Sebulan sebelum aku melempari kepala anak sekolah dengan batu, aku juga dikeroyok oleh anak guru bahasa Indonesia. Anak kembar sialan itu menghajarku sampai babak belur. Mataku bengkak karena dipukuli. Dan, yang terjadi setelah itu, anak kembar itu hanya disuruh minta maaf, oleh ibunya. Lalu, semuanya damai begitu saja. Seenaknya meminta maaf setelah sebelah mataku berbentuk tidak wajar lagi. Bengkak dan sakit. Sementara nenekku hanya memberi nasihat-nasihat bijak, seolah dengan menjadi sabar dan memaafkan, semuanya jadi baik-baik saja. Aku tidak pernah bisa terima perlakuan yang tidak adil padaku.
Awalnya, aku mencoba memaafkan, kubiarkan mataku pulih. Nenek mengobati dengan kompres dan juga obat dari puskesmas. Seminggu lebih wajahku jadi tidak normal. Namun, kelakuan anak kembar sialan itu malah makin bertambah. Setelah mataku sembuh, mereka kembali menarikku ke kelas saat jam istirahat. Kali ini, bukan mataku yang dihajar, mereka meninju perutku berkali-kali.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com