webnovel

Bagian 7

Ekspresi jijik Leon tidak bisa disembunyikannya. Di bayangan Leon, Raja Salem adalah Raja mesum licik yang sangat menjijikkan.

"Mengapa mereka tidak protes atau melakukan demo kepada Raja Salem?" Tanya Rey dengan bingung. Dia berpikir kalau di dunianya saja, demo selalu dilakukan warga apabila mereka menganggap peraturan yang diberikan oleh pemerintah tidak sesuai dengan yang mereka inginkan. Terlebih lagi jika ada peraturan yang membuat mereka rugi seperti ini, pasti akan jadi viral di dunia virtual.

"Protes? Demo? Jangan harap terjadi di sini. Jika kamu membuka mulut sedikit saja yang bisa menyinggung perasaan Raja, maka kamu akan menghilang dan ditemukan beberapa hari kemudian dengan tubuh tanpa kepala." Ucap Damian yang sedari tadi menyimak Leon memberikan penjelasan.

"Sudah banyak warga yang melakukan demo kepada Raja Salem. Bahkan beberapa dari mereka yang kehilangan nyawa, keluarga yang ditinggalkan akan direnggut pula oleh Raja Salem. Harta, istri bahkan anak akan diambilnya juga. Karena itu lah saat-saat itu adalah saat dimana warga merasakan tinggal di neraka. Menerima aturan merugikan mereka, tidak menerima pun juga akan merugikan mereka." Ucap Leon dengan muka yang menahan emosi.

"Lalu, kenapa mereka tidak pindah saja ke wilayah lainnya?" Tanya Rey.

"Pindah? Wilayah lain sudah di sogok oleh Raja Salem. Barang siapa menerima warga baru yang berasal dari wilayahnya, maka Kerajaan ini akan memberhentikan kerjasama yang diberikan Kerjaan Porteus kepada kerajaan lainnya." Dengus Leon.

Rey yang menerima informasi ini, mulai bisa menangkap titik demi titik permasalahan pemilik tubuh ini mengapa dia merebut Kerajaan Porteus ini. Diraihnya cangkir teh miliknya dan aroma teh chamomile mulai merasuk di indera penciumannya. Rasa teh yang khas seperti buah apel memberikan efek relaksasi yang menenangkan bagi kepala Rey yang menerima informasi-informasi asing di kepalanya.

'Baru kali ini aku menikmati minum teh. Yah, sebelumnya aku yang selalu meminum minuman soda seperti coka cola, seprit dan kopi untuk menemaniku nonton tidak pernah sekalipun kepikiran untuk minum teh seperti ini. Mungkin terakhir kali aku minum teh saat masih sekolah karena tidak dibolehkan minum soda ataupun kopi karena anggapan ibu aku masih kecil dan masih dalam pertumbuhan. Baginya, minuman soda dan kopi bisa menghambat pertumbuhan otakku.' Rey yang mengingat masa lalunya kemudian tersenyum tipis.

Ingatan-ingatan masa lalunya dengan keluarganya membuatnya rindu kepada mereka. Semenjak keluarganya meninggal, dirinya menyibukkan diri dengan menonton film-film bok*p agar dapat mengalihkan pikirannya dan melupakan apa yang terjadi pada keluarganya.

Melihat raut wajah yang dari tersenyum menjadi sendu, membuat para selir kebingungan. Apa yang sebenarnya ada dipikiran Rey saat ini. Karena dari awal mereka diangkat menjadi selir Rey, tidak satu pun dari mereka yang dapat membaca dan menebak isi kepala Rey. Bahkan mereka sering sekali dikejutkan oleh perilaku Rey yang diluar nalar mereka. Jika mereka berpikir Rey memberikan keputusan yang salah, diakhir keputusannya selalu terjadi hal yang luar biasa. Setiap keputusan Rey selalu berakhir mengejutkan, terutama saat dia berjudi. Itu lah mengapa setiap orang yang pernah berjudi dengannya atau pun melihatnya bermain, memanggilnya Dewa Judi.

"Apa yang sedang kamu pikirkan, Rey?" Tanya Damian dengan suara dinginnya. Bagi Rey, meski suara Damian terkesan dingin, ada rasa penasaran yang amat sangat pada suaranya ketika Damian menanyakan isi pikiran Rey.

