webnovel

Mulai Lebih Berani

"Bisakah aku pakai kartu lain saja? Semua orang menantapku aneh saat aku membayar dengan kartu itu, sebuah black card tanpa pin pengaman," tanya Amanda.

Fabio tersenyum, dia sengaja memberikan itu tanpa pin karena tak ingin membuat Amanda sungkan.

"Aku sedang mengurus kartu lain untukmu, Sayang. Kau bisa gunakan kartu itu jika kau sungkan," jelas Fabio.

"Kurasa sangat beresiko menggunakan kartu tanpa limit itu," kata Amanda

Fabio tak menjawab apapun, dia konsentrasi pada kemudinya.

"Ingin aku buatkan sesuatu untuk makan malam?" tanya Amanda.

"Tidak, buat apa yang ingin kau buat, Sayang." Fabio tak ingin terlalu merepotkan.

"Baiklah," jawab Amanda.

* * *

Yoona sudah berada di ruang kerjanya saat Fabio kembali ke perusahaan. Prasangka Yoona masih begitu meletup. Dia bahkan enggan menyapa suaminya yang tiba-tiba membuka pintu ruangannya. Fabio berlalu dan tak lama Yoona yang datang ke ruangannya.

"Ini laporan dari bagian keuangan. Aku sudah selesaikan," kata Yoona singkat sembari meletakan berkas di meja suaminya untuk ditanda tangani.

Fabio memandang sikap aneh istrinya. Dia merasa Yoona berbeda.

"Malam ini tidurlah di kamar Amanda. Kau harus segera membuatnya hamil. Semakin cepat semakin bagus," kata Yoona.

"Dia akan hamil diwaktu yang tepat. Tak perlu khawatir," jawab Fabio.

Yoona tak menggubris dan segera keluar. Fabio memang sedang memikirkan cara bagaiman dia bisa mengatakan pada Yoona untuk tidur di kamar Amanda. Tapi Yoona justru datang untuk memberinya kesempatan itu.

Pikiran Fabio berkecamuk, saat Yoona membahas tentang kehamilan Amanda, saat itu juga muncul sebuah rasa bersalah yang begitu besar di hatinya. Dia merasa terlalu membuat Amanda menderita dengan statusnya.

"Yoona benar-benar akan membuangnya jika dia sudah memberiku seorang anak. Sudah bisa kupastikan," lirih Fabio khawatir.

Dia memikirkan berbagai cara untuk bisa mempertahankan Amanda agar tetap di sininya.

* * *

Malam panjang Fabio dan Amanda dimulai lebih awal. Karena suasana rumah yang sangat canggung, Fabio memutuskan untuk segera masuk kamar Amanda.

"Kau lelah?" tanya Amanda.

"Tidak juga, hanya atmosfer rumah ini terlalu panas. Membuat aku sedikit tak nyaman," jelas Fabio.

Amanda merasa bingung. Dia tahu Fabio tengah gusar, sehingga dia mencoba membuat suasana keduanya mencair dengan segera naik ke ranjang.

Keduanya mengobrol banyak tentang diri masing-masing. Seperti pasangan yang sedang pillow talk, mereka berdua terlihat begitu menikmati obrolan. Sesekali tawa mereka pecah dan itu membuat suasana malam keduanya lebih hangat.

Di sisi lain Yoona mengeluarkan mobil dan menuju bar tempatnya membuat janji dengan Louis. Yoona sedang sangat stres karena merasa suaminya mulai bermain hati dengan Amanda. Dia menghabiskan sepanjang malam dengan Louis di sana.

"Kau sudah sangat mabuk," kata Louis yang masih sadar.

"Apa yang terjadi padanya?" tanya Tommy.

"Dia sedang stress karena pernikahan kedua suaminya." Louis menjelaskan dengan singkat.

Tommy percaya pada Louis untuk menjaga Yoona karena dia adalah istri sahabatnya. Namun Louis sudah di penuhi nafsu memangsa sejak awal setelah merasa jatuh cinta pada Yoona.

Dia membawa Yoona ke sebuah kamar hotel mewah dan membuat suatu hubungan terlarang dengan wanita bersuami itu.

"Aku mulai tertarik padamu, Louis. Kau begitu hangat dan mengerti diriku," rancau Yoona menikmati hangatnya tubuh sahabat suaminya itu.

Malam panas dan panjang itu bukan hanya milik Fabio dan Amanda, Yoona juga menikmati malam panas dan panjang bersama Louis.

