webnovel

Malam pertama yang tertunda

Kana membuka sandalnya untuk langsung merasakan pasir yang berwarna sedikit pink ini, ternyata lembut sekali. Damian mengikuti gadis itu dari belakang sambil memegangi sandal milik Kana, " tolong pegangin sandal aku, takut kebawa ombak terus hilang. Itu sandal jepit 6 juta yang kamu paksa beli, awas aja kalau sampai hilang. " ancam Kana tadi sambil menyerahkan sandal berwarna kuning itu dengan mata melotot.

" Jangan terlalu jauh. Ombaknya sedang tinggi, sayang. " ujar Damian yang membiarkan celana panjangnya basah terkena ombak karena ia mengikuti Kana masuk ke dalam air.

Kana mendudukkan dirinya di pasir-pasir pantai, " duduk sini, Dami " tangannya menepuk tempat disebelahnya agar Damian ikut duduk.

Pria itu mendudukkan dirinya tanpa ragu, ia sama sekali tidak keberatan jika harus berganti pakaian. Lagi-lagi, Damian terpana pada Kana yang terlihat sangat cantik diterpa cahaya senja. Rambut panjang gadis itu tampak sesekali tertiup angin, membuat gadis itu risih dan mencari pita rambut dipergelangan tangannya yang kini menghilang ntah dimana.

Damian mengeluarkan pita rambut yang selalu ia taruh di saku celananya untuk berjaga-jaga kapan pun istrinya butuh, dengan lembut diraihnya rambut panjang istrinya untuk diikat.

" Kok kamu bawa pita rambut?" tanya Kana penasaran.

" Berjaga-jaga kalau kamu butuh tiba-tiba, sayang. "

" Memangnya boleh melakukan 'itu' sehari setelah haid, sayang?" tanya pria itu tiba-tiba.

" Sebenarnya udah berhenti 2 hari yang lalu kok" aku Kana gugup. Damian hanya tersenyum menanggapinya.

Pasangan suami istri itu duduk diam cukup lama menikmati angin sore hingga matahari digantikan oleh bulan, Lily datang dan mengatakan bahwa makan malam sedang disiapkan jadi mereka harus segera membersihkan diri.

Setelah tiba di kamar, Kana segera mandi dan Damian berganti pakaian. Mereka makan malam bersama beberapa pelayan dan pengawal, lalu kembali masuk ke kamar dengan cepat karena Kana ingin menonton drama korea nya yang tayang malam ini.

Damian dengan tenang mengekor kemanapun istrinya pergi, mengikuti semua kehebohan gadis itu dalam mempersiapkan berbagai jenis cemilan dan minuman untuk dinikmati saat menonton. Ketika kana memasuki kamar bersama senjata perangnya, Damian memanggil Raven.

" Pindahkan semua pelayan dan pengawal ke villa lain mulai malam ini. Cukup berjaga dengan jarak 10 meter dan jangan mendekat ke kamar kami. " perintah Damian.

Raven menatap Tuannya penuh arti, " tidur siang yang tadi dimaksud ya?" celetuk pria yang merupakan sahabat Damian itu.

" Diam. "

" Akhirnya, malam pertama yang tertunda bisa dilaksanakan juga. " goda Raven.

" Sial, harusnya aku sendiri yang memberi perintah daripada memberitahumu. " gerutu Damian menutup pintu kamarnya.

Kana menoleh ketika Damian mendekatinya, " ayo Damian, ini udah mau mulai dramanya. "

Dengan cepat pria itu mengganti pakaiannya menjadi piyama yang Kana pilihkan agar baju tidur mereka berpasangan, sesuai permintaan istrinya tentu saja.

Damian duduk disebelah Kana, seperti biasa gadis itu akan menyandarkan tubuhnya ke dada bidang suaminya. Mereka berdua menonton drama itu dengan tenang, meski mulut Kana tidak berhenti mengunyah buah ataupun minum jus dan sesekali mengomentari adegan dalam drama yang menurutnya menyebalkan.

Malam ini Kana mengenakan gaun tidur satin berwarna hitam dengan potongan dada yang cukup rendah, membuat Damian kerap salah fokus pada bagian itu. Terlebih lagi posisi Damian lebih tinggi dan Kana yang bersandar padanya, maka semakin mudah terlihatlah pemandangan indah itu.

Drama itu mulai memasuki bagian akhir dan buah cemilan Kana pun hampir habis, Damian mengambil apel itu dan menggigit ujungnya membuat Kana melotot melihat apel terakhirnya yang kini digigit oleh suaminya.

" Mau?" tanya Damian yang langsung diangguki Kana.

" Kalau mau, ambil langsung disini dengan bibirmu, sayang. " tunjuk Damian pada apel di bibirnya. Senyum pria itu tampak menggoda, Kana meneguk ludah gugup. Ternyata Damian benar-benar tidak bisa melupakan janji Kana.

Dengan gerakan pelan, Kana menggigit kecil apel itu. Semakin maju, semakin jantungnya menggila. Damian yang tidak sabar langsung menarik tengkuk Kana dan mengigit habis apel itu. Kana membuka mulutnya saat Damian menggigit bibirnya dengan lembut, lidah Damian bergerak menelusuri dan membelai lidah Kana hingga gadis itu mengerang tanpa sadar.

