Tidak dibutuhkan waktu yang lama, iring-iringan kereta kuda yang membawa Putri Raja Emmerich yang kedua pun tiba, di depan istana utama Kerajaan Adanrille.
Jenderal Atremus menurunkan diri dari kuda gagah berwarna hitam, yang sedari tadi dia tunggangi. Menuju ke arah badan kereta, untuk membukakan pintu tersebut sebagai jalan bagi Tuan Putri Azaela.
Wajah Putri Azaela yang selalu terlihat ceria, dan biasanya dipenuhi oleh berbagai kejutan. Namun, kali ini sedikit berbeda. Wajah itu terlihat dingin, dan menatap kosong dengan pandangan yang terus diarahkan ke depan. Hal itu terjadi, bukan tanpa sebab.
Semua ini terjadi, karena pembicaraan yang telah terjadi, antara Putri Azaela dan Putri pertama Sang Raja Emmerich, yakni Putri Chilindrya. Dimana kalimat demi kalimat yang di ucapkan oleh Putri Chilindrya, masih tertata begitu jelas pada ingatan Putri Azaela.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com