Sore itu menjadi saksi terakhir kalinya aku berbicara dengan Adellia. Aku mulai menjalani hari-hariku tanpa berinteraksi dengan Adellia, walaupun hampir setiap hari kami berjumpa didalam kelas.
Aku mulai kembali seperti diriku yang semula. Menjadi seorang Rama yang menyendiri dan tak suka menjadi pusat perhatian. Tak terasa sudah dua minggu berlalu. Jadwal ulangan akhir semester sepertinya akan dibagikan beberapa minggu lagi.
Hari itu setelah selesai mengikuti kelas sore, aku sudah berniat untuk langsung pulang dan bermain game saja dikost-an, berhubung sudah menjelang malam. Tapi sayangnya rencanaku digagalkan oleh Steven yang sudah menungguku diluar kelas.
"Woi Ram, yuk ikut bareng gw." ajak Steven
"Ikut ngapain? kok tumben lo nungguin gw?" ucapku curiga
"Ahh banyak nanya lo, sini ikut gw aja." ucapnya sambil menarik tanganku
"Lo mau nyulik gw kemana Ven? jangan ngajakin gw buat aneh-aneh ya." ucapku
"Hahaha santai aja, semuanya udh gw siapin yang penting lo nurut aja." balasnya
Perasaanku mulai tidak enak, sepertinya Steven akan mengajakku melakukan sesuatu ataupun pergi ke tempat yang aneh. Karena seingatku dulu juga dia pernah melakukan hal semacam ini. Dia sengaja mengajakku tanpa memberi tahu alasannya. Aku hanya bisa pasrah dan berharap tidak terjadi hal yang memalukan nantinya.
Sesampainya dikost-an, aku melihat sudah ada mobil yang terparkir didepan. Sepertinya aku tak asing dengan mobil itu. Sejenak aku berpikir mencoba mengingatnya. Seingatku aku pernah menaiki mobil itu dengan Steven saat bersama orangtuanya.
"Eh ini bukannya mobil bokap lo?" ucapku
"Hehehe, iya kemaren gw bawa kesini." ucapnya
"Duh, kayaknya bakal makin liar aja nih anak." ucapku dalam hati.
"Lo pake baju yang gw sediain aja Ram." ucap Steven mengambil beberapa bungkusan.
"Yaelah sampe disediain gini, emang lo mau nikahan? Haha." ejekku sambil tertawa kecil.
"Bangke lo, cepet ganti baju sana." ucapnya
"Iyaa....iyaaa, awas aja kalo lo nyuruh gw yang aneh-aneh ntar." ucapku sambil memasuki kamar.
Tak lama kemudian akhirnya aku mengenakan pakaian yang diberikan Steven. Dia memberiku sebuah blazer biru tua dan kaos hitam polos lengkap dengan celana panjang hitam. Untungnya ukurannya sangat pas ditubuhku. Sebenarnya aku sangat jarang berpakaian seperti ini kecuali saat ada acara yang penting.
Saat aku keluar, aku sudah melihat Steven lengkap mengenakan setelan jas hitam dan pakaian formal yang trendy.
"Wih, kayaknya bakal banyak yang klepek-klepek nih ntar liat lo." ucap Steven sambil tersenyum sumringah memandangku.
"Bodo amat dah, yang penting lo jangan ngajak yang aneh-aneh." balasku singkat
"Siap boss. Yaudah ayo sekarang kita berangkat." ucapnya
Seperti biasanya, saat diperjalanan Steven selalu banyak mengoceh. Walaupun aku sedang malas berbicara, dengan terpaksa aku harus merespon ocehan dan candaannya.
Saat malam tiba akhirnya kami sampai di lokasi tujuan yang dimaksud Steven. Jika dilihat dari luar, rumah ini bisa dibilang termasuk mewah. Terlihat dari desainnya yang modern dan luasnya. Diluar sana, aku sudah melihat banyak orang yang berlalu lalang beserta kendaraan yang parkir.
"Ini rumah siapa Ven?" tanyaku penasaran
"Rumahnya Jessica nih." jawabnya singkat
"Hmmm, emangnya ada acara apa disono"? tanyaku lagi
"Jessica lagi ulang tahun Ram, jadi bakal ada pesta dirumahnya." jawab Steven.
"Yaudah, lo fokus temenin Jessica aja didalam entar. Gw duduk diem aja dipojokan abis nyalam dia." ucapku
"Iyeeee, nyari cewek aja sono selagi ada kesempatan hahaha." ucapnya tertawa
"Bodo amat dah sama cewek, ayo cepetan masuk." ucapku
"Iyaaa boss." balasnya sambil tersenyum
Saat kami masuk kedalam, ternyata sudah sangat banyak orang yang hadir disana. Ruangan sudah tampak mulai penuh dengan orang beserta suara dari perbincangan mereka.
