webnovel

Keyakinan Yang Cukup Kuat

"Apa yang terjadi di sini?" Wanita itu benar-benar terkejut dengan pemandangan yang penuh hal mengerikan, darah terciprat ke beberapa tempat dan bau amis menyebar ke beberapa area.

Setelah beberapa langkah dia menyaksikan hal yang lebih mengejutkan, satu tubuh tergeletak dengan darah yang terus mengucur. Seseorang telah membunuh serigala yang tadi sedang menggigit Arzlan.

Monster itu sebelumnya terlihat sangat sangar dan mengerikan, sulit dibayangkan bagaimana ada seorang makhluk mengalahkannya. Tapi, itu adalah kenyataan yang sedang terjadi, orang yang telah mengalahkan serigala tersebut tidak lain adalah Arzlan sendiri.

Pria itu duduk sembari bersandar di tubuh besar serigala itu, tangannya berlumuran darah merah yang merubah pakaiannya menjadi merah.

Wanita itu perlahan mendekat ke arah Arzlan, secara reflek Arzlan mengarahkan pedangnya ke sumber suara yang didengarnya.

"Uh? Ternyata itu adalah kau!" Arzlan menurunkan pedangnya.

"Wah, kau hebat sekali bisa mengalahkan monster seperti ini!"

"Itu bukan masalah besar!"

Level dari monster yang Arzlan kalahkan 30, level sebesar itu sudah cukup untuk menjadi makhluk yang sangat tangguh dan sulit untuk dikalahkan.

"Uh? Kau sepertinya terluka!" Wanita itu melihat ada robekan kulit di beberapa tubuh Arzlan, hati nuraninya segera untuk mengobati luka pria tersebut.

"Kau tidak perlu khawatir akan hal tersebut!"

Meski Arzlan berkata seperti itu wanita tersebut tetap untuk berusaha mengobati lukanya.

"Recuperatio!"

Dari telapak tangan gadis itu muncul cahaya hijau terang yang mulai merangkai sel tubuh Arzlan untuk kembali seperti sedia kala, luka tersebut sirna seperti ditelan angin.

"Kau bisa menggunakan sihir pemulihan?"

"Ya, aku hanya bisa menggunakan sihir level 2 sampai 3 dan itu tidak begitu banyak!" Wanita itu menjadi sedikit malu untuk menujukkan kemampuannya.

Arzlan menyipitkan matanya. "Begitu ya!" Sebenarnya Arzlan tidak begitu merasakan kesakitan dari luka itu, seluruh indra tubuhnya seolah mati untuk merasakan rasa sakit.

***

Sebelum pergi Arzlan dan gadis itu beristirahat sejenak, suasana menjadi hening. Merasa enggan mulut mereka untuk saling memulai pembicaraan, Arzlan memang sudah lama tidak bertemu dengan orang lain terasa aneh untuk dirinya memulai pembicaraan.

"Apa yang harus aku lakukan? Aku ke sini memang ingin membantunya, tapi kenapa ketika berdua saja bersamanya aku merasa sangat canggung!" Di dalam batin wanita itu terus berteriak untuk memberikan semangat supaya bisa lebih akrab dengan Arzlan.

"Jawab aku!"

"Uh?" Dia sedikit terkejut mendengar nada suara yang penuh dengan aura dingin.

"Apa yang membuatmu ingin mengikuti diriku?" Arzlan merasa terganggu jika harus melibatkan orang lain dengan urusan pribadinya, dia tidak ingin mendapatkan halangan dari rekan yang mungkin akan memperlambat jalannya.

"Aku sebenarnya tidak memiliki tujuan hidup, aku bukanlah seorang Elf seperti yang kau lihat!"

"Uh?" Arzlan menjadi terkejut dengan ucapan gadis itu, dia sama sekali tidak memahami apa yang baru saja didengarnya. Fisik gadis itu sangat cocok untuk dikategorikan sebagai Elf dengan telinga runcing dan kulit bersih, mendengar ucapannya Arzlan merasa itu hanya sebuah kebohongan.

"Sebenarnya aku ini adalah makhluk Half Elf, aku lahir dari ibu yang merupakan ras elf dan ayah seorang manusia biasa! Pernikahan mereka ditentang oleh pihak Elf sehingga dia diasingkan jauh ke wilayah Sanzri, di sana dia melahirkan aku dan membesarkan diriku dengan penuh rasa kasih sayang!"

