webnovel

Polisi

Apapun saja yang akan terjadi Novi berjanji pada dirinya sendiri untuk tetap menjalani dengan sebisa mungkin.

Namun kalau boleh diibaratkan bahwa ini peperangan apa yang dialaminya saat ini belum bisa dibilang kalau dia ini sudah kalah.

Ya, saat ini Novi belumlah kalah, Novi telah berani berangan-angan, dan saat ini dia sudah memulai mewujudkan angan-angannya tersebut, dan dia selalu berharap semoga saja bisa terlaksana sesuai yang dia rencanakan.

Tidak beda jauh dengan Novi, Fajar pun pikirannya mulai gusar, terlebih kalau dia ingat bahwa siang nanti dia harus sudah nyampai di rumah, karena nanti jam tiga sore mobilnya mau dipakai untuk jemput Ayahnya di bandara juanda yang baru pulang dari Makasar.

Tapi kenyataannya sekarang dia malah ditangkap Polisi dengan kasus yang jelas membuat Orang tuanya marah besar, terlebih sang Ayah.

Fajar pun nampak semakin gelisah, otaknya berpikir keras dia berusaha mencari alasan untuk pembenaran dirinya, tapi semakin dipikir semakin dirasa pula bahwa kayak sudah tidak ada celah lagi untuk bisa dia beralasan kepada orang tuanya apalagi untuk pembenaran, sudah sangat mustahil.

Setelah kira-kira pukul enam pagi dia pun diberi sarapan oleh salah satu petugas, Nasi bungkus dengan teh hangat yang dibungkus plastik.

Karena juga merasa lapar meskipun pikiran sedang kalut Fajar pun tetap memakan nasi tersebut, setelah selesai dia meminta izin untuk ambil rokoknya yang ketinggalan di mobil, awalnya oleh Polisi jaga gak diizinkan namun karena Fajar terus saja merayu dan merengek akhirnya dia pun diizinkan.

Setelah itu dia pun kembali ke ruang tempatnya semula, sambil merokok Fajar memikirkan langkahnya setelah dia mendapatkan putusan masalahnya ini.

Semua kemungkinan sudah dia pikirkan, andai nanti memang harus dipenjara dia pun akan terima, dan kalau pun bisa dibebaskan dia pun akan sangat senang, namun begitu ada sesuatu yang masih dikhawatirkan dan ditakutkan olehnya.

Yaitu seperti apa kemarahan Ayahnya nanti, Apakah cukup diomeli atau kira-kira dipukul, atau cuma dikurung.

Setelah kira-kira pukul tujuh pagi, Fajar pun dipanggil ke ruang pemeriksaan. Mulai lah dia ditanya tentang masalah kendaraannya.

Polisi: "Mana SIM kamu?"

Fajar: "Belum punya Pak."

Polisi: "KTP ada?"

Fajar: "Ada Pak," lalu Fajar pun menunjukkan KTP nya yang belum lama dia buat.

"Kamu masih umur tujuh belas tahun ya?" tanya Polisi lagi.

"Iya Pak," jawab Fajar.

"STNK ada?" Lanjut Polisi.

"Ada Pak," Fajar pun langsung menunjukkan STNK mobilnya yang memang sudah dia persiapkan sejak tadi.

"Kenapa semalam kamu mesum dan mabok ditempat umum?" lanjut Polisi.

"Saya gak sengaja Pak," ucap Fajar beralasan.

"Kamu ada-ada saja, mana ada mabok gak sengaja, jangan bohong kamu!" lanjut Polisi.

"Maksudnya mesumnya Pak yang gak sengaja," terang Fajar membela.

"Mana ada mesum gak sengaja, Polisi punya poto dan videonya lho!" Lanjut Polisi sambil menunjukkan video pendek dan Foto yang diambil sebelum Fajar dan Novi tersadar.

Begitu melihat video dan fotonya yang lagi menindih Novi dengan tanpa busana tersebut Fajar pun langsung menunduk.

Seperti sudah tidak punya alasan lagi akhirnya dia pun cuma diam dan pasrah.

"Oke, karena kamu terbukti melanggar tiga kesalahan, maka kamu kena denda enam juta rupiah," terang Polisi.

