Setelah ditolong oleh Omanya akhirnya Azka pun diam, tapi dia masih tidak mau lepas dari Omanya, Azka nempel terus sambil berpegangan pada tangan Omanya.
"Ayo masuk kerumah semua, mari makan siang, kayak nya udah disiapin tuh dibelakang, ayo Vi ajak Kakak dan Ibumu kebelakang," ucap Ibunya Haris yang memang kalau memanggil Novi dengan sebutan Ovi.
"Oiya ajak sekalian Pak sopirnya tadi," pinta Ibunya Haris.
Novi pun segera memanggil Pak Gunawan untuk sekalian di ajak makan.
"Pak Gunawan ayo ikut makan sekalian," ucap Novi memanggil sopir Kakaknya itu.
Pak Gunawan yang sejak tadi tiduran di mobil pun langsung bangun dan bergegas mengikuti Novi menuju ruang makan.
Sesaat kemudian akhirnya mereka semua langsung makan siang bareng-bareng, sambil makan Novi nampak memperhatikan keadaan ruang makan dan dapur yang dulu pernah ditempatinya memasak dan makan bareng dengan mendiang mantan suaminya dulu.
Tiba-tiba Novi merasa semua kenangan masa lalu saat masih hidup bareng mantan suaminya itu hadir lagi, terbayang saat dia masak ditemani Haris, dia yang masak dan Haris disuruh gendong Azka yang masih bayi.
Karena bagaimana pun juga Haris adalah cinta pertamanya, sebelum Haris jatuh sakit Mereka pernah merasakan hidup rukun dan bahagia selama kurang lebih empat tahun.
Karena terlalu terbawa perasaan, tidak terasa tiba-tiba air mata Novi pun jatuh, ada perasaan bersalah karena dulu telah tega meninggalkan Haris yang lagi berjuang melawan penyakitnya.
Rasa sedih Novi terasa makin dalam manakala dia melihat foto keluarga kecilnya yang ada di dinding ruang makan itu, yang mana waktu itu dia lah yang memasang foto itu.
Foto itu diambil ketika Azka baru berusia tujuh bulan, tepatnya ketika habis selamatan tujuh bulanan usia Azka.
Sebenarnya Baik Ibunya, Vega atau pun mantan mertuanya itu tahu kalau Novi itu lagi menangis tapi mereka semua nampak berpura-pura tidak mengetahuinya.
Setelah selesai makan Vega pun bermaksud untuk berpamitan untuk pulang.
"Bu... maaf sebelumnya... dan terimakasih banyak, ini saya dan Ibu mau pamit pulang, dan seperti yang saya bilang tadi untuk beberapa hari kedepan Novi biar tinggal disini dulu, nanti kalau kira-kira Azka dah terbiasa dan akrab dengan Mamanya baru kita balik lagi kesini untuk jemput mereka," terang Novi sama Ibunya Haris.
"Oiya Nak Vega... biar Azka akrab dulu dengan Mamanya, paling gak lama dia juga dah bisa akrab," balas Ibunya Haris.
"Yaudah kita nitip Novi dulu ya Bu... mari... Assalamu'alaikum..." ucap Vega berpamitan.
"Waalaikumsalam..." balas Ibunya Haris dan Novi.
Setelah kepergian Ibu dan Kakaknya, Novi pun langsung beres-beres di meja makan yang barusan di pakai makan bareng tadi.
Memang sebelum pergi tadi Vega banyak berpesan kepadanya, selama tinggal disini beberapa hari kedepan Novi disuruh untuk rajin bantu beres-beres dirumah mantan mertuanya itu.
Kalau dulu Novi pernah bikin sakit hati mantan mertuanya itu lantaran telah meninggalkan Putranya yang lagi sakit, kini Novi diharapkan bisa menebus semua atau paling tidak mengurangi dosa dan kesalahannya waktu itu.
Dan kelihatannya Novi pun mulai menyadarinya dan dia juga sudah berjanji untuk berubah menjadi lebih baik.
Setelah selesai beres-beres Novi bermaksud mau beli ice cream di minimarket yang tidak jauh dari rumah.