"Tidak ada. Aku hanya sedang memikirkan perkataan Leon." Rey meletakkan kembali cangkir tehnya dengan pelan. Suara cangkir yang beradu dengan saucer-nya membuat semua mata kembali fokus kepada Rey.

"Jadi kesimpulannya, kalian semua juga tidak tahu asal-usulku dari mana? Maksud kalian aku tiba-tiba muncul di Kerajaan Portues dan kemudian membunuh Raja Salem?" Tanya Rey dengan nada santai.

Para selir kini saling melirikkan mata satu sama lain. Mereka bingung harus menjawab apa pada pertanyaan Rey ini. Pertanyaan Rey sangat sederhana, pertanyaan yang hanya membutuhkan jawaban 'ya' atau 'tidak'. Tetapi, bagi mereka ini adalah suatu pertanyaan yang membutuhkan banyak pertimbangan.

Jika menjawab 'ya', maka seolah-olah mereka tidak peduli dari mana asal Rey. Seolah-olah mereka rela 'dibeli' oleh Rey sebagai selir. Tapi jika mereka menjawab 'tidak', mereka tidak memiliki jawabannya. Selama ini, bagi mereka Rey adalah penyelamat mereka dan warga di Kerajaan Portues. Bagi mereka, Rey adalah dewa yang diturunkan kepada mereka untuk memberikan perubahan besar pada dunia mereka.

"Jadi?" Tanya Rey. Rey menjadi tidak sabar dengan jawaban mereka. Dia juga harus mengetahui siapa pemilik tubuh ini sebelumnya. Mengapa sampai orang ini disebut-sebut sebagai Dewa Judi bagi mereka. Padahal Rey adalah orang yang tidak tahu-menahu mengenai judi. Dikala teman-temannya membicarakan judi, baik itu offline maupun online, Rey hanya berpura-pura mendengarkan saja padahal Rey tidak menyimak sama sekali obrolan teman-temannya.

"Anu... Kami... Kami sebenarnya..." Ucap Yuki terbata-bata. Yuki yang duduk di bangku panjang bersama selir lainnya mencoba angkat suara mendengar suara Rey yang menjadi tidak sabar menunggu jawaban dari mereka. Yuki takut jika Rey akan marah jika mereka hanya berdiam diri saja seolah-olah tidak menghargai Rey.

Rey melihat raut wajah Yuki menjadi panik dan pucat. Sedikitnya Rey merasa kasihan, tetapi dirinya tetap harus mengetahui siapa identitas asli dari pemilik tubuh ini. Jika tidak, maka suatu hari nanti akan ada yang menyadari jika dirinya bukanlah pemilik asli tubuh ini. Bagi Rey, saat ini adalah kesempatan hidup kedua yang diberikan pada Rey agar Rey bisa mengubah nasibnya yang dulu begitu menyedihkan menjadi ke sesuatu yang berbeda.

"Kami tidak tahu." Tegas Damian menyela.

Selir lainnya yang mendengar jawaban Damian merasa terkejut. Bahkan beberapa dari mereka wajahnya menjadi pucat pasi dan beberapa ada yang menundukkan kepala. Bahkan Leon menolehkan kepalanya kepada Damian dengan raut wajah bertanya-tanya.

"Itu lah kenyataannya Rey. Kami semua di sini tidak mengetahui siapa kamu sebenarnya. Jangankan kami, bahkan rakyat Kerajaan Portues pun tidak tahu siapa kamu. Kamu hanya datang sendirian saat itu. Berpakaian serba hitam kala itu kata rakyat yang menjadi saksi mata saat kamu memutuskan untuk menantang Raja Salem untuk berjudi denganmu." Kata Damian.

"Tidak ada yang tahu kamu siapa, tidak ada yang tahu kamu berasal dari mana. Kamu hanya datang ke Kerajaan Portues dan langsung mengumumkan kalau kamu ingin menantang Raja Salem untuk berjudi. Raja Salem yang saat itu sedang tenggelam dengan harta rampasan milik para korban kelicikannya, merasa senang karena ada korban selanjutnya yang dengan bodoh akan jatuh pada tipu muslihatnya." Ujar Damian dengan sedikit senyum di wajahnya mengingat saat-saat pertama kali Rey muncul mengubah Kerajaan Portues.

Chapitre suivant