[ KISAH INI TERDAPAT UNSUR KEKERASAN DAN PEMBUNUHAN. DILARANG KERAS UNTUK DITIRU ]
Rio memasukkan mobil miliknya ke dalam lingkungan sekolah lalu memarkirkannya di parkiran. Setelah itu dia keluar dari mobil dan berjalan menuju ke kelas.
"AAAA …." Saat hendak berjalan ke kelas, Rio mendengar suara teriakan dari dalam lorong. Dia pun mencari sumber suara. Tak diduga ternyata suara itu keluar dari seorang gadis yang tengah dirisak oleh Alvin dan teman-temannya. Sepertinya dia adalah junior di kelas satu.
Rio berpikir bagaimana caranya dia bisa menyelamatkan gadis itu? Masalahnya kini hanya ada dia di sekitar tempat itu, tak ada siapapun bahkan tempat ini tampak sepi. Dengan sedikit keberanian, Rio masuk ke dalam lorong untuk menyelamatkan gadis itu.
"Se-sedang apa kalian?" tanya Rio. Tubuhnya sedikit bergemetar. Keempat anak itu menolehkan kepala mereka dan menatap Rio dengan tajam. Lelaki ini membelalakkan mata. Dia sedikit merutuki perbuatannya sendiri. Seharusnya dia tak ikut campur, sayangnya Rio tak bisa mundur begitu saja.
"Kamu pergi dari sini atau mau ini?" tawar Alvin sambil menunjukkan kepalan tangan kepada Rio. Rio menelan ludahnya. Kalau dia meninggalkan gadis itu, maka gadis itu akan semakin dirisak. Namun, kalau dirinya tak pergi, maka tubuhnya akan menjadi sasaran amukan keempat orang itu. Bagaimana ini? Apa yang harus dia lakukan? Melarikan diri dan menjadi pengecut atau menyelamatkan gadis malang itu? Dengan cepat Rio menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia harus memberanikan diri.
"Aku harus berani, apapun yang terjadi harus selamatkan cewek itu," gumam Rio mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Tanpa pikir panjang Rio berlari dan berdiri di depan gadis itu sambil merentangkan tangan.
"Jangan merisak orang lagi, apalagi dia cewek. Dia nggak ada salah sama kalian," omel Rio.
"Hah? Apa masalah kamu? Kamu mau kita hajar? Mending pergi dari sini sebelum muka kamu, aku hancurkan," ancam Lee. Rio menghela nafas berat. Tubuhnya kembali bergemetar tatkala dia membayangkan bagaimana dirinya dihajar mereka. Lagi-lagi anak ini menggelengkan kepalanya mencoba menghilangkan bayangan buruk itu.
"Kamu mending pergi dari sini! Biar mereka yang aku urus," kata Rio kepada gadis itu. Dia mengangguk lalu pergi begitu saja. Alvin, Nathan, Lee dan david tampak memasang wajah kesal saat melihat mangsa mereka kabur. Mereka pun menatap Rio dengan tajam.
"Mu-mulai sekarang kalian jangan pernah merisak siapapun! Kalau gak, aku bakalan laporkan kalian ke kepala sekolah!" ancam Rio. Alvin mendesis lalu meludah.
"Cih! Kamu gak ada hak buat mengatur aku, Anjing! Kamu kira kamu siapa hah? AYAH AKU YANG PUNYA SEKOLAHAN. JADI SUKA-SUKA AKU MAU MELAKUKAN APA SAJA!" bentak Alvin penuh penekanan.
"Ya … ya sekolahan ini kan punya ayah kamu, bukan punya kamu. Jadi, gak ada hak sepenuhnya melakukan hal sesuka kamu. Di sini juga ada peraturan jangan ada perisakan. Sebagai anak dari pemilik sekolahan seharusnya kamu sudah tahu, bukannya malah kekanak-kanakan kayak gini," balas Rio. Ia memejamkan mata merutuki apa yang baru saja dia katakan.
BUG
Rio tersentak saat Alvin mendorong tubuhnya hingga menubruk dinding. Kerahnya dicengkeram dengan kasar membuat dia hampir tak bisa bernapas. Rio tampak ketakutan saat melihat tatapan lelaki ini begitu tajam.
"Apa kamu punya hak buat mengatur aku?" tanya Alvin. Rio mengangguk ragu.
"Ya. Aku ada hak buat melarang kalian melakukan hal buruk sama orang lain." Alvin semakin mencengkeram kerah Rio dan hampir mencekiknya saat mendengar jawaban itu.
