webnovel

Kekhawatiran sang Suami

Gadis bersurai hitam lebat itu membuka matanya perlahan, menyesuaikan cahaya yang masuk.

" Sayang, kamu baik-baik saja? Ada yang sakit? Tadi kamu jatuh pingsan karena Anemia. " rentetan pertanyaan dari Damian membuat Kana dengan cepat tersadar.

" Aku baik-baik aja, gak ada yang sakit. " jawab Kana pelan. Damian mengambilkan air untuk Kana minum, " aku takut sekali terjadi sesuatu padamu " lirih Damian.

" Maaf aku buat kamu khawatir, Dami. " Tangan lembut Kana menyentuh pipi Damian, lelaki itu memejamkan mata untuk menikmati kenyamanan yang diberikan istrinya.

" Harusnya kamu segera memberitahuku kalau pusing, bukan hanya Lily saja. Aku suamimu, Kana. " lontar Damian ketika mengingat Kana yang jarang mengeluh padanya, lebih sering ke Lily.

" Kamu kan sibuk, aku gak mau buat kamu kerepotan cuma karena keluhan kecil dari aku. " sahut Kana menunduk. Gadis itu tau seberapa sibuknya Damian tapi pria itu tetap meluangkan waktu untuknya.

" Aku bisa memberikan semua waktu yang kupunya untuk kamu, sayang. Kenapa kamu tidak benar-benar membiarkan aku menjagamu? Kenapa kita masih ada jarak seperti itu? Tolong, terbukalah dan beritahu aku hal sekecil apapun yang kamu rasakan, sayang." Pinta Damian yang meluruhkan tubuhnya untuk memeluk istrinya.

" Bagaimana kamu yang kecil seperti ini bisa bertahan sendirian? Aku akan melindungimu, sayang. " gumam Damian membuat Kana mendelik kesal mendengar kata 'kecil'.

" Aku gak sekecil itu, Damian. " protes Kana.

" Kamu kecil dan rapuh sayang. " balas Damian tak mau kalah.

" Aku gak kecil dan rapuh, jangan dibantah lagi. Ayo kita ke bawah untuk makan cemilan sore" potong Kana agar suaminya tidak lagi membantahnya dan mengatakan dirinya kecil.

" Baiklah. Aku gendong saja ya?" tawar Damian, yang tentu saja dijawab Kana dengan gelengan.

" Gak perlu, aku baik-baik saja, Damian. Tenanglah!" seru Kana yang mulai kesal dengan tingkah lebay suaminya. Dengan cepat kaki pendeknya melangkah keluar kamar dan menuruni tangga, disusul oleh Damian dibelakangnya.

" Sayang, bagaimana jika kamu pusing saat menuruni tangga lalu terjatuh? Tulang-tulang imutmu pasti akan patah. "

" Ya, biar saja patah " balas Kana dengan cuek.

" Tidak boleh, maka biarkan aku menggendongmu, sayang. " sergah Damian cepat.

" Berhenti memikirkan kekhawatiran yang tidak perlu, Damian. Atau perlu aku sendiri yang akan berguling-guling ditangga ini sampai bawah dan membiarkan semua tulang imutku ini patah?" ancam Kana, yang sepertinya berhasil membuat ketua mafia itu terdiam.

Beberapa pelayan yang menyaksikan itu diam-diam terkikik, Tuan mereka yang berubah menjadi cerewet itu langsung terdiam hanya karena istrinya mengancam. Sungguh pemandangan yang menarik.

*****

Mereka duduk santai di ruang tamu mansion mewah itu ditemani banyak pelayan, beberapa dari mereka bahkan sibuk mengatur suhu AC agar menyejukkan ruangan ini. Kana menyuapkan cookies dan kue ke dalam mulutnya, membuat suaminya gemas.

" Sayang, bagaimana jika aku menyuapimu?" tawar Damian.

Kana memuta bola mata kesal, ' mulai lagi ' batinnya.

" Terima kasih, Damian. Tapi tanganku baik-baik saja, jadi aku bisa makan dengan tanganku sendiri " tolak Kana dengan senyum yang dipaksakan.

" Tenang saja, tulang-tulang imutku tidak akan patah hanya karena mengangkat cookies yang sangat ringan ini kok. " lanjut Kana dengan menekan kata 'tulang-tulang imut' seperti yang Damian katakan tadi.

Lily melirik pasangan suami istri di seberangnya dengan heran, tingkah apalagi sih yang akan mereka lakukan?

" Sayang, aku tidak bermaksud meledekmu dengan menyebut tulang-tulangmu itu imut" protes Damian, pria menyeramkan itu menyadari bahwa istrinya kesal dengan perkataan yang tadi ia ucapkan.

Kana mendengus, mood nya memang sedang buruk karena perutnya masih sedikit nyeri datang bulan.

" Kamu marah, sayang?" tanya Damian, dilihatnya Kana yang tidak menjawab dan hanya fokus pada Drama Korea di ipad nya.

