Langit tidak terlihat seperti biasanya, mata Lucas saat ini sedang menatapi langit yang terlihat sangat gelap dengan ribuan bintang bercahaya yang indah menghiasinya, dan bulan yang terlihat sangat dekat dari pada yang biasanya. Pada akhirnya membuat Lucas pun merasa bahwa saat itu dirinya tidaklah berada di dunia di mana ia berpijak di hari kemarin.
Lucas kini menoleh menatap beberapa orang yang tengah berjajar di sampingnya, dan menampakan wajah yang serius ketika menatap ke arah depan. Hal itu membuat Lucas pun ikut menoleh menatap ke arah depan. Namun bersamaan dengan itu kedua matanya kembali terbuka, ia pun akhirnya terbangun dari tidurnya.
Itu merupakan sebuah mimpi, mimpi yang ia rasa sangat nyata. "Oh!" Lucas bangkit dari posisi tidurnya dan terduduk lemas, merasa bahwa kini seluruh tubuhnya mengeluarkan keringat. Lucas baru saja memimpikan ke sebelas bintang yang lainnya. Namun ia tidak bisa mengingat wajah mereka meski mimpi itu baru saja dialami olehnya tadi.
"Sialan!" Umpat Lucas merasa kesal karena ingatannya malam itu tidak sebaik biasanya.
Ia terdiam untuk beberapa saat dan ia pun menoleh menatap ke arah pergelangan tangannya, di mana tanda lahir itu berada. Lucas meyakini bahwa tanda lahir itu mengatakan dirinya adalah bintang yang jatuh yang memiliki kekuatan spesial, atau setidaknya seperti sebuah tanda jika ia bukanlah berasal dari bumi. Yang pada akhirnya membuat Lucas memiliki sebuah pertanyaan mengenai siapa dirinya dan dari mana ia berasal?
Dalam mimpinya ia tidak di bumi, namun ia sangat dekat dengan bulan, itulah satu hal yang ia yakini saat ini.
Lucas menoleh pada jam yang menempel di dinding ruang kamarnya yang kini menunjukkan pukul tiga dini hari. Membuat Lucas menghembuskan napasnya dengan berat.
'Binasakan bumi dan isinya …' Sebuah bisikan yang terdengar oleh Lucas yang membuat dirinya menoleh ke kanan serta ke kiri untuk mencari tahu siapa yang mengucapkan hal yang menyeramkan seperti itu. Namun ia tidak menemukan siapapun di sekitarnya saat ini.
Yang pada akhirnya membuat Lucas menyadari jika bisikan itu bukan berasal dari sekitarnya, melainkan sebuah memori yang ia ingat sebelum dia terjatuh ke bumi dan ditemukan oleh kakeknya.
"Binasakan bumi? kenapa aku harus melakukannya?" Itulah pertanyaan yang hinggap di dalam pikiran Lucas yang pada akhirnya membuat Lucas sendiri pun tidak mengetahui jawaban dari pertanyaan yang ia pikirkan sedari tadi.
Pertanyaan itu bahkan tidak berhenti sampai di situ, karena pada pagi itu pun, ketika mereka tengah menyantap sarapan pagi bersama, Lucas sempat melamun hanya karena memikirkan pertanyaan tersebut yang terngiang di dalam kepalanya.
"Lucas??" panggilan dari Ayah Sam membuatnya terkejut dan tersadar, pandangan Lucas kini menoleh menatap Ayah Sam yang baru saja memanggil namanya.
"Apakah kau baik-baik saja??" Ayah Sam bertanya kepada Lucas yang kini mengerutkan dahinya. Kemudian Lucas hanya mengangguk menatap Ayah Sam yang baru saja bertanya kepadanya.
"Apa yang kau pikirkan?" kini giliran Jannet, ibu Sam yang bertanya demikian kepada Lucas, yang membuat Lucas segera tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
"Tidak ada." jawab Lucas kepada keduanya yang mengangguk dan kembali makan setelah mendengar jawaban tersebut.
"Sam … Lucas, Eliot akan datang dua jam lagi … dan kami akan segera berangkat ke bandara, apakah kalian tidak apa jika kami tinggal terlebih dahulu?" tanya Ayah Sam kepada Lucas dan Sam.