"Di mana ayahmu?"

Wanita itu merasa berat untuk mengatakannya. "Ayahku adalah pria bajingan yang telah menghamili ibuku, lalu dia pergi entah ke mana!" Tangannya mengepal kuat. "Aku berkelana demi membunuh pria bajingan itu, walaupun harus lelah pasti aku akan membunuhnya!"

"Sekarang ibumu di mana?" Arzlan berpikir tidak akan mungkin seorang ibu melepaskan anak perempuannya untuk berkelana di dunia yang penuh dengan bahaya hanya demi membalaskan dendam.

"5 tahun lalu dia meninggal, sebelum dia mati dirinya pernah berpesan untuk hidup menjadi seorang wanita yang lebih baik!" Air matanya menetes saat wajah sang ibu muncul di benaknya, sosok yang selama ini selalu menjadi orang yang menyemangati dirinya.

"Begitu ya!" Arzlan memahami perasaan yang dirasakan oleh gadis itu. "Hidup memang selalu saja kejam, dari manapun asal kita pasti akan bertemu dengan kemalangan!"

Semakin deras air mata gadis itu mendengar ucapan Arzlan, sangat menyentuh hatinya ucapan tersebut.

"Hiks… hiks… hiks… apakah aku ini masih bisa memiliki hidup yang lebih layak?"

"Entahlah! Kau jangan bertanya kepada orang seperti diriku, kau sendiri yang harus membuktikannya apakah pantas untuk bahagia atau tidak! Aku ini adalah makhluk yang dibuang oleh dunia jadi kau tidak seharusnya bertanya seperti itu!"

Wanita itu menjadi penasaran apa yang membuat Arzlan memiliki hawa membunuh yang tidak bisa hilang di tubuhnya, pria itu sangat menyeramkan jika orang lain baru mengenalnya. Tapi, ada sisi lain yang sangat terang dari dalam hatinya, dia memiliki sesuatu yang tidak bisa dijelaskan oleh kata-kata.

"Apakah aku bisa menjadi pendamping dirimu untuk melaksanakan apa yang akan kau lakukan?"

Arzlan menatap gadis itu dengan serius, bukan wajah manis yang dia lihat melainkan keseriusan yang tercermin dari sorotan mata gadis tersebut. "Apa yang membuatmu ingin ikut dengan orang seperti diriku?"

"Aku sendiri tidak bisa mengetahuinya, hatiku terus memberitahu untuk mengikuti dirimu terlebih lagi aku merasa sudah berhutang nyawa dan kehormatan kepada dirimu!" Pipinya menjadi merah, dia merasa malu di pertemuan pertama ketika hal buruk hampir menimpa dirinya.

"Aku rasa kau tidak perlu melakukan itu!"

"Kenapa?"

"Jika kau ikut denganku, kau akan melihat hal buruk! Aku di sini untuk membalas dendam terhadap orang-orang yang telah memperlakukan diriku seperti binatang dan hewan! Sampai kapanpun aku akan memburu mereka, walaupun seluruh dunia harus membenci diriku!"

Wanita itu merasa ngeri menyaksikan emosi Arzlan yang menyebarkan aura penuh kebencian. "Apakah kau akan membunuh mereka?"

"Ya, kemungkinan besar seperti itu! Aku sudah siap untuk menodai tangan ini jika memang harus dilakukan, apa yang sudah terjadi harus mereka terima akibatnya!"

"Uh…." Gadis itu merinding mendengar Arzlan berkata seperti itu. "Ambisi kuat sangat terpancar dari matanya, dia benar-benar tidak main-main dalam berkata!"

"Alu rasa kau tidak perlu ikut dalam mendampingi diriku! Ini semua tidak ada urusannya dengan dirimu!" Arzlan tidak ingin menyeret orang lain terhadap ambisi besar di dalam hatinya.

"Apa yang kau bicarakan, aku ini sudah membulatkan tekad, apapun yang terjadi aku akan tetap ikut dengan dirimu! Jika memang dunia harus membenci dirimu maka aku akan ada di sana untuk membela dirimu!" Wanita itu berbicara dengan nada tinggi sembari tersenyum semangat.

"Apa yang kau katakan itu? Kau terlalu berlebihan!"

"Tidak, aku sudah serius apapun yang terjadi pasti aku akan membantumu!"

Arzlan tidak bisa memberikan balasan. "Terserah kau saja!"

__To Be Continued___

Chapitre suivant