webnovel

Dia Yang Sudah Berniat

"Jika kalian, tidak percaya dengan ucapannya. Lihat ke dalam pedati kereta!"

Langsung, pemuda itu memeriksa pedati dengan didampingi oleh para elf lainnya.

Ketika, pedati telah dibuka. Suasana menjadi hening, dengan mata yang saling menatap. Seorang perempuan, langsung memeluk pemuda itu.

Air mata mengalir deras, di mata pemuda tersebut.

"K-Kakak!"

Suara yang dia kira tidak akan pernah lagi di dengar olehnya kini kembali bisa, terdengar. Perlahan dia memeluk adiknya.

Lalu para perempuan, mulai dikeluarkan dari pedati. Suasana haru, terjadi mereka menumpahkan air mata.

Setelah kejadian buruk yang menimpa, mereka sangat bersyukur masih bisa dipertemukan dengan anak, saudara, atau istri mereka.

Arzlan turun dari kereta untuk, memastikan kalau semuanya baik-baik saja. Pemuda tadi mendekati Arzlan, yang diikuti oleh elf lain.

"T-Tuan, kami mohon maaf atas tuduhan yang sudah kami lontarkan kepada Anda." Kepalanya menunduk menyesal, dia tidak tahu bagaimana untuk membuat Arzlan mau memanfaatkan dirinya.

"Angkat kepala kalian!" Dengan suara lantang, Arzlan memberikan perintah ke setiap telinga elf yang mendengarnya. "Aku, melakukan ini bukan berarti aku tidak akan meminta imbalan dengan kalian."

Ucapan itu langsung mengagetkan, semua orang. Mereka tidak menyangka orang yang dikira sudah memberikan keselamatan untuk mereka, akan meminta imbalan terhadap orang-orang yang sudah kehilangan segalanya.

"T-Tuan, tapi kami harus membayar Anda pakai apa?" Pemuda itu, berusaha untuk membuat Arzlan mengerti akan kondisinya dan desa. "Seluruh harta, dan rumah kami telah dihancurkan saat ini kami tidak memiliki pilihan apa-apa, selain pergi dari hutan ini dan membangun desa kembali, namun jika kami ketahuan oleh para prajurit maka. Kami akan dibantai."

"Aku tidak meminta bayaran uang kepada kalian, namun aku meminta kesetiaan!" Sekali lagi, ucapan Arzlan mengejutkan semua orang. "Aku ingin, kalian setia membela jalan yang sudah aku bentuk. Apakah kalian ingin kebebasan, ketenangan, keamanan, dan kejayaan?" Matanya melirik ke setiap wajah. "Maka kalian harus menciptakan semua itu, dengan darah dan keringat kalian! Apakah kalian ingin di masa depan hal seperti ini terjadi terhadap keturunan kalian? Tidak akan ada perubahan jika, hari ini detik ini kalian tidak berani untuk melangkah dan membuat perubahan!"

Semua terdiam, mereka mendengar ucapan Arzlan, merinding dan ketakutan masuk ke dalam hati, akan tetapi ada aura khusus yang membangkitkan semangat. Otak yang mencerna ucapan Arzlan mulai, menyadarkan mereka kalau apa yang didengar memang adalah kebenaran.

Mereka mulai saling menatap, dengan tatapan penuh tanda tanya, karena apakah hanya mereka yang berpikir seperti itu.

"T-Tuan, apa yang membuat Anda berpikir kalau kami bisa melakukan hal itu?" tanya si pemuda.

"Entahlah! Namun, kalau kau ingin melihat masa depan yang lebih cerah, maka kau harus memperjuangkannya."

"Apa yang dikatakan pria ini? Apakah dia berniat untuk melawan kerajaan?" Wanita elf yang bersama Arzlan menjadi heran. "Sikap dan ucapannya, memang benar-benar melambangkan seorang pemimpin, tapi apakah para elf di desa ini, mampu untuk menyanggupi apa yang dia katakan?" Setelah selesai, berkata di dalam hati, matanya menjadi sangat terkejut karena para elf memancarkan mata keberanian.

"Apa yang dikatakan oleh pria ini sangatlah benar!" Pemuda itu, mulai mengutarakan seluruh perasaannya terhadap, para elf. "Apakah kita ini, hal seperti ini terus berlangsung, hanya dianggap sebagai makhluk rendahan, kita padahal hanya ingin hidup dengan tenang."

Seluruh semangat para elf, mulai membakar jiwa.

