webnovel

Bagian 11

"Jangan takut." Rey menghibur anjing putih itu.

Dengan setiap belaian yang menenangkan, anjing putih itu secara berangsur-angsur melemas. Anjing itu menutup matanya lagi, mendengking pelan merasa kesakitan.

Melihat melemahnya pertahanan si anjing putih, Rey langsung mencari tanaman obat untuk mengobati luka anjing putih itu. Karena Rey dulunya adalah seorang siswa yang aktif di bagian kesehatan di sekolahnya dulu, sedikitnya dia mengetahui tanaman apa yang bisa dijadikan obat untuk luka luar.

Rey berkeliling di sekitar mencari tanaman binahong. Tanaman ini bisa mengobati luka luar dengan cepat. Tidak butuh waktu yang lama, tanaman binahong yang memiliki daun berwarna hijau dan berbentuk seperti hati merambat di sekitar pinggiran lapangan terbuka itu. Dengan cepat Rey memetik beberapa daun binahong dan menumbuknya dengan batu dan beralaskan daun binahong yang tidak di tumbuknya.

Ketika selesai menumbuk, dia dengan hati-hati memeriksa luka yang terbuka, membersihkannya dengan teliti. Suara mendengking rintihannya terdengar semakin keras saat rasa sakitnya bertambah, tapi dengan berulang kali juga dia membuat nyaman si anjing putih. Perlahan-lahan, anjing itu menjadi tenang.

Rey berkeringat banyak yang disebabkan karena rasa gugup yang intens dan terlalu fokus pada kegiatan membalut lukanya. Dia tidak menyadari bahwa perlahan-lahan anjing putih itu mendapatkan kembali kesadarannya, menatapnya dengan matanya yang berkaca-kaca.

~~~~

Langit menggelap saat malam tiba.

Hujan gerimis yang berirama sudah lama berhenti.

Dengan lukanya yang bersih dan balutan tanaman obat anti pereda nyeri mulai bekerja, suhu tubuh anjing putih itu mulai kembali normal, tidak lagi sedingin es.

Tepat saat Rey bersiap untuk pergi, anjing putih itu merintih.

"Apa dia masih merasa sakit..." dia bergumam sendiri saat membelai dengan tangannya pada anjing putih yang mengerlingkan matanya dengan gembira.

"... Seharusnya tidak ada masalah serius lagi untuk saat ini." Rey berdiri dan berbalik untuk pergi, dia mendengar lagi dengkingan kesakitan yang berasal dari anjing putih itu.

"..." Manusia dan anjing itu saling menatap satu sama lain.

Rey menghela nafas saat dia melirik ke langit malam. Dia melepaskan pakaian luarnya yang berwarna hitam dan meletakkannya di atas anjing putih itu lalu berjalan mundur untuk duduk lebih jauh di bawah pohon.

Senja hari memuji ketenangan hutan dengan warna biru langitnya. Rey bersandar pada pohon saat dia mengamati serpihan putih kecil yang terkadang jatuh padanya, aroma harum mengambang di hutan.

Di tengah-tengah dunia asing yang membingungkan ini, Rey tidak merasa setakut yang dia kira sebelumnya.

Meskipun dia tidak bisa menghilangkan rasa gelisah di hatinya, dia bisa merasakan kalau anjing putih itu tidak akan menyakitinya.

Malam berlalu tanpa mimpi.

Pagi tiba dengan embun dingin membentuk angin sepoi-sepoi.

Rey bangun dengan pandangan kaburnya untuk menyadari sebuah selimut berwarna putih memenuhi pandangan di depannya.

Apakah ini salju? Pikirnya. Kenapa aku dikelilingi dengan rasa kehangatan jika aku berbaring di salju?

Detik berikutnya dia menyadari bahwa itu bukanlah salju yang dia lihat, tapi bulu berwarna putih salju milik anjing putih itu.

Rey merasa kegelisahan muncul dalam dirinya saat kesadarannya mulai terkumpul. Bagaimana bisa dia berakhir dengan berbaring di kaki binatang ini dan tidak menyadarinya? Bagaimana bisa si anjing putih itu, yang seharusnya berada jauh darinya, mendekatinya bahkan menggelung dirinya di sekitar tubuh Rey?

Anjing putih itu masih tertidur saat Rey berdiri dengan hati-hati dan beranjak pergi.

Berjalan sendirian melewati hutan yang dipenuhi dengan bau-bauan misterius, dia meninggalkan tanda sebagai petunjuk apabila dia tersesat nantinya. Akan tetapi, entah ke arah mana pun dia melangkah, dia akhirnya akan selalu berakhir di tempat yang sama dimana dia meninggalkan tanda-tandanya.

Kemudian kenyataan menghampirinya; selama ini Rey telah berjalan memutar-mutar.

Saat tenaganya perlahan berkurang, dia mulai membayangkan hal-hal: bahwa ada sesuatu yang mengikuti di belakangnya, tetapi ketika dia menoleh, tak ada apapun disana.

Tiba-tiba, suara gemerisik datang dari atasnya. Saat Rey mengarahkan pandangannya pada sumber suara itu, dia terkejut saat menjumpai beberapa monster mirip tengkorak yang berada di atas rantai-ranting menatapnya kembali. Makhluk-makhluk itu adalah goblin hutan yang legendaris, Hollum

Dalam waktu sekejap, salah satu goblin hutan melompat ke arahnya, mengiris pipinya.

"Ah!!" Jerit Rey merasakan sakit saat kuku goblin itu menyayat pipi Rey. Di pegangnya pipi Rey yang terasa sakit. Darah mengalir dari lukanya yang menganga karena sayatan kuku goblin itu.

Goblin hutan mungkin bertubuh kurus tapi mereka memiliki kuku dan taring yang tajam. Semakin banyak goblin hutan yang melompat turun. Mereka sudah sangat kelaparan dalam waktu yang sangat lama, dengan adanya makanan lezat seperti manusia, tentu saja mereka tidak akan melepaskannya.

Goblin hutan itu bergegas menyerang.

Rey digigit di beberapa tempat di tubuhnya, hampir tidak bisa melindungi kepalanya. Kesadarannya mulai menghilang saat dia kehilangan kemampuannya untuk melawan, tubuhnya merosot dari batang pohon tempatnya berlindung.

Dalam sekejap, sebuah auman terdengar melalui hutan. Kawanan goblin hutan itu berhenti saat mereka mulai merasakan sesuatu. Mereka mulai berkomunikasi dengan suara berderak satu sama lainnya dengan rasa takut dalam suara mereka. Lalu tiba-tiba, sesuatu keluar dari hutan, memaksa para goblin untuk menyebar, meninggalkan makanan mereka yang tentu saja adalah Rey.

Rey bisa merasakan bahwa makhluk itu ada di depannya, bayangannya menutupi sinar matahari.

Karena tubuh Rey terlalu lemah bahkan hanya untuk mengangkat kepalanya, dia akhirnya tidak tahan dan pingsan.