Aku dan Steven langsung bergegas mendekati Jessica yang sedang berada ditengah dan menjadi pusat perhatian. Saat itu Jessica menggunakan dress merah yang membuatnya tampak elegan.
"Happy Birthday Jes." ucapku singkat sambil menyalam tangannya.
"Makasih ya Ram." balas Jessica sambil tersenyum.
Dilanjutkan dengan ocehan Steven yang tak terlalu kuperdulikan. Aku langsung pamit dengan mereka dan duduk dikursi dipojokan belakang.
Saat kuperhatikan, rata-rata orang yang hadir adalah teman-teman mahasiswa seangkatan kami, dan orang-orang yang tampaknya seumuran dengan kami. Kemungkinan besar mereka adalah teman Jessica saat SMA dulu.
Aku hanya diam melamun dan beberapa kali memainkan handphoneku karena bosan. Aku hanya berharap acara ini cepat selesai, walaupun aku tak tau jelas kapan waktunya.
"Halo, boleh kenalan gak?" ucap seorang wanita yang berhasil membangunkan lamunanku.
"Boleh, Rama." ucapku singkat sambil tersenyum kecil.
"Melissa." ucapnya sambil tersenyum manis memandangku.
Jika dideskripsikan wanita itu terkesan tomboy. Rambutnya sebahu dan wajahnya tampak manis. Dia mengenakan jacket dan pakaian serba hitam. Bagi para pria pasti dia tampak seksi dan unik. Kamipun bersalaman lalu dia duduk dikursi yang berada didekatku.
"Omong-omong, lo temennya Jessica?" tanyanya
"Iya, lebih tepatnya lagi, Jessica itu pacarnya temen gw." jawabku
"Jadi lo kesini cuma nemenin dia doang berarti?" tanyanya lagi
"Iya, gw diculik sama dia kesini." jawabku sambil tersenyum
"Haha, lo satu kampus sama mereka juga ya? ambil jurusan apa?" tanyanya tanpa henti
"Iya, satu jurusan juga sama mereka. Jurusan Manajemen." jawabku datar
"Ohhh, kalo gw ambil jurusan psikologi." ucapnya
"Ohhh..." sepertinya aku kehabisan kata-kata dan tak tau mau merespon apalagi. Sebenarnya aku juga heran, kenapa dia berusaha akrab denganku.
"Halo Mel, gimana kabarnya?" ucap seorang pria yang tiba-tiba muncul mendekati kami.
"Baik." balas Melissa singkat tanpa menatap pria itu.
"Nanti pulangnya bareng gw yuk." ajak pria itu sambil tersenyum lebar.
"Sorry, gw pulangnya sendiri aja." balas Melissa dengan nada dinginnya.
Melihat respon Melissa yang dingin, pria itu mengalihkan perhatian dengan berbicara denganku, "Halo, kenalin gw Aditya. Apa lo temennya Melissa?" ucapnya sambil memandangku dengan senyumnya yang terlihat palsu seraya menjulurkan tangannya.
"Rama, gw ba..."
"Dia pacar gw." ucap Melissa memotongku, tampak pandangan matanya yang menatapku layaknya sedang memohon.
Aku sangat terkejut mendengar ucapannya. Sepertinya aku terjebak dalam hubungan mereka berdua. Aku tak mengerti, kenapa aku selalu berada didalam situasi seperti ini. Padahal aku tak berniat mencampuri urusan orang lain sama sekali. Mengapa mereka mendatangiku dan menambah masalah yang harus kuhadapi.
Dari situasi ini, aku menyimpulkan sepertinya Melissa tidak ingin berhubungan dengan pria itu. Jadi dia menggunakanku sebagai tameng agar pria itu menjauh dan tidak mengganggunya lagi.
Mendengar ucapan dari Melissa, pria itu menatapku dengan tatapan sinis dan penuh amarah. Tanpa mengucap sepatah kata dia langsung berbalik dan pergi meninggalkan kami.
"Mel, maksud lo apaan?" ucapku serius
"Sorry Ram, gw tau kalo gw salah. Tapi gw sengaja ngomong gitu supaya dia menjauh dan gak ganggu gw lagi." balasnya menunduk
"Iya, tapi lo gak mikirin dampaknya ke gw?" ucapku sedikit marah.
"Hmmmm, lo udah punya pacar Ram?" tanyanya pelan
"....., masalahnya bukan itu, gimana kalo dia nyari ribut sama gw ntar?" ucapku mengalihkan pembicaraan.