Keduanya menganggukkan kepala mereka menjawab hal itu, "Tidak apa, Ayah … Lucas ada di sini!" Ujar Sam menerangkan kepada Ayahnya yang kini tertawa dan menganggukkan kepalanya ketika mendengar jawaban tersebut.
"Baiklah kalau begitu kami akan pergi." Pamit Ayah Sam kepada mereka semua, dan kedua lelaki itu mengangguk setuju, begitu pun dengan Daisy yang melambaikan tangannya pada kedua orang tuanya tersebut.
Pandangan Lucas kini menoleh kepada Daisy yang menarik-narik hodie yang dipakai oleh dirinya, membuat Lucas pun tersenyum dan segera mengikuti langkah Daisy yang mengajaknya untuk bermain bersama.
"So … kita akan pergi ke perpustakaan setelah Eliot datang bukan?" sebuah pertanyaan yang muncul dari Sam pun membuat Lucas menoleh menatap Sam dan kemudian menoleh menatap Daisy, ia memang sangat ingin untuk melanjutkan misinya, namun ia juga tidak bisa meninggalkan Daisy sendirian dengan Eliot. Mengingat gadis itu pasti akan sangat ceroboh jika ditinggalkan hanya dengan Daisy.
"Eum …. Apakah tidak apa jika kita membawa Daisy dan Eliot juga?" Lucas bertanya kepada Sam yang kini mengerutkan dahi menanggapi pertanyaan darinya, seolah ia bertanya dari tatapan yang ia lontarkan kepada Lucas saat itu.
Merasa bahwa Sam membutuhkan penjelasan yang lain, Lucas pun kembali berucap, "Kita tidak bisa meninggalkan Daisy di sini sendirian bersama dengan Nanny bukan?? tidakkah kau ingat kemarin?? kecerobohan Nanny kalian yang hampir saja melukai Daisy." itulah yang dijelaskan oleh Lucas, yang pada akhirnya membuat Sam menganggukkan kepala menyetujui hal itu.
"Kau benar, Lucas! Baiklah, kita akan pergi setelah Eliot dan teman-temanku datang!" Itulah jawaban yang dilontarkan oleh Sam ketika Lucas menjelaskannya, yang pada akhirnya membuat Lucas tersenyum kepada Sam.
Seperti yang sudah di jelaskan oleh Sam, Lucas pun menunggu kedatangan Eliot, Joe, Bill dan Erick. Selama menunggu kedatangan mereka, Lucas selalu berbincang dan bermain bersama dengan Daisy, sedangkan Sam tengah sibuk sendiri dengan game console miliknya.
Namun secara tiba-tiba, sebuah memori tiba dan menyerang Lucas. Memori itu datang dan menarik Lucas ke dalam sebuah bayangan di mana ia tengah berdiri seraya berbincang dengan seseorang yang ada di hadapannya, seorang wanita yang tidak jelas rupanya. Namun entah mengapa, ia merasa amat sangat mengenali wanita itu.
"Kita tidak memiliki banyak kesempatan ! kita harus segera menyelesaikannya." ucapan itulah yang terdengar di telinga Lucas, sebelum akhirnya ia tersadar kembali dari memori tersebut, dan menoleh menatap pintu yang terketuk sebanyak tiga kali di depan sana. Yang membuat Sam berlari untuk membukakan pintunya.
Datanglah ketiga teman dari Sam, ialah Joe, Bill dan Erick yang tentunya membuat Lucas tersenyum membalas sapaan mereka, yang kini masing-masing membawa tas yang cukup besar.
"Apa yang kalian bawa di dalam tas itu??" tanya Lucas kepada mereka yang kini tersenyum, yang kemudian membuat Erick pun menjawabnya.
"Perbekalan! Agar kita tidak pergi ke mana-mana lagi jika lapar dan haus … Lagipula itu akan memakan waktu lama jika kita harus pergi ke luar untuk makan, bukan?" itulah penjelasan dan pertanyaan yang dilontarkan oleh Erick yang membuat ketiga anak lelaki itu menganggukkan kepalanya.
"Ah? Daisy juga mau bawa bekal!" kini Daisy berucap dan berdiri dari duduknya. Menghampiri tas miliknya yang tergeletak tidak jauh dari tempatnya bermain. Bersamaan dengan itu, bel pun kembali berbunyi yang membuat Lucas serta Sam yakin jika itu adalah Eliot.