Sial, adik kecil Damian menegang hanya dengan erangan kecil dari Kana. Pria itu semakin memperdalam ciumannya dan sesekali Kana membalasnya, membuat Damian menggeram frustasi dalam ciumannya. Tangan Damian yang tadinya berada di tengkuk Kana kini mulai bergerak menurunkan tali gaun istrinya, secara perlahan tangannya mendarat di benda kenyal yang sejak tadi menjadi fokusnya.

" Ahh, Damianh" desah Kana tanpa sadar saat suaminya memainkan dadanya.

" hm?" tak hanya tangannya yang bergerak aktif, bibir Damian pun mengecupi bagian tubuh Kana.

" Mmmhh.. " Kana benar-benar tidak tau kenapa dirinya mengeluarkan suara seperti itu, ia hanya merasa nikmat dan refleks bersuara.

Damian mengangkat tubuh Kana menuju kasur mereka, mata coklat terangnya menatap Kana yang kini tampak tak berdaya. Bibirnya mendarat di bibir merah cherry milik Kana dan meraupnya rakus, seolah-olah candu. Kedua tangannya bergerak secara lihai dan bibirnya turun menelusuri bukit kembar istrinya, pria itu merobek gaun tidur Kana begitu saja lantaran tidak sabar.

" Dami, kenapa dirobek?" cicit Kana dengan mata sayu. Damian terkesima melihat tubuh istrinya yang kini hanya berbalut pakaian dalam meskipun bukan pertama kalinya ia melihat pemandangan itu, tapi malam ini keadaannya berbeda. Kulit putih dan mulusnya benar-benar membuat Damian frustasi.

Sembari memainkan bukit kembar Kana dengan tangan dan lidahnya, tangannya yang lain dengan lincah membuka bra dan menarik turun celana dalam Kana. Kini, tak sehelai benang pun menutupi tubuh Kana. Kana berusaha menutupi dadanya dengan tangan, " tubuhmu indah, sayang " bisik Damian sensual.

Bibirnya turun menyusuri perut Kana dan tiba di bagian kewanitaan istrinya, ternyata Kana yang polos ini pun cukup tahu bagaimana cara merawat daerah itu agar bersih dan wangi. Damian langsung mendaratkan kecupan bertubi-tubi di area itu, membuat Kana mendesah lirih. Pria itu benar-benar pintar memainkan semua aset Kana hingga tubuh gadis itu mengejang,

" Damianh... ahh.. udahh." Lirih gadis itu dengan lemas.

" Ini bahkan baru saja mau dimulai, sayang. " Damian membuka kancing piyama yang ia gunakan dengan hati-hati, tentunya takut dimarahi Kana jika ia merusah piyama pilihan istrinya itu. Terpampanglah tubuh kekar dan berotot milik Damian meskipun cahaya dikamar cukup samar, ntah mengapa bagian inti Kana berdenyut kecil ketika melihat Damian yang kini menatapnya dengan pandangan bernafsu. Pria itu kini benar-benar polos tanpa sehelai benang seperti Kana, gadis itu memalingkan wajahnya malu.

" Sayang, boleh kah?" tanya Damian meminta persetujuan Kana dengan lembut. Kana mengangguk, " boleh, tapi pelan-pelan. Aku takut sakit " jawab gadis itu.

Dengan semangat Damian kembali menikmati tubuh istrinya, menenggelamkan Kana dalam kenikmatan. Hingga pria itu merasa tubuh Kana sudah cukup basah untuk dimasuki, " cakar aku atau lakukan apapun yang kamu mau kalau sakit, sayang " bisik pria itu. Mata penuh nafsunya bertemu bertatapan dengan mata sayu Kana, gadis itu mengangguk pelan.

" Sshhh" ringis Kana ketika milik Damian mulai memasuki miliknya sedikit.

" Sakit?" tanya Damian menghentikan gerakannya.

" Lanjutkan, aku gak apa-apa. " jawab Kana dengan senyum meyakinkan.

Akhirnya, setelah beberapa hujaman Damian berhasil menerobos selaput darah istrinya. Kana mengeluarkan air mata, tampaknya cukup kesakitan.

" Sayang, maaf. " lirih Damian yang tidak bergerak sama sekali untuk meredakan rasa sakit Kana.

" Maaf, aku nyakitin kamu. " Kana menggeleng, " gak apa-apa, bergeraklah. " pintanya pelan.

Dengan ragu Damian menggerakkan tubuhnya, kepalanya terasa berdentum seolah-olah protes ingin melakukan yang lebih brutal lagi.

" Sayang, you are so tight" desah Damian frustasi dengan gerakan yang mulai cepat. Bibir pria itu tak henti-hentinya mengecupi bibir dan leher Kana, " Damianhh" erang Kana.

" Yes, Baby?" sahut Damian.

" Ahh, you drive me crazy, Baby. " erang Damian dengan suara serak. Ia semakin mempercepat tempo hujamannya, membuat Kana semakin mendesah.

Malam itu diisi dengan desahan kenikmatan suami istri yang baru saja melaksanakan malam pertamanya, Damian tampak candu hingga mengulang beberapa ronde sampai pagi. Kana tertidur lelap, Damian kini berbaring dengan menjadikan tangannya sebagai bantal untuk Kana.

Hati Damian bahagia bukan main, kini ia benar-benar menjadi orang yang berarti dihidup Kana. Istrinya mulai mempercayai dan mencintainya, sesuatu yang Damian idamkan sejak dulu.

" I love you so much, Kana. " gumam pria itu pada istrinya yang tengah tertidur.

Chapitre suivant