"Makan nih larangan!"
BUG
Alvin menendang perut Rio dengan kuat hingga Rio mengeluarkan darah dari mulutnya. Rio langsung terjatuh ke bawa sambil memegangi perut, serta terbatuk-batuk.
"Jangan pernah menganggap diri kamu di atas kita, Anjing! Kamu cuma anak cupu yang lemah, kamu cuma anak si jalang dan si pemabuk itu. Kamu gak usah bangga lahir dari keluarga gak guna kayak mereka," hina Alvin dengan tajam sambil menarik kembali kerah Rio.
"Sekarang kamu cari cewek itu! Kalau gak, aku gak akan segan-segan buat bunuh kamu di sini!" suruh Alvin lalu mendorong tubuh Rio hingga kembali terjatuh. Alih-alih menuruti perintah Alvin, Rio malah menunjukkan jari tengahnya kepada mereka berempat. Hal ini membuat mereka semakin geram.
"Shit! Tangan sialan!" gumam Rio merutuki dirinya sendiri. Dia pun langsung bangkit dan mencoba untuk berlari. Sayangnya ketiga teman Alvin langsung menarik Rio. Mereka berempat pun menghajar lelaki ini tanpa ampun. Rio sempat kewalahan saat tubuhnya dipukuli, diinjak hingga terdapat beberapa memar dan lebam.
"Brengsek!"
BUG
Alvin melayangkan kepalan tangannya tepat di perut Rio membuat Rio kembali mengeluarkan banyak darah. Tak henti-hentinya dia terus memukuli tubuh lelaki itu. Akhirnya mereka berhenti memukuli Rio setelah melihat Rio tersungkur di lantai sambil meringkuk dan memegangi perut. Tanpa hati, Alvin meludahi anak itu.
"Angkat dia!" suruh Alvin. Lee dan David pun mengangkat tubuh Rio.
"Sekarang pilih, cari tuh cewek atau mati?"
"Mati," jawab Rio tanpa ragu. Alvin mendesis pelan.
"Jadi lebih memilih mati daripada cari cewek itu? Ckckck … hebat juga ya? Apa si pemabuk itu mengajarkan kamu kayak gini juga hah?" tanyanya. Rio mengepalkan kedua tangannya dengan kuat. Dia tak terima orang ini terus mengatakan kata-kata yang sama.
Ya, Alvin menyebut ayah Rio dengan kata pemabuk, begitupun dengan ibunya, dia menyebutnya jalang. Wajar saja kalau Rio marah mendengar Alvin menyebutkan kata-kata itu. Rio tidak bisa terus menerus diam dan menerima ejekan mereka, dia harus bisa melawan anak-anak ini agar kapok. Dengan keberanian yang tak seberapa, Rio memberontak lalu melayangkan kepalan tangan ke Alvin.
"Apa? Mau apa? Pukul aku?" tanya Alvin sambil menahan kepalan tangan Rio dengan kuat membuat keberanian lelaki ini langsung menghilang.
"Lepaskan aku, Bajingan!" kata Rio. Alvin sedikit terkejut saat melihat tatapan tajam Rio. Ini pertama kalinya Rio melawan, membuat Alvin sedikit heran. Anak ini mendapatkan keberanian dari mana? Apakah karena ejekannya sampai-sampai dia seberani itu?
"Kamu! Be–"
BUG! BUG! BUG! BUG!
"AAARRRGGGHHH!"
"Aku gak selemah apa yang kalian kira, Brengsek!" kata Rio sambil pergi begitu saja. Ia sudah muak dihajar setiap hari oleh mereka.
Ya, Rio menendang perut Alvin dengan sangat keras membuat lelaki itu kesakitan. Cengkeraman Alvin terlepas saat dia mulai memegangi perutnya. Rio melakukan hal yang sama kepada teman-teman Alvin. Dengan cara seperti itu, kemungkinan Alvin dan teman-temannya tak akan melawan lagi.
Rio sudah menunjukkan perlawanan setelah beberapa kali dia dirisak. Dirinya sudah tak tahan diperlakukan seperti itu. Namun satu hal yang harus Rio tahu bahwa keempat anak muda itu tak akan tinggal diam. Mereka akan membalaskan perbuatan Rio. Sepertinya anak ini bertindak tanpa memikirkan risiko yang akan dia dapatkan.
Bersambung …