"Tuan!" Pemuda itu berdiri menghadap Arzlan, dia tersenyum lebar. "Kami yang ada di sini, sudah siap untuk mendukung Anda. Kami siap untuk membantu Anda dalam menghadapi masalah yang ada, demi membuat kebebasan untuk seluruh ras elf yang ada di desa ini. Kami siap memusnahkan orang-orang dari kerajaan."

"Jangan naif!" Arzlan membantah, ucapan pemuda itu. "Aku hanya, akan menjadi malaikat bagi mereka, yang telah menodai kedamaian di dunia ini. Siapapun dia, dari ras manapun dia, jika dia sudah berbuat seenaknya di dunia ini, maka akan aku tebas. Termasuk kalian!"

Semua menjadi terdiam, mendengar ucapan Arzlan. Tatapan dan suara berat yang dikeluarkan, sudah cukup untuk membuat seluruh tubuh menggigil ketakutan.

"Uh… pria ini, dia memang ingin mengubah seluruh aturan di dunia ini!" ucap wanita elf dari dalam hatinya

Setelah, berkata Arzlan mulai berjalan ke arah pedati.

"T-Tuan!" Pemuda itu menghentikan Arzlan yang sedang melangkah.

Arzlan menoleh ke arah belakang.

"Jika tidak keberatan tetaplah, di desa ini untuk satu malam ini saja!"

Arzlan tidak menjawab ucapan itu, dia hanya melangkah kembali. Pemuda itu merasa sedikit sedih karena tidak mendapatkan jawaban dari Arzlan.

Tapi. Arzlan tiba-tiba berhenti. "Aku, memang akan beristirahat untuk malam ini. Di dalam pedati!"

Pemuda elf itu tersenyum senang. "Terima kasih banyak."

***

Besok harinya…

Arzlan terbangun, akibat cahaya matahari yang menusuk masuk ke dalam matanya. "Sudah pagi rupanya! Uhm?" Arzlan merasakan, ada sesuatu benda hangat yang baru saja tersentuh oleh tangan kanannya, ketika dia melihatnya.

Tangannya sudah oleh tertindih badan dari wanita elf yang pertama kali diselamatkan Arzlan.

"EH…." Arzlan menjadi terkejut, secara reflek dia menarik tangannya. Gadis itu, menjadi bergerak akibat tangan Arzlan yang tiba-tiba bergerak begitu cepat, melewati bagian belakang badannya.

Wajah gadis itu, begitu cantik rambut putih dengan bibir tipis mempesona, tidak heran kenapa pria bangsawan bajingan itu tidak bisa menahan nafsunya ketika melihat gadis tersebut.

Arzlan, segera keluar, tidak tahan dirinya melihat lekukkan tubuh gadis itu, dia takut kalau nafsu dalam tubuhnya terpancing dan terjadi hal yang tidak terduga.

"Uh!" Pemuda, melihat Arzlan baru saja keluar dari pedati. Segera dia menghampirinya. "Tuan!"

Arzlan menoleh ke arah sumber suara tersebut.

"Apakah, saya boleh menjadi murid Anda?"

"Huh? Tidak!" jawab tegas Arzlan.

"Uh…." Langsung mata pemuda itu tertunduk layu.

"Dengar, aku ini bukan untuk mengajari apapun terhadap dirimu. Lagipula, apakah aku bisa memberikan kemampuan kepadamu? Kau hanya, akan menjadi makanan dari kegelapan jika kau menjadi muridku!" Arzlan sebenarnya hanya menggertak, supaya pemuda itu tidak menjadi muridnya.

"Begitu ya, tapi apakah yang diucapkan Anda tadi malam, memang benar-benar akan Anda lakukan?"

Arzlan terdiam, setelah dia pikir. Ucapan yang keluar dari mulutnya tadi malam, sedikit berlebihan dia terkesan seperti menghasut para elf untuk mengikuti jalannya.

"Itu bohong!" Jadi, dia rela menutupinya dengan ucapan yang sederhana.

Langsung pemuda itu, terkejut mendengar jawaban Arzlan. "Apa? Itu semua hanya kebohongan?"

"Ya, itu memang hanya kebohongan lagipula, itu semua aku lakukan hanya untuk memberikan semangat terhadap kalian!"

Pemuda itu terdiam. Sama sekali dia tidak merasakan, kalau ucapan yang Arzlan ucapkan sebelumnya adalah kebohongan, justru ketika dia mendengar itu hanya kebohongan dia percaya kalau itu semua merupakan kebenaran.

__To Be Continued__

Chapitre suivant