webnovel

Bagian 2

Saat di belokan terakhir, dia telah sampai di jalan utama. Lokasi kantor ekspedisi itu terletak di belokan gang terakhir itu. Terlihat bangunan merah dengan dua lantai di bagian sisa gang. Dengan semangat dia semakin mempercepat langkahnya. Saat sampai, dia disambut oleh pemuda berseragam merah. Diberikannya paket miliknya oleh pemuda itu setelah menyebutkan namanya.

Dengan perasaan senang, dia segera keluar dari kantor ekspedisi itu dan langsung pulang ke kontrakannya. Ditangannya telah menggenggam paket yang akan langsung ditontonnya begitu sampai di kontrakannya. Sembari berjalan, pikirannya pun kemana-mana membayangkan isi kaset tersebut tanpa menghiraukan sekitarnya lagi.

"Rey!!" Terdengar suara perempuan meneriakkan namanya.

Rey yang mendengar namanya disebut, langsung tersadar dari lamunannya. Saat dia menoleh ke belakang, dia menyadari sosok yang meneriakkan namanya itu. Dihadapannya adalah seorang perempuan bertubuh mungil dengan rambut tidak beraturan berwarna hitam panjang yang tertutup oleh hoodie jaketnya. Wajah pucat perempuan itu dihiasi oleh keringat mengingat saat ini adalah musim panas di tempat mereka.

"Lily?" Tanya Rey dengan ragu. Lily yang dikenalnya dulu adalah perempuan mungil yang memiliki wajah chubby manis. Kini perempuan dihadapannya adalah Lily dengan wajah tirus dengan kulit kusam berbeda dengan Lily yang dulu berkulit putih pink terawat.

"Kaukah itu Lily?" Tanya Rey lagi.

"Kau melupakanku?! Selama 4 bulan ini kau meninggalkanku tanpa kabar sama sekali! Brengsek kau Rey!!" Jerit Lily.

"Tidak Lily. Aku tidak meninggalkan..." Rey yang sedang berbicara menghentikan ucapannya ketika matanya terganggu oleh sesuatu yang menyilaukan. Ketika matanya fokus pada benda yang menyilaukan itu, dia tersadar kalau benda itu adalah pisau yang sedang digenggam oleh Lily.

"Mau apa kau Lily? Kenapa kau memegang pisau itu?" Tanya Rey meragu.

"Diam!! Jika kau membuangku seperti ini, tidak boleh ada siapa pun yang boleh memilikimu!!" Jerit Lily. Seketika Lily langsung menghambur ke arah Rey. Ditusukkannya pisau itu ke perut Rey. Rey yang masih tertegun karena shock melihat Lily yang dikenalnya manis dan lugu sedang memegang pisau, membuatnya bereaksi lambat untuk menghindar dan mengakibatkan pisau itu menancap langsung ke perutnya.

Rey yang kesakitan, langsung tersungkur jatuh ke tanah. Dicabutnya kembali pisau itu oleh Lily dan mendorong tubuh Rey yang lemas hingga posisi terlentang. Lily segera duduk di tubuh Rey untuk mencegah Rey bangkit.

"Dengan begini, tak akan ada lagi yang akan memilikimu selain diriku Rey. Rey sayangku, kekasihku kini milikku seorang..." Ucap Lily dengan mata yang tidak fokus.

Rey yang merasakan rasa sakit yang sangat menyakitkan tidak bisa fokus mendengarkan kata-kata Lily setelahnya. Dirinya yang mulai kehilangan kesadaran, hanya bisa fokus pada rasa sakit di perutnya.

'Ah sial sekali, aku belum sempat menonton filmnya. Padahal sedikit lagi aku sampai rumah dan bisa menikmati film ini sambil makan seblak yang tersisa. Ah, jika aku mati, mungkin aku akan menjadi hantu yang gentayangan karena tidak bisa menonton film ini. Sial. Sial.' Ucapnya dalam hati, menyesali dirinya yang belum menonton film dewasa edisi terbatas yang saat ini berada di genggamannya.

Rey yang tersenyum karena membayangkan dirinya akan menjadi hantu penasaran yang gentayangan karena belum menonton film dewasa itu, dilihat oleh Lily. Lily yang merasa diremehkan oleh Rey, menjadi murka.

"Kau tersenyum?! Brengsek!!" Ditusukkannya kembali pisau digenggamannya ke dada Rey berkali-kali.