" Maafkan aku. " ujar Damian pelan. Kana menoleh, " memangnya apa salahmu, Damian?"

" Karena menyebut tulang-tulangmu imut, sayang. "

Kana mengangguk, " aku tidak selemah itu, astaga! " decaknya kesal.

" Iya, kamu tidak selemah itu. Maaf. " aku Damian. Ia tau istrinya sedang sensitif karena datang bulan.

' Apa kulakukan saja saran Sebastian untuk menghamili Kana?' pikir pria itu.

'Tidak, tidak. Jangan berpikir macam-macam, Damian.'

Damian menatap istrinya yang tampak serius menonton drama aneh itu dan sesekali berteriak kegirangan, tidak tampak seperti orang yang sehabis pingsan. Energi yang dimiliki Kana benar-benar luar biasa, tidak ada habisnya.

" Damian " panggil Kana.

" Hm?" sahut pria yang sedang sibuk memainkan rambut Kana.

" Aku bosan. "

" Mau belanja, sayang? " tawar Damian. Kana menggeleng, " beli rumah? Beli mobil? Main ke hotel? Atau mau lihat-lihat ke toko perhiasan?" tawar pria itu dengan semua yang dapat ia pikirkan saat ini.

" Jangan yang habisin uang banyak gitu" tolak Kana.

" Uangku tidak akan habis hanya karena hal seperti itu, sayang. "

" Sayang, aku sudah memindahkan beberapa rumah menjadi atas namamu. Dan untuk mobil, kemarin ada yang baru datang untukmu. " ungkap Damian mengingat ada beberapa mobil baru telah terparkir di basement mansion ini.

" Memangnya aku boleh menyetir? " tanya Kana yang sudah tau jawabannya.

Damian tidak menjawab, hanya menampilkan senyum tidak enak.

" Kalau begitu, ayo kita ke pantai! " ajak Kana. Sebenarnya, sejak dulu gadis itu selalu berpikir ingin ke pantai jika ia sudah ada waktu.

" Di hari yang panas seperti ini? Bagaimana jika kamu pingsan lagi?" mata Damian melirik jam Rolex yang melingkar di pergelangan tangannya,

" Ini sudah sore Damian, mulai sekarang aku akan memberitahumu jika aku pusing " bantah Kana dengan keras kepala.

" Baiklah, kita akan mengunjungi Elle Island. Lily dan Raven tolong persiapkan semua yang kita butuhkan untuk 3 hari kedepan karena kita akan menginap disana. " putus pria itu akhirnya.

" Elle Island?" ulang Kana dengan kening berkerut bingung.

" Salah satu pulau milikku, pulau itu terletak cukup jauh dari pinggiran pantai. Disana ada banyak hiburan yang cukup menyenangkan, sepertinya itu cukup untuk mengusir rasa bosanmu dan bisa tetap menjaga keamananmu, sayang. " jelas Damian.

" Kenapa namanya Elle?" pertanyaan yang keluar dari bibir Kana membuat semua orang diruang tamu terdiam.

" Hanya ingin saja. " jawab Damian datar.

' Tidak mungkin kukatakan bahwa nama pulau-pulau milikku menggunakan namanya. Griz, Elle, dan Naka. ' ucap pria itu dalam hati. Sementara yang lainnya pun tahu, bahwa semua nama pulau milik Tuan mereka selalu menggunakan nama sang Nyonya sejak dulu.

*****

Para pelayan tampak sibuk mengemas pakaian yang akan dipakai Tuan dan Nyonya mereka, beberapa pelayan yang bertugas sebagai stylist mengobrak-abrik wardrobe untuk mencari pakaian yang mereka rasa cocok.

Kana mengamati mereka sambil dipangku suaminya yang saat ini sedang sibuk mengecek email, Lily memerintahkan agar semua bergerak lebih cepat karena mereka akan berangkat sebelum jam 4 sore.

" Nyonya, apakah Anda akan memakai bikini nanti?" tanya Mitha yang luka-luka di lengannya telah membaik.

" Tentu saja" " Tidak akan" lontar Kana dan Damian bersamaan.

" Tidak boleh, sayang. " ulang Damian sembari meletakkan dagunya diatas kepala Kana.

" Aku baru kali ini ke pantai dan ingin melakukan hal yang biasanya orang lakukan, Damian. " protes Kana dengan wajah merengut.

Damian berpikir keras, sampai akhirnya ia menemukan ide brilian untuk menolak permintaan Kana.

" Bukankah kamu sedang datang bulan?" ucap pria itu penuh kemenangan.

Sial, Kana kalah telak bahkan tidak bisa membantah apapun lagi. Benar juga, bagaimana mungkin ia memakai bikini saat sedang datang bulan.

" Bawa pakaian yang biasa saja, jangan terlalu terbuka. " perintah Damian pada pelayan.

" Baik, Tuan. " jawab mereka serempak.

Chapitre suivant