"Bibi ingat sekali bagaimana tadi pagi Tuan Ben meneriaki dirimu di depan semua orang," sambungnya sambil mengusap lembut bahu gadis itu.
Bibi Elena turut kasihan pada keponakannya tersebut, "Kau harus lebih sabar, Andine, mungkin Tuan Ben sedang ada masalah tentang pekerjaannya dan terbawa ke rumah."
Gadis berwajah manis itu mendongak seraya menyunggingkan senyum tipis, ia mengangguk dengan hati yang tegar.
Tak berselang lama, terdengar deru mesin mobil yang berhenti di halaman rumah. Ketiga ART itu sama-sama tersadar, dengan serempak ketiganya mengembuskan napas panjang.
Itu Tuan Ben, yang artinya masalah baru mungkin bisa muncul kapan saja.
"Kita harus bersiap," gumam Bi Jean, "Termasuk kau, Andine." Wanita itu menatap Andine sambil mengangguk mantap, mencoba memberikan semangat.
Andine hanya mengangguk samar menanggapi ucapan wanita itu.
"Andine!" Suara Ben menggema begitu ia memasuki rumah, pria dengan wajah datar itu melangkah sambil menyebut nama Andine.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com