'Sial. Tidak bisakah perempuan ini membiarkanku mati dengan tenang?' Gerutunya dalam hati. Sekilas dia mendengarkan jeritan banyak orang di sekelilingnya. Dia tidak menghiraukannya, kesadarannya lambat laun semakin menghilang.

~~~~~~~

"...!!"

"!%*#^&!!"

Rey merasa terganggu oleh suara berisik yang berasal dari sekitarnya. Dirinya mencari posisi nyaman dengan menutup kedua telinganya agar bisa meredam suara bising itu agar bisa mati dengan tenang.

"#^&^@&!!!!"

"&*$$!!"

Merasa murka karena dirinya tidak bisa meredam suara bising itu karena suara-suara itu malah semakin keras, akhirnya dia 'meledak' juga.

"Bangsat!! Bisakah kalian membiarkanku mati dengan tenang?!" Jeritnya mencoba menghentikan kebisingan di sekitarnya.

Rey yang terduduk merasa terkejut karena dia tidak berada di tanah tempat seharusnya dia berada. Di sekelilingnya ada banyak orang dengan berpakaian aneh mengelilingi tubuhnya. Saat ini, dia berada di atas karpet permadani lembut berbahan bulu rasfur tebal berwarna abu-abu. Dia berada di sebuah ruangan besar dengan banyak perabotan mewah dan orang-orang yang mengenakan pakaian aneh tapi berkesan mewah.

Fokus pada sekelilingnya, dia mulai merasakan dingin yang merayap ditubuhnya. Dia menunduk dan memandangi tubuhnya. Pemandangan pertama yang dilihat adalah si 'adik kecil' terkulai lemas di hadapannya. Tubuhnya telanjang, tapi ada yang aneh. Paha yang mengapit si 'adik kecil' sangatlah berotot dan kencang. Perut yang berada di atas si 'adik kecil' sangat berotot sehingga membentuk kotak-kotak berotot. Dihitungnya jumlah kotak-kotak itu sambil meraba otot perutnya karena takjub.

'Ada delapan kotak. Wow.'

Dipandangi tangannya saat mengelus perut itu. Tangan yang dulu kurus seperti ceker ayam, sekarang sangat berotot. Urat-urat yang dilapisi oleh kulit kini menonjol dengan indah. Terlihat urat-urat itu menjalar di sepanjang tangannya dengan se*si. Ditelitinya seluruh tubuhnya yang bisa ditangkap oleh pandangan matanya.

"Astaga, se*ksi sekali." Gumamnya tanpa menyadari kalau itu adalah tubuhnya sendiri.

"... yang!!"

"Sayang!!"

"Honey!!"

Tersentak, dirinya tersadar jika di sekelilingnya telah memanggil dirinya.

"Siapa?" Ucap Rey kebingungan.

"Apa maksudmu siapa? Sayang. Apa kamu tidak apa-apa? Kamu tidak muncul juga dari pagi, jadi aku menghampirimu untuk menjemputmu ke ruang makan. Tapi kamu malah tergeletak tak sadarkan diri di sini. Apa yang terjadi, sayang? Apa kamu sakit?" Kata wanita itu dengan nada khawatir.

Rey yang tidak menghiraukan pertanyaan yang bertubi-tubi dilemparkan wanita itu, terfokus pada dada besar wanita itu. Wanita itu mengenakan gaun merah dengan potongan kain yang rendah di bagian dada sehingga belahan dada wanita itu terlihat. Dada wanita itu sangatlah besar dan sekal dilapisi dengan kulit putih. Diraihnya dada besar itu dengan tangan kanannya, kemudian diremasnya dengan lembut. Fantasinya mulai bermain-main di kepala Rey.

"Sayang!!" Ucap wanita itu dengan menggenggam tangan Rey yang ada di dadanya.

Rey yang terkejut dengan segera menolehkan kepalanya dan menatap wanita itu. Wanita itu memiliki mata berwarna amethyst, bulu matanya yang lentik menghiasi kedua mata indah itu. Hidungnya yang mancung menambah nilai tambah di wajah itu. Bibirnya yang se*si berwarna pink menyempurnakan wajah cantik wanita itu. Rambutnya yang bergelombang berwarna cokelat gelap menghiasi wajah wanita itu dengan indah.

Fokus pada bibir wanita itu, tangan kirinya diraih oleh seorang pemuda.

"Sayang, apa kamu baik-baik saja?" Ucap pemuda itu.

Chapitre suivant