Xavier segera berdeham dan meralat ucapan sang adik, "maaf ya, semuanya. Itu Damian mabuk. Mungkin dia salah sebut, maaf juga Raven," ujar Xavier canggung.
"Tidak apa, Tuan. Saya paham," Raven membalas santai, seolah benar-benar tak ada masalah. Tapi itu hanya topeng. Dalam hatinya, Raven merasakan sakit yang teramat sangat karena ucapan Damian.
Seluruh alkohol yang mengalir melewati kerongkongan terasa membakar di dalam tubuhnya, seolah berteriak dan mengatai Raven bodoh. Untuk apa berjuang sekeras itu terhadap sesuatu yang bukan miliknya? Kenapa Raven senekat itu? Harusnya Raven tetap seperti biasa, diam dan tenang. Tidak boleh mengharapkan apapun.
"Tapi.. aku tidak akan mengalah malam ini, Raven" gumam Xavier.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com