webnovel

Bertaubat

Barra turun dari mobil, menutup pintu dan sejenak memandang rumah megahnya. "SesungguhNya ini titipan dariMu," ujarnya. Dia menghela napas, lalu berjalan masuk ke dalam rumah megahnya.

"Bismillah aku pasrahkan semuanya kepada Engkau, hamba ingin bertaubat, bantu hamba Ya Allah. Hatiku tersentuh, tubuhku bergetar. Ada ketakutan yang belum aku tahu, aku takut apa?" Dia berjalan dengan merunduk dan terus berjalan.

DER!

"Aa ...."

"Kenapa Den?" tanya asisten rumah tangga.

"Mbok Yah. Ajari taubat ya. Ajari shalat. Kayaknya aku mulai takut dengan api neraka. Kayaknya siksa itu sangat pedih. Aku sih dari dulu tidak percaya," ujar Barra sambil mengelus dahi yang terbentur. "Mbok, carikan buku dan tatacara bersuci yang benar ya," imbuhnya. Asisten rumah tangga heran dan melonggo tidak percaya.

"Aku serius!" Barra berjalan ke kamarnya. Asisten rumah tangganya hanya terpaku dan belum percaya dengan apa yang didengarnya barusan. 

Barra sampai di kamar dia rebahan dan mulai membaca buku yang lumayan tebal itu.

"Emmm dari mana ya tadi," gumamnya sambil menggigit bibir bawahnya.

"Taubat adalah tangga pertama rencana menuju jalan kebenaran, bisa juga alternatif langkah pertama dalam perjalanan menuju Allah SWT (al-tawbah ashl kulli maqam). Tanpa taubat, manusia tidak bisa mendapatkan akses menuju ke jalan atau orbit Tuhan. Menurut Imam Ghazali."

Barra terdiam. "Siapa Imam Ghazali? ah ... nanti tanya saja ke Pak Hadi. Emmm. Taubat melibatkan tiga aspek sekaligus, yaitu aspek pengetahuan manusia atau kognisi, aspek sikap mental atau afeksi, dan aspek perbuatan atau behavioral. 

Aspek pengetahuan dalam arti kesadaran manusia tentang bahaya dan akibat-akibat buruk dari perbuatan dosa, akan memengaruhi sikap, dan selanjutnya memengaruhi prilaku dan perbuatannya. 

Bagi Imam Al Ghazali, taubat yang baik adalah taubat yang memenuhi tiga kriteria. Pertama, meninggalkan dosa-dosa (al-iqla' an al-dzunub). Kedua, berjanji tidak mengulangi (al-azm an la ya'uda).

Ketiga, menyesali diri atas dosa-dosa yang diperbuat dan atas hilangnya kesempatan dan peluang baik secara sia-sia (al-nadam'ala ma fata).

Kriteria yang ketiga di atas, yaitu penyesalan, dipandang Imam Ghazali sebagai kunci sukses taubat. Hal ini, karena tanpa penyesalan yang mendalam, sukar dibayangkan seseorang akan benar-benar bertaubat. 

Itu sebabnya, Nabi SAW memandang bahwa penyesalan itu identik dengan taubat itu sendiri, sebagaimana sabda beliau, "al-Nadamu taubatun, penyesalan adalah taubat itu sendiri."

Orang yang benar-benar menyesal, menurut Imam Al Ghazali, ditandai tiga hal. Pertama, hatinya lentur dan sensitif serta tidak membeku dan membatu seperti batu cadas (riqqat al-qalb). Kedua, air matanya mudah meleleh tanpa sadar (ghazarat al-dumu').

Ketiga, ia kapok dan benci pada dosa-dosa yang dahulu pernah dinikmatinya. Orang yang bertaubat dengan tingkat penyesalan seperti di atas layak mendapat pengampunan dari Allah SWT.

Inilah sesungguhnya makna firman Allah: ''Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedangkan mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedangkan mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal." (QS Ali Imran [3]: 135-136).

Aku menukil dari kitab Ihya'Ulumuddin, karangan Imam Al Gozali. Wah ... tidak faham aku," gumam Barra yang semakin penasaran dengan nama yang ditulis Afrin.

