Aku capek kalau kayak gini terus, Gian. Dia sudah mulai kelewatan."
"Mungkin itu karena Robet, sayang kamu, Mon."
"Sayang? Apakah sayang itu hanya membuat aku merasa tertekan?" Mona menolehkan wajahnya ke arah jendela kafe. Di luar hujan masih gerimis.
Aku hanya diam. Aku tak menanggapi ucapan Mona yang barusan. Apakah rasa sayang harus membuat aku merasa tertekan? Rasanya ingin kukembalikan kalimat Mona barusan, kalau kamu merasa tertekan, kenapa kamu masih mempertahankannya? Tetapi kuurungkan.
Lalu kami diam lagi. Sibuk dengan pikiran masing-masing. "Kamu masih sayang sama Robet, Mon?" tanyaku pelan.
Mona tersedak, kopi yang sedang diminumnya hampir Saja menyembur mengenai bajuku. "Gian. Kalau aku tak sayang sama Robet. Buat apa aku harus bertahan sejauh ini? Sebenarnya Robet itu calon suami yang tepat. Dia tampan, mapan, setia. Namun, sayangnya dia terlalu cemburuan." Mona mendengus.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com