webnovel

Fero Dalam Genggaman Lionel

Fero terus terdiam, ia begitu takut dengan 3 pria yang ada di ruangan itu terlebih Lionel.

"Pukulan dari Dion saja masih terasa sakit sampai sekarang, apalagi pukulan dari orang ini," ucap Fero dalam hatinya.

"Kau mau bebas dari hantaman ku?" tanya Lionel masih dengan senyumannya.

"Mau aku mau," jawab Fero dengan cepat.

"Beri pernyataan di depan polisi dan media kalau anak yang di kandung Moza itu memang anak mu," ujar Lionel.

Seketika kedua mata Fero mulai membesar.

"Sial, kenapa sulit begini pilihannya," ucap Fero dalam harinya.

Fero bingung sekali, antara menyerahkan nyawanya kepada Lionel atau harus menghadapi masa depan suramnya bersama Moza.

"Cuma beri pernyataan kan?" tanya Fero.

"Lah kau tak mau tanggung jawab?" tanya balik Raymond mulai geram dengan bocah yang ada di hadapannya ini.

"Kalau dia tak mau tanggung jawab, nantinya malah kau yang di mintai tanggung jawab terus. Padahal kau sama sekali tak melakukan," ucap Dion sembari menatap Lionel.

"Kau harus tanggung jawab," ucap Lionel dengan tegas, terus menatap bocah SMA itu.

Fero kembali tertunduk lesu dengan beberapa kali mengembuskan nafas beratnya.

"Laki-laki yang di pegang adalah tanggung jawabnya, jadi kalau kau bukan laki-laki lebih baik lepas celana mu ganti pakai rok mini," ucap Lionel.

"Maaf, saya butuh penjelasan. Takutnya saya di sini cuma di jebak karena ternyata Moza sudah punya kekasih," ucap Fero yang sebenarnya masih sangat dari takut, tapi untuk masa depannya ia berusaha mencari titik terang.

Lionel kembali terkikih.

"Masih kurang jelas juga agaknya," ucap Dion dengan geram.

"Santai-santai," ucap Lionel sembari melirik Dion.

"Lebih baik kita semua duduk, supaya emosi lebih terkontrol," ucap Lionel.

Kini mereka berempat mulai duduk di sofa dengan saling berhadapan satu sama lain di kursi yang terbelah menjadi 4 itu, Lionel berusaha tetap tenang sebab yang jadi api dari masalahnya adalah Moza bukan laki-laki yang ada di hadapannya saat ini.

"Aku penasaran, sebenarnya apa yang di katakan Moza pada mu?" tanya Lionel.

"Moza bilang kalau dia masih single, dia juga bilang kalau dia itu suka laki-laki seperti saya," jawab Fero.

"Kambing," umpat Lionel sembari terkikih.

"Jadi takut pak Lio gila," ucap Ayumi dalam hatinya sembari terus memperhatikan Lionel.

"Perlu aku tekankan pada mu, bertahun-tahun aku menjalin hubungan sama Moza. Sekalipun aku tak penah mengajaknya berbuat seperti itu, jadi kalau kau pikir itu anak ku kau salah besar," ujar Lionel dengan nada serius.

"Kalau kau mau tes DNA, aku siap biayai sampai tuntas," sambung Lionel.

Fero tampak tengah menggaruk-garuk kepalanya.

"Kenapa pusing ya?" tanya Dion dengan senyuman meledek.

"Sudah tahu masih sekolah, bukannya fokus belajar malah main yang bukan-bukan," ucap Dion kembali terpancing amarah.

"Moza sudah minta pertanggungjawaban mu belum?" tanya Lionel terus penasaran.

"Sudah," jawab Fero.

"Tapi kau menolak tak mau tanggung jawab?" tanya Lionel kembali.

"Iya," jawab Fero.

"Aku masih sekolah, aku takut," sambung Fero.

"Sudah tahu masih sekolah pakai berulah," ucap Raymond juga ikut kesal.

"Aku tak mau tahu ya, aku minta kau beri keterangan ke polisi. Atau kau akan berurusan dengan ku," ucap Lionel.

"Kalau mau masih ragu, kita bisa lakukan tes DNA," sambung Lionel.