Dan tidak lama kemudian dia sudah kembali dengan membawa satu kresek ice cream aneka rasa, dengan maksud dia bisa membujuk Azka putranya itu.
Setelah masuk rumah Azka nampak sedang tiduran di karpet depan televisi.
"Azka... nih Mama punya ice cream," ucap Novi sambil duduk di dekat putranya itu.
Dengan polosnya tangan Azka pun meraih icecream itu.
"Kalau dikasih bilang apa?" Tanya Novi mengajari putranya.
"Terima... ayo terima apa... kasih..." ucap Novi yang juga diikuti oleh putranya itu.
"Ayo bisa buka gak...?" Tanya Novi.
Azka pun geleng-geleng.
"Sini Mama bukain..." pinta Novi.
Azka pun langsung memberikan ice cream nya ke Mamanya itu, dan setelah dibukakan ice cream itu pun langsung di makan oleh Azka dengan tiduran.
"Lho... gak boleh tiduran kalau makan sayang..." ucap Novi sambil menggoyangkan jari telunjuknya tanda melarang.
Mendapat teguran orang yang telah memberinya ice cream Azka pun langsung duduk dan meneruskan makannya.
Melihat tingkah putranya itu Novi cuma tersenyum sambil mendekat, lalu dia peluk anak itu sambil mengelus-elus kepalanya.
Mendapat perhatian dari orang yang mengaku sebagai Mamanya, Azka hanya diam, dia nampak menikmati belaian dari wanita itu.
Mungkin karena kecapean bermain Azka pun akhirnya tertidur dipelukan Mamanya dengan tangan yang masih memegang ice cream, dan begitu tau Anaknya tidur Novi lalu mengambil ice cream nya dan menaruhnya di kulkas, setelah itu Novi pun ikut merebahkan tubuhnya disebelah Anaknya itu.
Sementara itu para tetangga dan para pelayat sudah pada pulang, hanya tinggal beberapa ibu-ibu yang masih sibuk masak di dapur untuk persiapan hidangan nanti malam bagi para tetangga yang ikut ngaji dan panjat do'a untuk almarhum Haris.
Novi dan putranya nampak masih tidur hingga waktu adzan ashar tiba, dan Novi akhirnya pun terbangun.
Dan begitu melihat putranya masih tertidur padahal waktu sudah menunjukkan pukul enam belas WIB Novi bermaksud membangunkannya dengan mengelus-elus tangannya sambil memanggilnya pelan.
"Azka... Azka... ayo bangun sayang," ucap NoviNovi lirih.
Azka pun terbangun, karena belum terbiasa dengan Mamanya itu, begitu terbangun maka Omanya lah yang dicari.
"Oma... Oma..." seru Azka dengan suara merengek.
Novi berusaha menenangkan dan membujuknya.
"Eh... Azka... gak boleh nangis... kan udah ada Mama..." bujuk Novi.
Tapi rupanya hati bocah itu masih belum luluh juga, dia masih tetep manggil-manggil Omanya.
Karena tau cucunya masih belum terbiasa dengan Mamanya akhirnya Ibunya Haris pun bergegas menemuinya.
"Hei... Azka, kok nangis to... kan udah ada Mamanya..." ucap Ibunya Haris.
"Ayo mandi udah sore.." seru Ibunya Haris.
Lalu Ibunya Haris pun menuntun cucunya itu kekamar mandi, sementara itu Novi terlihat menyiapkan baju untuk putranya itu, dia menyiapkan baju yang barusan dia beli di pasar Kota tadi siang.
Dan begitu selesai mandi Novi pun mencoba membujuk putranya itu untuk supaya mau di pakein baju.
Awalnya Azka menolak tapi karena dibujuk dan diancem akan dibuang mainan Helikopternya akhirnya dia pun mau.
'Susah amat sih naklukin hati anak ini' gumam Novi dalam hati.
Tapi Novi juga tau, kalau dia memang harus sabar untuk bener-bener bisa menundukkan hati bocah itu, karena bagaimana pun, dia juga merasa bersalah karena setahun yang lalu dia telah tega meninggalkan bocah itu disaat dia harus merawat dan mencurahkan kasih sayangnya.