webnovel

Ketenangan Sebelum Badai

Loah beserta para pengawal berinisiatif membuat pesta di pinggir pantai pada malam hari, mereka membakar berbagai jenis makanan laut dan menikmatinya bersama penghuni disana. Kana mulai berbincang dengan aktif pada beberapa wanita penghuni pulau ini, bahkan mereka menjelaskan dengan ramah mengenai pulau yang telah mereka tinggali selama 5 tahun terakhir ini. Beberapa pria yang tampaknya teman lama Damian disini pun menghampiri Kana dan mengucapkan selamat atas pernikahan mereka. Tak jarang para pria itu menghampiri Lily dan memeluk wanita paruh baya itu seolah-olah sangat akrab dan dibalas pelototan dari Lily.

" You can count on me like one, two, three, i'll be there " nyanyi para pengawal dan pelayan beramai-ramai. Malam ini mereka tidak mengenakan pakaian formal seperti biasanya, ada yang mengenakan kemeja dengan celana pendek, ada pula yang memakai dress.

Raven dan Lily yang biasanya kaku dan tertutup malam ini pun tampak berbincang dan sesekali tertawa. Kana sangat menikmati suasana ramai seperti ini.

" Ayo kita main game!" ajak Kana pada mereka semua yang totalnya mungkin mencapai hampir 200 orang. Tersebar luas di sepanjang pantai ini.

" Berhubung Nyonya kita mengajak main game, mari kita coba teman-teman!" lontar Loah yang sedang memegang microphone diatas panggung. Yang dijawab dengan sorakan setuju dari bawah sana.

" Mari kita persilahkan Nyonya kita untuk naik keatas panggung menjelaskan game nya, MANA TEPUK TANGANNYA SAUDARA-SAUDARA?" teriak Loah dengan semangat. Kana terkekeh melihat tingkah hangat semua orang disini, benar-benar membahagiakan.

Damian membiarkan istrinya pergi ke panggung diiringi dengan senyuman, " lakukan apapun yang kamu inginkan, sayang. " bisiknya sebelum melepaskan pelukannya dari pinggang Kana.

" Malam semuanya " sapa Kana sedikit gugup karena ini pertama kalinya ia berdiri dipanggung dan ditonton oleh ratusan orang.

" Malam, Nyonya." Jawab mereka kompak.

" Jadi, karena malam ini banyak sekali orang yang hadir kalian akan membentuk tim masing-masing sepuluh orang. Setelah membentuk kelompok, tolong berbaris lurus dengan ketua kelompok kalian didepannya. " perintah Kana. Dengan cepat mereka membentuk kelompok, namun Damian, Lily, Raven, dan beberapa orang tampak diam tidak bergegas malah melihati Kana.

" Damian, Lily, dan Raven pun harus tetap membentuk kelompok. Aku akan bertindak sebagai pembawa acara malam ini, jadi tidak bisa sekelompok dengan kalian " ujar Kana membuat Damian menampilkan raut wajah tidak suka, " pemenangnya akan diberikan kesempatan untuk memiliki 1 permintaan " sambung gadis itu agar Damian tertarik. Dan benar saja, Damian langsung bergerak mengajak Raven dan yang lainnya untuk sekelompok.

Setelah 21 kelompok terbentuk, Kana meminta ketua mereka membentuk lingkaran dengan Kana ditengahnya.

" Semua ketua kelompok sudah membentuk lingkaran dan sekarang aku akan menutup mata lalu berputar. Ketika aku berhenti dan menunjuk kelompok, maka kelompok itu harus mengirimkan salah satu anggotanya untuk bernyanyi. Setelah anggota kelompok itu selesai bernyanyi, aku dan kelompok lain akan memberikan penilaian. Setiap kelompok hanya bisa maju sekali, dan setelah semuanya sudah maju maka kelompok dengan nilai tertinggilah yang akan menang. Bagaimana? Jelas kah?" jelas Kana panjang lebar.

" Kita mulai saja, Nyonya. Kami tidak sabar untuk menampilkan suara merdu kami!" teriak kelompok Loah dengan penuh semangat.

Kana yang kini berada di tengah-tengan ketua kelompok mulai menutup mata dan berputar, lalu berhenti dengan tangan menunjuk asal.

" Kelompok Loah!" seru Kana ketika membuka matanya. Kelompok Loah yang terpilih pun mengirimkan Myra, wanita yang cukup cantik dan tadi sempat berbincang dengan Kana.

Kana mempersilahkan Myra untuk memulai nyanyiannya dipanggung, mata wanita dewasa itu tertuju pada Loah dengan berani.

" All I want is nothing more

To hear you knocking at my door " nyanyian Myra dimulai. Suara merdu dan sendunya merasuki telinga Kana.