"Tes DNA akan melukai si bayi, lah bayi yang di kandung Moza bukannya masih kecil," ucap Dion sembari menegrutkan keningnya, ia malah beralih kasihan dengan janin yang di kandung Moza.

"Aku masa bodo, bukan anak ku juga," sahut Lionel dengan santainya.

Ucapan Lionel barusan membuat Fero bimbang, ia mulai mempercayai apa yang di ucapkan Lionel.

"Apa jangan-jangan yang di ucapkan orang ini memang benar kalau dia tak pernah berbuat yang iya-iya dengan Moza, dan benar kalau anak yang di kandung Moza itu anak ku," ucap Fero dalam hatinya mulai bertanya-tanya.

"Dan lagi pula waktu itu Moza meminta pertanggungjawaban ku padahal dia juga tahu kalau aku masih sekolah, kalau anak yang di kandungnya itu anaknya orang yang ada di hadapan ini pasti Moza akan meminta pertanggungjawabannya secara orang ini kaya," ucap Fero dalam hatinya kembali.

"Baiklah, aku mau beri keterangan sama polisi," ucap Fero.

Seketika Lionel menghembuskan nafas leganya.

"Tapi aku minta Moza juga di periksa dan aku tak mau ada satu media pun menyorot," ucap Fero mulai memberi syarat.

"Baik," sahut Lionel dengan cepat, ia menyanggupi syarat dari Fero.

Malam itu mereka terus berbincang, mereka tak langsung memberi keterangan pada polisi melainkan memilih mengikuti permainan Moza yang terus menggiring opini lebih tepatnya memfitnah Lionel.

Ayumi yang duduk di sudut ruangan itu hanya mampu mengelus dada, ia tak menyangka kalau Lionel malah mengajak Fero masuk ke dalam permainannya.

"Bukannya cepat di selesaikan malah mau main-main dulu," ucap Ayumi dalam hatinya.

Suasana begitu hening di ruangan itu, mereka berempat berbisik lirih hingga Ayumi yang juga ada di ruangan yang sama tak mendengar apa yang tengah mereka bicarakan.

Sementara itu Moza baru datang di club itu, ia kembali mencari keberadaan Fero di sana.

"Lihat Fero?" tanya Moza pada salah satu karyawan Dion.

"Tak tahu," jawab karyawan club itu.

"Tapi Fero tadi kesini kan?" tanya Moza kembali.

"Iya dia kesini," jawabnya.

Moza kembali melanjutkan langkah kakinya, ia terus mencari keberadaan Fero untuk di mintai pertanggungjawaban. Sebenarnya Moza menginginkan Lionel yang menjadi suamianya, tapi diirnya harus berjaga-jaga jika nanti Lionel lolos dari fitnahannya.

"Tok tok tok," suara ketukan pintu ruangan yang di pakai Lionel, Raymond dan Dion.

Seketika mereka bertiga juga Ayumi melirik ke arah pintu.

"Cumi, buka pintunya," ucap perintah Lionel.

"Baik pak," sahut Ayumi dengan cepat ia beranjak dari duduknya.

Ayumi mulai membuka pintu itu dengan perlahan.

"Pak Dion ada?" tanya karyawati club itu.

"Ada," jawab Ayumi sembari tersenyum tipis ke arahnya.

"Silahkan," ucap Ayumi mulai mempersilahkan wanita itu masuk ke dalam ruangan itu.

Dion mendengar pertanyaan karyawatinya pada Ayumi.

"Ada apa?" tanya Dion.

"Maaf menganggu pak, saya mau kasih tahu kalau ada wanita buat gaduh dia cari-cari nama Fero," jawab karyawati itu sembari menundukkan kepalanya.

"Aku segera keluar," sahut Dion.

"Baik, saya permisi dulu pak," ucap pamit karyawati itu, mulai pergi dari ruangan itu.

Dion kembali menatap Lionel.

"Gimana ini?" tanya Dion makin pusing.

"Biarkan Fero ketemu sama Moza, aku mau dengar apa yang mau di bicarakan Moza," sahut Lionel dengan santainya.

Mereka semua mulai beranjak dan melangkah keluar, Fero berjalan terlebih dahulu baru beberapa menit kemudian Lionel, Raymond, Dion dan Ayumi keluar dari ruangan itu.

Chapitre suivant