"Apa ini suatu kesalahan?" lirih Yoona lagi.

"Ini bukan kesalahan, Sayang. Ini adalah rasa cinta dan rasa nyaman. Aku mencintaimu," bisik Louis.

Senyum manis mengembang di bibir Yoona. Kesadarannya memang hanya separuh, tapi dia begitu menikmati malam itu bersama pria lain.

Perselingkuhan keduanya dimulai malam itu. Entah apa alasan pastinya, bagi Yoona pria bernama Louis itu mampu membuatnya lupa akan Fabio dan Amanda.

Louis mendekap erat tubuh polos Amanda di bawah selimut putih hotel. Keduanya saling memberi kehangatan.

"Jangan pernah pergi dariku, berjanjilah kau akan selamanya bersamaku," bisik Yoona.

"Tentu saja, Sayang. Hanya pria bodoh yang meninggalkan wanita sepertimu karena seorang anak," balas Louis.

Yoona merasa begitu dianggap dan diagungkan. Dia terpesona dan jatuh dalam buaian pria berusia 29 tahun itu.

* * *

"Nyonya besar belum bangun?" tanya Amanda sedikit sinis pada pembantu rumah.

"Em ... anu ... Nyonya ... eh ...," jawab pembantu terbata.

"Ada apa, Bi?" tanya Fabio.

Bibi pembantu bingung harus memberi alasan apa. Dia mendapat perintah untuk tak memberitahu siapapun jika Yoona pergi semalam.

"Nyonya besar, em ...," kata bibi pembantu lagi.

"Aku sudah di sini, kalian tak perlu khawatir. Kau merindukan aku? Baru semalam kita tak bersama," goda Yoona.

Fabio menjadi salah tingkah. Yoona berusaha membuat Amanda terusik dengan hubungan keduanya.

"Bibi lihat bukan, Fabio begitu mencintai aku. Dan kurasa tak akan ada cela di hatinya untuk benar-benar mencintai wanita lain manapun," sindir Yoona dengan nada genit.

"Bi, ini sudah selesai. Kalian bisa sarapan di meja belakang. Aku bisa urus meja ini. Selamat sarapan," timpal Amanda berusaha tak terdengar perkataan Yoona yang begitu mengusik relung hatinya.

Bibi pembantu mengambil banyak makanan yang Amanda siapkan untuk pembantu dan pengawal. lainnya. Dia segera menyuguhkan dua gelas susu di meja makan dan melayani suaminya sarapan.

Melihat raut wajah Amanda yang tampak sedikit murung, Fabio tak bisa tinggal diam. Dia juga merasa Yoona sudah terlalu berlebihan. Fabio menarik kursi di sebelahnya.

"Duduklah, ayo makan bersama," kata Fabio sembari menahan lengan Amanda yang sibuk mempersiapkan sarapannya.

Yoona terpaku melihat hal itu, Fabio berlalu manis pada Amanda tepat di depan matanya dan itu sengaja.

"Aish, apa ini?" protes Yoona.

Amanda berpaling dan memperhatikan mimik wajah Yoona yang terlibat serius. Dia menahan cemburu hingga guratan wajahnya terlihat sangat kesal.

"Jangan membuat suasana menjadi buruk pagi ini. Lihatlah istri pertamamu. Dia merajuk," kata Amanda.

"Biarkan saja, kau juga istriku," balas Fabio tegas.

Yoona mengepalkan tangannya dengan keras, dia seperti tak dianggap dengan perlakuan Yoona yang sudah berlebihan pada Amanda.

"Duduklah, urus juga dirimu," kata Fabio dan tak bisa lagi di bantah oleh Amanda.

Dia segera duduk di kursi yang Fabio tarik. Pandangannya begitu canggung, dia merasa tak enak. Yoona menikmati secangkir teh tanpa menyentuh makanan yang Amanda siapkan. Dia tak henti menghardik Amanda dengan pandangan matanya yang tajam.

"Kau membuatku diacuhkan, Wanita Jalang, aku akan membuat perhitungan denganmu. Kau pikir aku mudah dikalahkan?" batin Yoona sembari menyeruput teh manis di cangkir mahal miliknya itu.

Saat pandangan keduanya bertemu, senyum miring penuh dendam Yoona sunggingkan dan membuat Amanda sedikit terintimidasi.

* * *

Chapitre suivant