"Kalau gak dibayar maka sebagai gantinya kamu akan ditahan dan harus menjalani persidangan, dan ancaman kurungannya antara enam bulan maksimal dua tahun," lanjut Polisi.

"Maaf Pak saya gak punya uang sampai segitu, kalau boleh saya mau nelpon keluarga," pinta Fajar.

"Baik lah kalau begitu, nih HP kamu dan lekas telpon keluarga," ucap Polisi sambil menyodorkan HP Fajar yang telah disita sejak tadi malam.

Lalu Fajar pun segera mengambil HPnya dan langsung minta izin untuk keluar ruangan untuk nelpon keluarga.

"Ya udah kamu nelpon didepan situ saya beri waktu sepuluh menit," terang Polisi.

Lalu Fajar pun keluar ruangan dan langsung menelpon Ibunya, karena dia gak mungkin berani kalau dengan Ayahnya.

Sementara itu Ibu Fajar yang pagi itu sedang tidak memasak, terlihat tengah lagi berbincang dengan dua orang pegawai tokonya satu cewek satunya cowok.

"Nita, pesan Bapak nanti kalau ada sales yang mau kirim barang jangan diterima dulu, bilang aja barang yang kemarin masih ada, terus kamu Pak Rohman nanti sore jam tiga suruh jemput Bapak di bandara," ucap Ibu Fajar kepada du pegawainya tersebut.

Belum juga selesai ngobrol dengan pegawainya tersebut tiba-tiba Ponselnya bunyi, dan begitu dilihat Fajar yang memanggil.

"Waalaikumsalam ... Iya Jar ... ada apa?" tanya Ibu.

"Mmmm. Maaf Bu saya sekarang ada dikantor Polisi, Saya ditahan," jawab Fajar dengan suara yang terdengar agak gugup.

"Apa Nak, kamu ditahan? Kamu kenapa? Di kantor Polisi mana?" Tanya Ibu Fajar yang terlihat sangat syok itu.

"Saya di kantor Polisi Kota Malang, saya minta di kirimi uang enam juta Bu buat bayar denda," terang Fajar dengan nada yang sangat memelas.

Dengan perasaan yang campur aduk tidak karuan, Ibu pun lalu meminta Fajar untuk memberikan telponnya ke Polisi untuk menanyakan kejadian sebenarnya.

Dan setelah mendapat penjelasan dari Polisi Ibu Fajar pun langsung menelpon Suaminya yang sedang ada di Makasar.

Bukan main kagetnya Haji Somad mendengar kabar dari istrinya tersebut, lalu Beliau pun meminta Pak Rohman untuk menyewa mobil Pajero di rental dekat tokonya.

Sebenarnya Haji Somad masih punya mobil lain yaitu avanza, dan bukan karena gengsi atau kenapa, beliau cuma ingin memberi penghormatan kepada tamu yang sedang dia jemput dari Makasar tersebut.

Haji Somad itu dikenal sebagai pecinta para Ulama dan Habib, beliau sering mendanai acara-acara keagamaan di desanya, dan perginya saat ini adalah dalam rangka menjemput salah seorang Habib dari Makasar untuk diminta memberikan pengajian yang diadakan di masjid dekat rumahnya.

Beliau juga banyak membiayai anak-anak kurang mampu untuk disekolahkan atau di pondok kan, dan tidak kurang dari dua puluh anak kurang mampu yang beliau tanggung biaya pendidikannya.

Namun yang terjadi pada anaknya, si Fajar, sangatlah berbeda jauh dari apa yang dia senangi selama ini.

Haji Somad sangat senang dengan anak yang mau belajar terlebih yang mau mondok, berapapun akan dicukupi kalau ada anak yang mau mengaji.

Tentang Fajar sebenarnya sudah tidak kurang-kurangnya Haji Somad menasehati bahkan Fajar juga sudah pernah dipukul dan dikurung dalam WC semaleman.

Namun Fajar tetap tidak mau berubah, Fajar tetaplah Fajar yang nakal, meski untuk nakal dia harus cari uang sendiri, dia pun lebih memilih itu dari pada harus nurut orang tua untuk sekolah atau mondok.

Bersambung

Chapitre suivant