"Baca dulu. Sebagai tambahan Allah memudahkan kita, perbuatan baik akan dibalas dengan kebaikan, begitu pula keburukan. Sebagai siraman qolbu baiknya, proses taubat sering membaca ayat Alquran, sebisanya, agar hati mendapat cahaya dan dzikir istigfar. Dan lebih baik pula membaca surat Al Kahfi, surat Alquran yang menceritakan para Alim yang terlelap dalam gua.

Rasulullah SAW bersabda. "Barang siapa membaca surat Al Kahfi pada hari jum'at, maka dia akan di sinari oleh cahaya di antara dua jum'at (HR. Hakim) Maksud hadist ini adalah di beri ketenangan hati, pandangan hatinya. Namun jangan juga menyalah kan nafsu, karna nafsu yang menciptakan Allah. Asal jauhkan diri dari bisikan setan, karna setan itu merayunya super duper halus dan lembut, hingga terkadang manusia tidak sadar sudah melakukan dosa. Semoga Allah melindungi iman, islam kita Aamiin.

Aku menyadari sejatinya kita semua tau Allah melarang dan mengharamkan karna itu akan merusak raga, merusak akan kesehatan jasmani. Makanya Gaes, aku menyikapi masa kini dengan santai namun dengan aturan dan ajaran yang sudah aku pelajari. Semua agama itu indah, termasuk islam juga, saling menghargai menghormati itu juga di ajarkan dalam islam. Untuk pemula para pencari jalan kebenaran harusnya alangkah baiknya, jangan di takut-takuti namun diberi wajangan kemudahan.  Nabi kita Nabi Muhammad SAW selalu memberi tauladan. Aku ingat sebuah kisah dari sahabat.

Suatu hari Amirul Mukminin Sayyidina Umar bin Khattab melewati sebuah jalan di Kota Madinah. Ia berjumpa dengan beberapa orang padanya. Di suatu jalan sahabat Umar berpapasan dengan seorang pemuda. Sebuah botol di balik pakaiannya tampak dari luar. 

"Anak muda, apa yang kaubawa di balik pakaianmu?" tanya Sayyidina Umar bin Khattab. Pemuda itu terdiam. Ia membawa sebuah botol yang berisi khamar. Ia panik dan bingung harus menjawab apa. 

Dengan rasa sungkan dan malu. Ia lalu berdoa dalam hati, "Ya Allah, jangan Kau permalukan aku di hadapan sahabat Umar. Jangan Kaubuka rahasiaku. Tutupi rahasiaku di hadapannya. Aku bersumpah tidak akan meminum khamar selamanya," kata pemuda dengan hati penuh harapan. 

"Wahai Amirul Mukminin, yang kubawa adalah cuka," katanya. 

"Perlihatkan agar dapat kulihat," kata Sayyidina Umar RA. Pemuda ini menyerah pasrah. Ia mengeluarkan botol dari balik pakaiannya. Ia membukanya di hadapan Sayyidina Umar. Keduanya menyaksikan cuka yang menjadi isi botol, bukan khamar. Pemuda ini bersyukur kepada Allah yang telah menyelamatkan  dia dari Sayyidina Umar. Ia menepati sumpahnya. Ia menjadi orang baik yang meninggalkan sama sekali minumannya. Kisah ini diangkat oleh Imam Al-Ghazali ketika membahas bab tobat dalam karyanya Mukasyafatul Qulub (Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: 2019 M/1440 H), halaman 27-28. Imam Al-Ghazali kemudian mengulasnya secara singkat."

Barra sangat penasaran dia membalik semua kertas, berharap mendapat alamat dari gadis yang bernama Afrin Fariha.

"Sungguh sangat berwawasan luas. Gengsi dong. Huft ... malu rasanya. Apalagi aku sering berduaan dengan para wanita saat dugem. Untungnya ... aku tidak melakukan perbuatan zina," gumamnya. 

Barra meraih ponselnya lalu mencari tau nama Imam Al Ghazali. "Wah ... ternyata hujjatul Islam. Keren. Ah ... belajar salat dulu," gumam Barra lalu mencari panduan shalat dari dalam aplikasi you tube.

Bersambung.

Chapitre suivant