Meilin menjawabnya dengan sebuah anggukan. Saat La Mudu mencium dahinya, dia memejamkan kedua matanya.
“Jika ada kesempatan, Kakak pergilah ke desa asal kami. Sampaikan rindunya Mei Mei pada teman-teman Mei Mei di sana, jika mereka masih tinggal di desa itu. Catatan di atas lembaran kulit itu jangan sampai hilang.”
“Baik, Adinda...!” La Mudu kembali memeluk erat tubuh istrinya.
Lalu kepada kedua mertuanya, Baojia dan Fang Yin, La Mudu berkata, “Ayahanda, Ibunda, saya titip Mei Mei dan calon anak kami.”
“Tentu, menantuku,” sahut Baojia sembari menepuk pundak La Mudu. “Kauberhati-hatilah di sana. Jika urusanmu di sana sudah selesai, cepatlah kembali.”
“Jangan lupa bawakan oleh-oleh pakaian buat Ibunda, menantuku yang perkasa,” ucap Fang Yin sembari memuji.
“Pasti, ibunda...!” La Mudu mencium tangan kedua mertuanya.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com