webnovel

Gadis di Barak Musuh

Di sebuah tenda yang cukup besar dengan penerangan yang redup. Terlihat beberapa wanita dan anak-anak duduk saling berdesakan. Penampilan lusuh dan raut ketakutan terlihat dari wajah mereka. Sesekali mereka akan menunduk ngeri saat tak sengaja menatap para penjaga. Melihat para pria yang memandang mereka dengan tatapan lapar seperti pemangsa yang menunggu giliran untuk menyantap buruan mereka.

Namun dari sekian banyak wanita dan anak-anak yang ada disana, ada satu gadis yang memiliki penampilan yang cukup berbeda dari mereka. Gadis yang mengenakan hanfu biru yang telah kotor berdebu itu tampak diam. Rambut hitam panjangnya tergerai dengan acak-acakan. Sedangkan tatapan matanya kosong tanpa ekspresi.

"Bawa gadis itu ke tenda pimpinan," teriak salah satu penjaga dari luar.

Gadis itu menggerakkan wajahnya dan melirik dua orang pria mendekat ke arah mereka. Dua orang pria itu lantas segera menarik gadis itu antara puluhan wanita lain dan membawanya. Tak lupa mereka memeriksa tali pengikat tangan gadis itu agar dia tidak bisa melarikan diri.

Para penjaga itu kini membawa gadis itu ke sebuah tenda paling besar yang berada disana. Di depan pintu tenda dua orang prajurit berjaga dengan senjata lengkap di tubuh mereka. Sedangkan di sekitar tenda setidaknya ada delapan orang yang berkeliling menjaga tenda itu. Ketika pintu tenda di buka, sebuah ruangan luas dengan berbagai perabotan mewah terlihat di depan mata. Tumpukan kepala dan tanduk binatang digantung berjajar di kedua sisi tenda. Pedang, tombak, busur beserta anak panah, juga beberapa senjata tajam lain juga terlihat di tata rapi di ruangan itu.

Di tengah ruangan, sebuah meja besar dengan gambar peta wilayah dan juga medan perang Lan Yi terhampar. Ada satu sosok yang berdiri diam menatap peta tersebut sambil sesekali menganggukkan kepala. Dia adalah pemimpin pasukan ketiga Kerajaan Shujing, Pangeran Chang Bin.

"Pangeran!" panggil salah satu penjaga tadi.

Pangeran Chang Bin mengangkat wajahnya. Terlihat perpaduan wajah tampan dengan alis tebal dan garis wajah yang menawan. Namun dari semua hal itu, seringai pria itu yang membuat gadis itu lebih memilih membuang muka dibanding bersitatap dengan pemuda itu.

"Bawa dia kemari," ucapnya.

Para penjaga melepaskan ikatan gadis itu dan meninggalkan gadis itu di dalam ruangan sang Pangeran.

"Lihat ini! Wilayah Lan Yi yang hijau sekarang telah kalian ubah menjadi padang gurun yang tandus," gumamnya.

Gadis itu hanya diam dan melirik peta wilayah yang dimaksud pemuda itu. Namun bukan wilayah yang dia lihat melainkan jumlah bidak yang masih tersisa di atas peta tersebut. Gadis itu menghitung jumlah pasukan Shujing yang masih tersisa sebelum kekalahan mereka.

Pangeran Chang Bin melirik gadis itu dan memahami arah pandangannya. Dia menarik sebuah senyum dan tertawa singkat.

"Jangan khawatir, meski pasukan Shujing sedikit namun kami masih bisa bertahan dan memenangkan peperangan ini," ungkapnya dengan wajah bangga.

"Apa yang kau inginkan?" tanya gadis itu. Nada suaranya tenang tanpa ketakutan. Layaknya bertanya dengan seorang teman lama bukan musuh yang sedang mengancam nyawanya atau kerajaannya.

"Tentu saja kemenangan," jawab Pangeran Chang Bin enteng.

Gadis itu menarik kedua tangannya dan menautkan jemarinya. Dia menatap peta wilayah Lan Yi beserta Shujing di depan pemuda itu dan menarik sudut bibirnya, "Kau tidak akan mendapatkan apapun dengan menyandera ku disini."

Pangeran Chang Bin melirik gadis itu.. Satu sudut bibirnya terangkat ringat saat sebuah ide terlintas di kepalanya. "Tidak masalah. Setidaknya aku bisa membuat ayahmu terbunuh di medan perang karena mengkhawatirkanmu," terangnya dengan nada bahagia.

Sekilas terlihat sekelebat kemarahan di mata gadis itu namun dia lekas menguburnya. Tak ingin melihat pemuda di depannya berpuas diri karena telah memicu amarahnya.

"Kau mungkin tidak mempedulikan keselamatanmu, tapi bagaimana dengan kehormatanmu?" tanya Pangeran Chang Bin.

Gadis itu menarik wajahnya dan menatap tajam pemuda di depannya.

