"Ugh…." Alisha meregangkan tubuhnya setelah tidur cukup pulas. Matanya tertuju ke arah Arzlan yang sedang termenung menatap matahari. "Apa yang sedang kau pikirkan?"
"Hmm?" Arzlan menoleh ke arah Alisha, tatapan tajam dan seram seperti biasanya dia berikan kepada gadis itu. "Aku baru saja mendapatkan firasat aneh! Sebaiknya hari ini kita harus segera menemukan desa yang mungkin bisa membantu untuk mendapatkan perlengkapan!"
Alisha mengangguk.
Perjalanan dimulai sebelum hari semakin siang, bukan desa yang merekan temukan melainkan kota yang lumayan besar. Mata Arzlan menyipit, dia paham pergi ke kota itu kemungkinan akan bertemu dengan salah satu dari empat orang yang pernah dia kenal, jika bisa dia tidak ingin melihat wajah mereka untuk saat ini.
***
Kota Nactarian, kota itu memiliki populasi sekitar 7500 jiwa, kota yang terletak di bagian timur Kerajaan Scaevola.
Kota tersebut dianggap sebagai surga untuk para petualang karena letaknya sangat strategis dengan wilayah Raja Iblis, jika pergi ke sebelah utara maka mereka akan memasuki wilayah yang sangat berbahaya.
Alisha dan Arzlan harus berjalan menutupi kepala mereka dengan hoodie, sangat berbahaya untuk mereka yang merupakan orang luar berjalan di tengah lautan kota manusia. Alisha yang merupakan Half Elf pasti akan langsung dianggap sebagai makhluk asing yang harus ditangkap, sedangkan Arzlan tidak ingin orang-orang dari istana mengenali dirinya.
Tujuan hanya satu yaitu tempat membeli perlengkapan dalam bertarung, tidak ada gunanya mereka untuk melakukan hal lain.
"Uh?" Arzlan segera mendorong Alisha masuk ke dalam gang sempit.
"Ada apa?" tanya Alisha yang heran dengan tingkah Arzlan.
"Tenanglah!"
"Hehe… Tuan Adred, kita akan bisa mengalahkan monster di sebelah timur dan mendapatkan prestasi yang lumayan besar!"
"Ya!"
Kelompok Adred sedang hendak berpapasan dengan Arzlan, ini menjadi alasan kuat Arzlan untuk memilih menghindari mereka.
Terpaksa kedua orang itu masuk ke dalam gang yang lumayan sempit dan sepi, mereka tidak pernah ke kota itu sebelumnya akibat hal itu mereka seperti berada di dalam labirin. Berbeda dari kondisi kota yang ramai, di sana begitu sunyi hingga tidak terdengar keramaian orang-orang.
"Hehehe… apa yang kalian lakukan di tempat sepi seperti ini!"
Seorang pria berbadan besar telah menghadang mereka, dari wajahnya mereka sudah bisa menebak kalau orang itu adalah bajingan yang memang sengaja menghadang perjalanan mereka.
"Apa maumu?" tanya Arzlan dengan nada dingin.
"Hooh… sepertinya kau ini adalah pendatang baru sehingga gaya bicara mulutmu itu kurang sopan, aku ini adalah pemilik wilayah di sini, biasanya orang-orang akan langsung membayar jika bertemu denganku!"
"Heh…."
"Apa yang kau tertawakan?" bentak pria itu, senyuman Arzlan pertanda kalau dirinya sedang direndahkan, benar-benar tidak suka dirinya dengan senyuman itu.
"Kau tidak lebih dari seekor anjing kampung yang suka menindas makhluk lain, apakah kau pikir setiap makhluk adalah kucing lemah yang bisa kau hadapi?"
"Banyak bicara kau!" Pria itu langsung mengeluarkan pedangnya dan mengayunkan pedang tersebut dengan sangat cepat.
Things!!!
Pedang itu tersentak oleh tangkisan Arzlan yang menggunakan pedangnya.
"Kurang ajar kau… apakah kau ingin menantang seorang pria hebat seperti diriku?"
Arzlan benar-benar tidak suka dengan ucapan pria itu, omongan yang keluar dari mulutnya sangat membuat jengkel. "Oi, babi!" Arzlan menghunuskan pedangnya, aura kuat langsung menyebar dengan mata yang melotot tajam. "Biar aku peringatkan, apakah kau ingin hari ini menjadi kematianmu?"
