Malam kian larut, Kara menatap rembulan malam dari jendela kamarnya. Sejak tadi dia sama sekali tidak ada keluar dari kamarnya.
Sama sekali rasanya ia tidak lapar ataupun haus. Semua yang dikatakan oleh Dewa, Restu dan juga Anna masih saja terngiang-ngiang di telinganya.
Ia memejamkan matanya tolak Angin bertiup membelai kulitnya itu. Pikirannya kembali melayang pada kejadian di mana ia dan juga bara berada pada titik detik-detik akan tabrakan itu terjadi.
Tapi baru saja ia ingin masuk ke dalam ingatan Itu tiba-tiba saja ia terjaga dan kemudian menjalankan kepalanya dengan cepat.
Tidak, tidak! Dia tidak boleh seperti ini. Jika ia terus memikirkan sesuatu yang akan membuatnya semakin drop maka harapannya untuk bertahan lebih lama pada kehidupan ini akan sangat sedikit.
Terasa pusing kini tiba-tiba menjalani kepalanya hingga membuat kara dengan cepat melangkah masuk ke dalam kamarnya itu. Jendela yang tadi ia buka untuk melihat rembulan itu kini ditutup habis.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com