Ternyata wanita itu menyanyikan lagu All i want dari Kodaline, Myra bernyanyi dengan sangat menghayati dan mata berkaca-kacan menatap Loah. Kana dibisiki oleh Mitha mengenai gosip hubungan antara Myra dan Loah yang terjadi di masa lalu yang ternyata cukup menyedihkan.

Myra selesai bernyanyi dengan senyuman, membuat Loah si pria raksasa tampak salah tingkah.

" Wah! Nyanyian Myra merdu sekali ya? Jadi, ayo masing-masing kelompok memberikan penilaian" pinta Kana.

Permainan terus berlanjut, semua kelompok berusaha mengirimkan anggota dengan suara terbaik. Meskipun ada beberapa yang bernyanyi dengan nada sumbang, gemetaran, bahkan tertawa hingga tidak bisa bernyanyi.

Hingga tiba kelompok Damian digiliran akhir, mereka tampak tidak ada yang mau maju dan saling mendorong.

" Majulah kalian, anak muda. Tidak mungkin kalian memaksa wanita tua sepertiku untuk bernyanyi kan?" ujar Lily dengan senyum kemenangan.

" Memangnya apa yang salah dengan wanita tua? Kau kan punya stamina dan nafas yang lebih kuat dari wanita tua lainnya. " balas Raven tak mau kalah.

" Kau mau aku bernyanyi hingga kehabisan napas? Lalu kenapa tidak kau saja yang maju, Raven? Bukankah kau memiliki suara emas hingga sayang untuk berbicara?" sindir Lily.

" Kenapa tidak Tuan Damian saja yang paling bugar diantara kita semua?" elak Raven yang melimpahkan tugas menyanyi ke Damian.

" Memangnya kalian semua penyakitan?" tanya Damian sinis.

" Tuan lah yang paling cocok, mulai dari penampilan hingga suara, Tuan adalah yang terbaik " ucap kelompoknya dengan kompak.

" Suara kalian juga bagus, apalagi saat menjerit kesakitan " balas Damian sadis.

" Tidakkah Tuan mau membuat Nyonya terpesona? Nyanyikanlah lagu romantis, kami akan mengiringi nyanyian Tuan sekalian menyalakan lilin disekitar kalian. " bisik Raven merayu Tuannya.

Damian tampak berpikir, sebenarnya ia tak mau melakukan hal konyol seperti bernyanyi. Tapi boleh juga saran Raven, ia harus membuat Kana terpesona. Akhirnya pria berkemeja putih itu mengangguk, " jangan lupa ajak semua orang untuk menyalakan lilin" pintanya pada Raven sebelum maju ke panggung.

Kana merasa jantungnya berdetak kencang ketika melihat Damian maju, suaminya benar-benar sangat tampan bahkan dibawah cahaya redup malam ini.

" Wise men say, Only fools rush in " mata Damian tertuju pada Kana. Suara merdu pria itu ntah kenapa terdengar cocok menyanyikan lagu ini.

" But I can't help falling in love with you " Kana merasa wajahnya memanas.

" Shall I stay? Would it be a sin? If I can't help falling in love with you "

" Like a river flows, Surely to the sea. Darling, so it goes... Some things are meant to be" Raven dan beberapa orang mulai menyalakan lilin,

" So take my hand, Take my whole life, too.. For I can't help falling in love with you.. For I can't help falling in love with you "

Hampir semua orang disekitar Kana menyalakan lilin dan mengiringi nyanyian Damian, membuat Kana semakin terharu.

" For... we can't help falling in love with you " nyanyi semua orang bersamaan mengarah kepada Kana.

" I love you, Kana. " ucap Damian dengan microphone ditangannya. Semua orang bertepuk tangan dengan meriah.

" Jadi, ayo berikan penilaian kalian. " pinta Kana.

Setelah semua kelompok mendapatkan penilaian, ternyata kelompok Damian pemenangnya.

" Apa permintaan kelompokmu, Damian?" tanya Kana pada pria yang berstatus suaminya itu.

Kelompok Damian tampak bergeming, hanya Damian yang terlihat memiliki permintaan.

" Cium aku. " perkataan Damian disoraki oleh semua orang disana, mereka jarang melihat sosok Damian yang seperti ini. Kalau soal ciuman sih, mereka biasa saja. Karena yang meminta ciuman adalah Damian si 'Tuan kejam' lah yang membuat mereka heboh.

Kana menatap Damian tak percaya, bagaimana bisa pria itu meminta cium dihadapan banyak orang seperti ini?

Melihat istri kecilnya yang sama sekali tak memberikan jawaban, Damian memeluk pinggang Kana dan menarik tengkuk gadis itu untuk mendaratkan bibirnya. Mata kana terpejam, menikmati ciuman ditengah keramaian dan cahaya lilin disertai suara deburan ombak.

Chapitre suivant