu?," kata Prabu Kamandanu.

"Hutan kekuasaan Buto ijo itu berlapis tujuh Prabu, hutan lapis pertama di huni oleh siluman tengkorak, saya yakin Pangeran mampu mengalahkan siluman di hutan lapis pertama," kata Kiai Benggolo.

"Kuharap juga begitu," kata Prabu Kamandanu.

"Besok akan aku jenguk Pendekar Sutera ungu itu, mereka lagi bertapa untuk menyempurnakan ilmunya, jika sudah segera aku kirimkan ke hutan ilusi," kata Kiai Benggolo.

"Baiklah Kyai, kupercayakan padamu saja, saya kembali ke kerajaan dulu Kyai, kalau ada kabar kirimkan surat untukku," kata Prabu Kamandanu.

"iya Prabu," kata Kiai Benggolo.

Prabu Kamandanu kembali ke istana dengan hati yang lega, karena Pangeran Arya mendapat bantuan dari Pendekar sutra ungu.

Bersambung.

Chapitre suivant