Selepas pulang dari mall tadi, entah kenapa Kara merasa sedikit aneh dengan tingkah Bara, tapi sebisa mungkin ia berusaha untuk menepis Semuanya itu.
"Mas, malam ini mau dimasakin apa untuk makan malam nya?" Tanya Kara saat mereka berdua berada di sofa ruang keluarga.
Sejak tadi, Bara terlihat sangat sibuk sekali dengan ponselnya, entah apa yang laki-laki itu lakukan, apakah ada pekerjaan yang sangat penting hingga tak bisa untuk di tunda? Padahal mereka berdua itu sepakat kalau sedang berdua tidak ada lagi main hp, tapi kenapa saat ini bara terlihat benar-benar aneh?
Bara menutup ponselnya saat menyadari kalau Kara sedang mencoba untuk mencuri kesempatan melihat ponselnya.
"Mas kayaknya bakalan lembur nanti Malam sayang, kamu nggak apa-apa kan kalau mas tinggal?" Ucap Bara sambil mengembangkan senyumnya.
"Loh kok mas masuk kerja sih? Bukannya mas hari ini cuti ya?" Tanya Kara.
Bara nampak salah tingkah, ia lupa kalau hari ini ia mengambil cuti. Jika sudah seperti ini apa yang harus ia lakukan?
"Iya sih mas cuti tapi tiba-tiba Dona kasi tau mas kalau ada urusan mendadak yang memang harus mas masuk sayang." Jawab Bara memberikan alasan bohongnya itu.
"Urusan mendadak apa mas? Apakah Andre nggak bisa menangani ya? Kan selama ini Andre itu salah satu orang yang dipercaya untuk gantiin posisi kamu kalau kamu tidak ada " Tanya Kara lagi, entah kenapa ia merasa sangat aneh sekali dengan tingkah suaminya itu.
"Memang benar sih, tapi sayang, semua nya tak sesimpel itu loh, ada yang bisa ditangani oleh Andre sebagai wakil dari mas dan ada juga yang nggak." Jawab Bara memberikan penjelasan kepada Kara yang entah kenapa hari ini benar-benar sangat mengintrogasi nya.
Apakah ini pertanda bahwa Kara itu telah mencurigai dirinya?
"Baiklah jika seperti itu?"
Tak ada hal yang bisa membuat ia mempertahankan Bara untuk tetap tinggal disini. Jadi mau bagaimana lagi? Melepaskan laki-laki itu pergi Adalah jalan nya.
Padahal hari ini ia ingin sedikit bermanja-manja dengan Bara, sudah hampir tiga bulan juga tidak pernah melakukan hubungan suami istri karena Bara yang begitu sibuk sekali.
Untuk mendapatkan kesempatan berduaan seperti Hari ini saja Rasanya susah Sekali. Begitu sibuknya Bara dalam ke mengurusi perusahaan mereka.
Iya itu adalah perusahan mereka berdua, bisa dibilang bahwa mereka berdua itu dinikahi karena dua perusahaan yang harus menjadi satu. Mereka menikah untuk hal bisnis. Waktu itu, keadaan perusahan milik keluarga Bara begitu memprihatinkan sekali, bisa diKatakan kalau terlambat sedikit mungkin perusahaan milik keluarga Bara itu sudah tidak ada lagi.
Untungnya, kedua belah pihak tak ada yang keberatan untuk perjodohan ini. Sering Sekali baik Bara maupun Kara menunjukan kemesraannya kepada kedua keluarga mereka yang membuat kedua keluarga itu begitu senang sekali.
Jadi, sampai disini sudah pada mengerti kan kenapa Kara dan Bara ini di jodohkan?
"Ya sudah, kalau gitu mas berangkat kerja dulu ya sayang. Baik-baik kamu dirumah, mas akan sering telpon nanti." Ucap Bara sambil mencium pipi kiri dan kanan Kara dan ia berdiri untuk Segera meninggalkan Kara.
Wajah Kara masih saja cemberut, ia tak rela sebenarnya jika Bara pergi. Tapi entah kenapa Bara tak mengerti itu sama sekali.
