webnovel

Rencana yang Gagal (3)

Éditeur: Wave Literature

Keesokan paginya, Zhao Youlin sedang berada didalam ruang ganti untuk waktu yang lama, memilih pakaian dengan santai serta berdandan, sebelum membawa Joy turun ke lantai bawah.

Para pelayan di lantai bawah tertegun, ketika melihat penampilan Zhao Youlin. Ada sedikit keheranan dari sorot mata mereka. Namun setelah beberapa saat, mereka kembali menundukkan kepala dan tidak berani menatapnya lagi.

Setelah selesai sarapan, Zhao Youlin mengeluarkan surat perceraian yang telah ditandatanganinya. Lalu melemparnya ke atas meja.

Kepala pelayan tertegun, dia ingin melangkah maju untuk mengambil surat perceraian itu, namun dihentikan oleh Zhao Youlin ketika kepala pelayan akan mendekat..

"Dimana Mu Tingfeng sekarang?"

Kepala pelayan itu terkejut, dia tidak mengerti apa yang dimaksud Zhao Youlin saat ini. Jadi, dia menjawab dengan tenang, "Nyonya, keberadaan Tuan muda… "

"Tidak bisakah anda mengatakannya?" Zhao Youlin menyela ucapan kepala pelayan, sebelum dia menyelesaikan kata katanya. Kemudian Zhao Youlin tersenyum dan berkata, "Kenapa, apa anda takut saya akan mengganggunya? Anda tahu bukan, begitu dokumen ini diserahkan hari ini, maka saya tidak lagi terikat dengan keluarga Mu. Setidaknya, saat ini kami masih menjadi pasangan suami istri, jadi kurasa tidak masalah jika ingin bertemu dengannya untuk terakhir kalinya, benar kan?"

"Ini… " kepala pelayan itu ragu-ragu, "Saya harus menanyakan hal ini kepada Tuan Muda terlebih dahulu."

"Silahkan."

Kepala pelayan itu bergegas pergi ke samping ruangan untuk menelepon. Sedangkan Zhao Youlin dengan santai makan buah bersama Joy setelah sarapan, dan diam-diam mengawasi gerak-gerik kepala pelayan.

Melihat kepala pelayan mengatakan sesuatu di telepon dengan ekspresi yang berubah semakin serius, membuat Zhao Youlin mengerutkan keningnya lalu berdiri.

Kepala pelayan tidak tahu bagaimana caranya untuk membujuk Tuan Muda Mu agar setuju bertemu dengan Zhao Youlin. Tiba-tiba suara langkah kaki terdengar di sebelahnya, bahkan sebelum dia sempat berbalik, telepon di tangannya telah dirampas oleh seseorang.

"Nyonya… "

Zhao Youlin memberi isyarat diam pada kepala pelayan, dan berbicara di telepon, "Mu Tingfeng?"

Orang di ujung telepon terdiam sejenak, "Kamu… "

"Kenapa? Aku tidak melihatmu selama beberapa hari ini dan sekarang kamu bahkan tidak bisa mengenali suara istrimu?"

Suara di telepon tiba-tiba menghilang. Zhao Youlin bisa membayangkan betapa kacaunya Mu Tingfeng sekarang, meski tidak melihatnya.

Setelah waktu yang lama, dia akhirnya berbicara dengan suara rendah, "Aku mendengar bahwa kamu ingin bertemu denganku?"

Zhao Youlin tersenyum, "Jarang sekali bagi suami dan istri yang akan bercerai ingin bertemu, benar bukan?"

"Kurasa kita tidak perlu bertemu"

Sepertinya Mu Tingfeng sangat marah saat ini, hingga Zhao Youlin yang berada di ujung telepon bisa merasakan sikap dinginnya. Tetapi ini sama sekali tidak mempengaruhi kebahagiaan Zhao Youlin sedikitpun.

"Hahaha, Tuan Muda Mu tidak takut pada saya, kan? Jangan lupa Tuan Muda, surat perceraian yang anda inginkan masih ada di tangan saya. Tuan Muda, selama saya setuju untuk bercerai, Anda akan mengabulkan apa pun yang saya inginkan. Permintaan itu masih berlaku, kan? Dibandingkan dengan persyaratan yang aku sampaikan sebelumnya, seharusnya tidak ada masalah jika hanya saling bertemu untuk yang terakhir kali, kan?"

Keheningan terjadi lagi untuk sesaat, tetapi itu tidak berlangsung lama, "Pukul dua belas siang, di Kafe Xiangyang. Ini adalah permintaan terakhir, dan jangan coba-coba menguji kesabaranku."

Zhao Youlin sama sekali tidak menghiraukan ancaman Mu Tingfeng, lalu dia menjawab dengan nada mencibir, "Jangan menguji kesabaran saya juga. Dalam setengah jam lagi, putuskan sendiri apakah anda akan datang ke Cafe Xiangyang atau tidak."

Setelah selesai berbicara, Zhao Youlin mengabaikan respon pria di ujung telepon itu, dan langsung menutup teleponnya.

Mu Tingfeng mendengar nada bip di teleponnya, dan wajah dinginnya yang tidak berubah selama ribuan tahun akhirnya rapuh juga. Wanita itu berani menutup teleponnya! Dia benar-benar ingin mati!

Su Qing, yang duduk dengan tenang sambil meminum sup, melihat sepupu kecilnya yang bersikap dingin sejak kecil, sekarang memiliki wajah muram setelah menerima panggilan telepon. Diam-diam dia menghela nafas di dalam hatinya dan bertanya-tanya siapa orang yang telah dengan beraninya membangunkan singa yang sedang tidur. Sungguh nekat!

Chapitre suivant