"Sorry Ram, gw gak mikir sampe kesana. Sorry banget udah ngelibatin lo di masalah gw." ucapnya sedih
"Yaudah deh, tapi jangan sampe diulangin lagi kayak yang tadi." ucapku terpaksa, karena merasa kasihan melihat ekspresinya.
"Iya Ram..." ucapnya dengan tersenyum manis sambil menatapku.
"Hmmm, gw bisa pulang bareng lo gak Ram?" ucapnya tiba-tiba
"Emangnya lo datang kesini sendirian?" tanyaku heran
"Hmmmm..." gumamnya sambil memandang keatas.
Sepertinya dia tidak datang sendiri, ucapku dalam hati. Aku tak mengerti apa tujuannya mendekatiku. Walaupun dia sebenarnya sangat cantik, entah kenapa aku tidak merasa tertarik dengannya. Sebab sesungguhnya perasaanku masih dipenuhi oleh seseorang.
"Yaudah, kita bareng aja sama temen gw." ucapku perlahan setelah berpikir sejenak.
"Okay... Makasih Ram." ucapnya sambil tersenyum lebar.
Setelahnya aku hanya diam mencoba untuk melamun dan sesekali merespon ucapan Melissa. Entah kenapa aku jadi mengingat Adellia disaat bertemu Melissa. Pikiranku mulai dipenuhi oleh kenangan yang pernah kami lalui. Mulai dari awal kami bertemu sampai pertengkaran yang kami alami. Hingga tak terasa akhirnya acara malam itu selesai juga.
"Ayo balik Ram." ucap Steven yang tampak kelelahan.
"Yok, tapi ini kenalin dulu temen gw yang mau ikut bareng kita Ven." ucapku sambil menggaruk kepala.
"Melissa, maaf ya kalo ngerepotin." ucapnya sambil tersenyum.
"Steven, gpp kok sekali-kali bantuin temen menjalin hubungan as... arghhh" teriak Steven kesakitan karena perutnya yang sedang kucubit.
"Yuk berangkat haha." ucapku dengan tawa palsu.
"Bangke lo Ram, sakit tau." bisik Steven
"Makanya lo jangan ngomong yg aneh-aneh." balasku kesal
"Lo jago juga ya ternyata, baru ditinggal bentar dah dapet cewe cantik lagi." bisiknya pelan
"Berisik lo ah. Gw pengen cepat-cepat balik aja nih." balasku
Tak lama kemudian, kami berangkat mengantar Melissa terlebih dahulu. Kebetulan rumahnya tidak terlalu jauh dari rumah Jessica. Hanya dalam waktu belasan menit akhirnya kami sampai didepan rumahnya. Lalu Melissa berterimakasih ke Steven karena sudah diantar, lalu dia pun keluar dari mobil.
"Ram, keluar sebentar dong." ucap Melissa
"Ha? Kenapa emangnya Mel?" ucapku bingung
"Ada yang mau aku omongin ke kamu." ucapnya pelan
Aku menoleh ke arah Steven, dia hanya mengedipkan salah satu matanya kepadaku.
"Oh, yaudah Mel." balasku sambil keluar dari mobil lalu mendekatinya.
"Mau ngomong apa Mel?" tanyaku bingung.
Melissa memandangiku sesaat lalu bergerak mendekatiku dan berbisik pelan ditelingaku.
"Gw suka sama lo Ram."
Aku tertegun mendengar ucapannya. Ini baru pertama kalinya aku mengalami hal seperti ini, dan anehnya itu diungkapkan oleh seseorang yang baru kukenal beberapa jam lalu.
Aku terdiam sejenak tenggelam didalam pikiranku sendiri. Sejujurnya aku masih dalam keadaan shock setelah mendengar ucapannya. Perasaanku juga menjadi kacau karena tak pernah mengalami hal semacam ini.
Melissa menatapku dalam-dalam dan perlahan mengucapkan sesuatu.
"Ram, kamu mau jadi..."
"Sorry Mel." ucapku pelan memotong perkataannya.
"Boleh tau alasannya Ram?" ucap Melissa dengan senyum yang tampak dipaksakan.
"Gw udah suka sama seseorang Mel. Diluar sana masih banyak yang lebih pantas buat lo ketimbang gw." ucapku perlahan
"Makasih Ram udah mau jujur, tapi lo harus inget, gw ga bakal nyerah selama lo belum jadian sama orang lain." ucapnya sambil tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca. Lalu dia pergi masuk kedalam rumahnya.
"....."
Bersambung…