"Igh…." Pria itu merapatkan giginya, sebenarnya tubuhnya sudah merespon untuk memilih kabur daripada terus berhadapan dengan Arzlan. "Sial, kenapa aku ketakutan seperti ini? Apakah karena dia sudah mengeluarkan aura yang begitu besar? Aku harus segera mengakhiri ini, pasti dia hanya menggertak, tidak akan mungkin dia memiliki aura besar dengan kemampuan juga besar."
Pria itu sudah membulatkan tekadnya, kakinya segera dia melangkah ke arah Arzlan. Kedua tangan menggenggam kuat pedang.
"Dasar bodoh!"
Arzlan melesat bagaikan cahaya hingga sudah berada di belakang tubuh pria itu.
Crash!!!
Darah langsung keluar dengan sangat deras, tebasan maut mengukir di perut pria itu hingga darahnya mengalir terus menerus.
Alisha mendekati Arzlan. "Bagaimana ini? Apakah kita tinggalkan saja mayatnya di sini?"
"Ya! Kita harus segera pergi!" Mereka tidak memiliki waktu untuk terus berada di sana, tindakan yang terjadi merupakan pembunuhan yang akan memancing perhatian orang lain, akan sangat berbahaya jika ada orang yang melihatnya.
***
Mereka berhasil keluar dari gang sempit dan sepi, suasana kota masih sangat ramai hingga keberadaan mereka tidak dihiraukan oleh orang lain.
Sebelum pergi mencari tempat Black Smith, tujuan Arzlan adalah sebuah tempat untuk menjual setiap benda yang didapatkan dari tubuh monster.
"Apa yang ingin kalian lakukan di toko ini?" Ucapan pemilik toko itu sungguh terdengar tidak ramah, dia menatap dua pelanggan asing dengan sangat sinis.
"Aku ingin menjual ini!"
Satu kantung berukuran lumayan besar sudah diletakkan Arzlan, pria itu segera memeriksanya.
"I-Ini…." Matanya langsung melotot kaget saat menyaksikan apa yang baru saja dilihatnya, beberapa benda berkilau yang merupakan core atau benda berharga di dalam tubuh monster sudah menyilaukan matanya. "Dari mana kalian mendapatkan ini?"
"Apakah kami harus menjawabnya?"
Suasana menjadi hening sejenak, pertanyaan itu seolah seperti sedang meremehkan Arzlan dan Alisha. Memang benda yang dibawa Arzlan merupakan item langka yang memiliki kualitas bagus, sangat sulit untuk dipercaya jika ada orang biasa bisa mendapatkannya.
"Oh… maaf kalau begitu!" Pemilik toko itu merasa bersalah telah memberikan kesan pertama yang kurang baik kepada pelanggannya. Dia dengan serius memeriksa benda yang dilihatnya menggunakan alat yang bisa mengukur tingkat kualitas item dari monster. "Hmm…." Setelah selesai dia memegangi dagunya seolah sulit untuk menentukan harga yang pas. "Aku sudah memeriksanya, benda ini tidak begitu berharga, jadi…."
Arzlan meruncingkan alisnya, sorotan matanya dipenuhi oleh hawa membunuh. "Jangan main-main denganku, apakah kau yakin kalau ini adalah benda yang tidak berharga? Aku sudah melihatnya kalau benda ini akan sangat mahal, kualitas yang diberikan sangat tinggi, tidak akan mungkin tiba-tiba kualitasnya menjadi turun oleh ucapanmu itu!"
Tersentak kaget pemilik toko, dia tidak mampu menjawab ucapan Arzlan. Benar-benar aura yang penuh dengan kekuatan untuk membuat orang lain menjadi ketakutan.
"B-Baiklah, aku akan memberimu harga 150 koin emas!" Tangannya digosok-gosok sebagai tanda dari perasaan gugup dalam hatinya.
"300, maka aku akan memberikannya!"
"T-Tiga ratus! Apakah itu tidak terlalu mahal?"
"Salah satu item itu aku dapatkan dari tubuh seekor monster besar dengan bentuk tubuh berkilau layaknya seorang kesatria yang memakai armor, benda yang dia berikan adalah kristal berwarna kuning terang itu, jika benda itu kau hargai semurah itu maka aku tidak akan menjualnya!"
"Huh…."
Tangan Arzlan kembali mengambil kantung tersebut, negosiasi sudah batal. Pedagang kikir itu terlalu egois dengan teknik berdagangnya.
__To Be Continued__