"Kau tahu, bagi Jendral Su nyawanya bukanlah hal yang berharga. Tapi aku yakin kehormatanmu adalah segalanya baginya." Tambah pemuda itu sambil mendekati gadis itu.

Sebuah kengerian terasa di punggung gadis itu saat pemuda di depannya berjalan mendekatinya. Detak jantung yang sedari tadi berusaha dia kendalikan agar tetap tenang seketika berdetak tak beraturan menciptakan kepanikan yang perlahan terlihat di wajahnya.

"Lihat! Sepertinya aku benar," ucap Pangeran Chang Bin.

Seringai licik terlihat di wajahnya saat melihat gadis di depannya perlahan mundur ketakutan. Mata pemuda itu melihat tubuh gadis di depannya dengan penuh minat seakan tak sabar untuk mencicipinya.

"Menurutmu apakah ayahmu akan lebih memilih datang dan menyelamatkan kehormatanmu dengan meninggalkan medan perang? Atau tetap tinggal dan memenangkan Shujing dengan mengorbankanmu?" tanya pemuda itu dengan wajah puas saat ketakutan menguasai gadis itu.

"Meski harus mengorbankan kehormatan ku, tidak akan aku biarkan kau menghancurkan kehormatan keluarga Liu," ucap gadis itu dengan suara lantang.

Dia lantas berlari ke sisi ruangan dan menarik sebuah pedang yang ia lihat sebelumnya dan mengarahkan pedang itu ke lehernya sendiri.

Pemuda itu menarik satu sudut bibirnya melihat keberanian gadis di depannya. Dia melambaikan tangan saat beberapa penjaga masuk karena mendengar keributan yang diciptakan gadis itu. Malam ini, dia harus menaklukkan gadis yang ada di depannya. Gadis yang telah menolaknya beberapa tahun lalu saat dia datang melamar pada keluarga mereka.

"Kau tentunya masih ingat kata-kata yang kau ucapkan saat menolak lamaranku dulu, bukan?" ucap Pangeran Chang Bin. "Bagi keluarga Liu, seorang wanita adalah permata dan kalian tidak akan memberikan permata itu kepada orang dari negeri asing tanpa asal usul yang jelas."

Gadis itu terdiam mendengar ucapan pemuda itu. Dia masih mengingat kejadian yang dimaksud pemuda itu. Saat sekelompok orang datang dengan puluhan hadis kedepan pintu rumah keluarganya dan berkata bermaksud untuk melamarnya. Memang kata-kata itulah yang ia ucapkan kala itu.

"Kau mungkin tidak tahu jika hari itu kau telah mempermalukan seorang PAngeran dari Shujing, tapi tidak apa. Jika kau enggan memberikannya, maka dengan senang hati aku akan merampasnya," tegas pemuda itu.

Gadis itu melompat dan berlari menghindari Pangeran Chang Bin. Dalam kepanikan yang tiba-tiba menderanya gadis itu melepaskan pedang yang tadinya dia bawa. Dia berlari memutar berusaha menghindari kejaran pemuda itu. Namun secepat apapun gerakan gadis itu dia akan tetap kalah dari pemuda itu. Karena tak butuh waktu lama bagi pemuda itu untuk menangkap pergelangan tangannya dan mencengkeramnya kuat.

Keringat dingin mengalir di dahi gadis itu. Ketakutan terpancar di matanya melihat. Meronta sekuat apapun kini tidak ada gunanya saat pemuda itu dengan kurang ajarnya menarik sebuah tali dan mengikat kedua tangan gadis itu. Dia menarik tubuh gadis itu menuju sebuah ranjang yang terletak di salah satu sisi ruangan.

Gadis itu tetap saja mencoba melepaskan diri. Dia menarik tubuhnya dan menciptakan luka di kedua pergelangan tangannya. Namun sekeras apapun dia berteriak tidak akan ada yang datang membantunya. Justru terdengar suara tawa gembira di luar tenda saat mendengar teriakan ketakutan gadis itu.

Pangeran Chang Bin masih dengan seringai liciknya melempar gadis itu ke atas ranjang. Dia merobek sebuah kalin yang ada di dekatnya dan dia gunakan untuk menyumpal mulut gadis itu agar dia tidak lagi berteriak.

"Shhh… Menurutlah dan segalanya akan segera selesai," bujuknya dengan seringai licik di wajahnya.

Air mata menetes membasahi wajah gadis itu menyadari nasib yang akan segera dia hadapi. Mengetahui bahwa tidak ada lagi yang bisa dia lakukan untuk melarikan diri. Dia hanya bisa terisak pelan dengan tubuh bergetar menatap penuh ketakutan saat pemuda di depannya melepaskan satu persatu pakaian yang dikenakan.

"Liu Yan Ran," panggil pemuda itu. "Malam ini, kau milikku." Lanjutnya sambil menggerayangi tubuh gadis itu.

***

Chapitre suivant