"Jangan gitu dong ekspresi nya." Lanjut Bara lagi setelah selesai mencium Kara.
"Mas itu loh jangan gitu sama Kara."
Bara kembali duduk lagi di samping Kara, ia mengambil tangan istrinya itu dan kemudian menggenggamnya dengan erat.
"Sayang, dengerin mas deh, mas kayak gini banting tulang itu demi kamu. Mas punya tanggung jawab yang besar juga di perusahaan itu, ini juga untuk kita di masa tua nanti nya. Kita nggak ada yang tahu bagaimana hari tua nantinya, jadi mas mau mempersiapkan itu untuk kita, agar nanti saat tua kita menerima Semua hasil kerja keras kita ini. Tolong ngertiin mas untuk ini sayang. Percaya dengan mas untuk semua hal seperti mana mas selalu mempercayaimu." Ucap Bara yang langsung membuat Kara menganggukan kepalanya.
Ia tahu apa yang ia lakukan itu salah, selama ini suaminya itu selalu terbuka padanya, bahkan tak pernah ada sedikitpun rahasia antara mereka.
Ia salah karena terlalu mengikuti hawa nafsu dengan rasa takut yang entah mau diKatakan apa itu.
Bara benar, ia harus mempercayai Bara seperti mana Bara mempercayai Dirinya ini.
"Iya, maaf kan aku ya Mas." Jawab Kara sambil mengembangkan senyumnya.
Setelah itu ia langsung berhamburan masuk ke dalam pelukan Bara.
"Maaf karena tak bisa mengendalikan diriku ini yang sangat membutuhkan kamu. Aku rindu kamu Mas, sudah hampir tiga bulan kita tidak pernah melakukan hubungan suami istri karena kamu yang selalu saja sibuk dan pulang larut malam. Aku merindukan itu," ucap Kara Dalam pelukan Bara, ia mengeluarkan semua isi di hatinya yang sejak tadi mengganggunya itu.
Bara mengelus lembut Penggung Kara, "Iya mas tahu sayang tapi jujur saja ini bukan kemauan mas. Memang di kantor sedang sangat sibuk sekali. Kalau kamu tidak percaya kamu bisa bertanya perihal ini pada Dona ataupun Andre."
Kara melepaskan dirinya dari pelukan Bara, di tatapnya wajah suaminya itu yang begitu tampan sekali. Ia beruntung karena Tuhan mempertemukan Dirinya ini dengan seseorang yang seperti Bara.
"Aku tidak perlu bertanya pada Mereka karena aku mempercayainya kamu mas, aku percaya dengan apa yang Suamiku katakan." Ucap Kara sambil tersenyum.
Bara membalas senyuman dari Kara itu sambil mencubit dengan gemas pipi Kara.
"Gitu dong, mas nggak akan mungkin kan untuk melakukan sesuatu yang tidak-tidak di belakang kamu. Mas ini setia loh Sayang."
"Iya deh iya, udah pergi sana."
"Jadi ceritanya sekarang mas di usir?" Goda Bara.
"Nggak ngusir juga sih mas, aku takut kalau kamu lebih lama lagi disini aku jadi berubah pikiran."
Bara menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, "Baiklah, kalau gitu mas pergi dulu ya. Mas akan usahakan untuk pulang cepat. Jika jam delapan mas belum juga pulang kami tidur duluan aja nggak apa-apa, nanti mas bangunin kalau udah pulang." Ucap Bara.
"Iya mas, aku bakalan nungguin kamu kok. Lagian ada beberapa film Korea yang belum aku tonton. Sambil nunggu kamu pulang mungkin aku akan menonton film saja."
Bara mengangguk kan kepala nya, "Baiklah terserah kamu saja sayang. Tapi jangan dipaksa ya kalau memang nggak sanggup. Tidur aja dulu."
"Iya mas." Jawab Kara sambil mengangguk.
Setelah itu Bara langsung melangkah untuk pergi meninggalkan Kara sambil tersenyum sinis.
"Mau-mau aja sih di bohongi!" Gumam Bara.