~~~~

Dia tidak yakin sudah berapa lama dia tertidur, tapi ketika dia mendapatkan kembali kesadarannya lagi, dia bisa merasakan seseorang memberikannya air. Yang anehnya, ada sesuatu yang lembut selain dari air itu. Sesuatu itu berputar di sekitar mulutnya, melewati sepanjang giginya, menghisap lidahnya.

"Mnn..." Rey terbelalak ketakutan.

Setelah serangkaian rangsangan itu, dia yakin kalau dia selanjutnya akan menjumpai sesuatu yang bahkan lebih mengerikan lagi. Tapi sesuatu yang tidak ada di duganya adalah seorang pemuda yang sangat tampan berada di hadapannya.

Apalagi jika pemuda itu menciumnya.

"MNN?!" Erang Rey memberikan tanda kepada pemuda itu jika dirinya telah sadar dan mengetahui perbuatan pemuda kurang ajar itu.

Ketika sadar kalau Rey sudah bangun, pemuda itu melepaskan bibirnya. Sepasang mata berwarna kuning jernih dengan tenang menatapnya kembali saat remaja itu tersenyum dengan lembut.

Rey bahkan semakin merasa bingung pada situasi ini saat dia terpana pada senyum hangat remaja itu.

"Siapa... kamu?" Rey bertanya dengan rasa bingung. Pemuda tampan ini tiba-tiba berada di hadapannya dan menciumnya hingga terbangun seakan-akan dia adalah Putri Salju dari karakter dongeng yang sering dibacakan ibunya dulu saat Rey masih kecil dan sudah waktunya tidur.

Chapitre suivant